April 28, 2008

Hemat BBM dengan Air

Dimuat di Rubrik Surat Pembaca, Kontan, 29 April 2008

Suplemen air ternyata bisa membuat motor/mobil kita lebih ringan tarikannya, hemat BBM-nya dan emisi CO2-nya berkurang drastis. Kenapa? karena gas Hidrogen yang dihasilkan dari pemecahan elemen H2O membuat kinerja pembakaran di mesin lebih sempurna. Teman kost saya sudah memverifikasi percobaan kecil ini. Sebelumnya teknologi sederhana tepat guna ini sudah diujicoba dan digalakkan secara swadaya oleh Gerakan Masyarakat Cinta Air (GMCA) di Sumber Merapi Muntilan.


Hanya dengan kekuatan arus listrik 2 A yang diambil dari accu (Aki), kemudian dialirkan ke elektrode di dalam air, itu sudah bisa memecah elemen H20 menjadi 2 H dan 1 O. Gas itulah yang kemudian disalurkan melalui selang kecil ke in take filter. Sedangkan untuk menampung airnya cukup menggunakan botol bekas kecap, air mineral, termos anak, dst. Niscaya ini bisa menjadi solusi praktis untuk menghambat laju pemanasan global (Global Warming) di bumi kita tercinta.

Tapi lebih bijak bila suplemen air ini jangan dipasangkan pada kendaraan anak-anak yang masih berusia di bawah 17 tahun, karena bisa disalahgunakan untuk kebut-kebutan. Untuk info lebih lanjut silakan klik di http://water4gas.com/2books.htm
www.h2earth.org dan http://egmca.org

April 27, 2008

Menggugah Semangat Kaum Muda

Dimuat di The Torchbearers' Newsletter, edisi 3/2008

"Negara mana yang paling miskin?" tanya Bapak Anand Krishna kepada 200 mahasiswa lebih yang memadati aula Assalam, One Earth Ciawi pada perayaan harlah (hari lahir) NIM (National Integration Movement) yang ketiga (11/4) silam. Generasi penerus bangsa atau - secara puitis Bung Hatta acapkali menyebut - Pahlawan dalam Hatiku - itu berasal dari 25 kampus dan 3 gerakan kemahasiswaan se-Jabodetabek.

Hadir pula malam itu, Kristan dari Jaringan Tionghoa Indonesia, Salman dari PMKRI, Nikson dari GMKI, Sdr. Arya Weda dari Pemuda Hindu Indonesia, Anick HT dari Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), Rektor Universitas Indonesia Prof. Gumilar R Soemantri, Sutradara Reza, Bapak Palar Batubara dari GMNI dan Bapak Sudharmadi dari Kantor Deppolhukkam.

Mayoritas peserta belum tahu bahwa USA ialah negara termiskin di dunia. Tahun 1929, pemerintah Amerika Serikat mengalami krisis keuangan parah sehingga untuk membiayai operasional negara mereka terpaksa meminjam dana kepada konsorsium 14 bank swasta (dulu masih 4 bank) yang tergabung dalam The Fed. Semua pajak yang ditarik dari masyarakat langsung masuk ke kantong mereka sebagai jaminan pengembalian utang dan mereka diberi hak pula untuk mencetak uang.

Ironisnya, ketika beliau memaparkan hal ini di depan 80-an orang di California September 2007 silam, hanya 2 orang yang mengetahui hal ini, yakni penulis naskah pidato Presiden Truman yang telah berusia 90 tahunan, dan seorang eksekutif perusahaan media.

Amerika adalah salah stu dari lima produsen senjata terbesar di dunia. Dan, ke-5 negara itu duduk sebagai anggota tetep Dewan Keamanan PBB. kemudian mereka pula yang mempersenjatai Hezbollah yang tadinya cuma parpol biasa, agar menjadi kekuatan bersenjata di Lebanon. Maka, rakyat Lebanon yang menjadi korban dan menanggung penderitaan dari konflik bersenjata antar kelompok di sana.

Kenapa mereka musti menjual senjata sekaligus menciptakan perang antara kedua belah pihak? Supaya bisa membayar utang dan bunganya kepada konsorsium perusahaan raksasa yang menjadi donor. Pada masa pemerintahan Megawati ada seorang mentri yang berani mengungkap fakta ini, tapi beliau justru dipecat seminggu kemudian.

Itulah sebabnya kenapa Bung Karno lantang mengatakan, "Go to hell with your aid!" Karena Sang Putra Fajar Penyambung Lidah Rakyat mengetahui semua hal ini. Pernyataan keras Bung Karno ini sebenarnya bukan ditujukan kepada rakyat atau pemerintah Amerika Serikat, tapi kepada konsorsium korporasi internasional ini.

Sekarang konsorsium korporasi itu sedang melirik Indonesia yang penuh dengan sumber daya alam dan manusia. Politik lama "devide et impera" sedang dimainkan di sini. Bila 250 juta manusia Indonesia in conflict maka tidak kepikiran lagi untuk makan. Yang melintas di benak cuma bagaimana caranya membeli senjata untuk mempertahankan diri.

Makanya, kita perlu membentengi diri kita sendiri dengan jati diri budaya bangsa. Bapak Anand Krishna mengingatkan bahwa para pemimpin kita di masa silam pun pernah berbuat salah. Kita musti belajar dari sejarah dan tidak mengulanginya lagi. Misalnya, Bung Karno yang menjadikan Pancasila menjadi 7 bahan indoktrinasi dan Pak Harto yang memberikan penataran P4. Jadilah Pancasila sebagai ideologi semata.

Hal itu justru menafikan esensi Pancasila sebagai - meminjam istilah dari Rektor UI - "Core Value" atau seperti kata Ki Hadjar, Saripati Budaya dan unggulan-unggulan dari setiap budaya Nusantara. Kesalahan ini musti diperbaiki dan beliau melihat mahasiswa sebagai satu-satunya harapan badi masa depan menuju Indonesia yang lebih baik.

Untuk mengimbangi kekuatan 14 korporasi raksasa ini Bapak Anand Krishna menggalakkan kembali falsafah gotong-royong dan kemandirian yang menjadi ruh Koperasi. Bung Hatta sempat menelurkan gagasan brilian ini, namun sayang Sang Putra Andalas belum sempat mpempraksisikannnya di sini. Tugas sejarah kita untuk melanjutkan visi beliau. Dan Alhamdulilah itu sudah kita rintis bersama dengan mendirikan Anand Krishna Global Cooperation di Bali, Joglosemar dan Jakarta pada Juli setahun silam.

Kita harus menerapkan ajaran Gandhi dengan memproduksi sekaligus mengkonsumsi barang-barang buatan negri sendiri, mulai dari diri sendiri dan menyebar ke seluruh masyarakat Indonesia. Sekarang ini touge dan sayur rebung diimpor dari China, semenpun diimpor dari Jerman. Sementara pasar-pasar eceran kita sudah dikuasia oleh peretail asing. Inilah keadaan kita sekarang.

Sdr. Anick HT (AKKBB) acapkali menyaksikan langsung di lapangan betapa parah tindakan diskriminatif yang menimpa saudara-saudari kita yang menganut aliran kepercayaan. Ketika mangkat, mereka tak bisa dikubur hanya karena aturan yang diskriminatif. Kita sengaja dibuat fanatik untuk dipecah belah supaya mudah dikuasia. Pandangan fanatis itu pula yang di sebarluaskan oleh Wilder dengan film "Fitna" dan Ustad Abu Bakar Baasyir lewat ceramah-ceramahnya yang provokatif dan mendiskreditkan orang yang berbeda agama dan keyakinan.

Kini saatnya mahasiwa bersatu, jangan mau dipecah-belah lagi oleh para penyusup. Pembentuk federasi mahasiswa se-Indonesia perlu dilakukan sebagai antidot bagi semua ini. "Tolong bantu saya mengumpulkan 10.000 mahasiswa di Jakarta, Di Jogja, di Bali, di mana saja. Lalu kita putarkan film dokumenter sarat data mutakhir yang mengungkap konspirasi besar yang menggurita bumi kita ini," ujar Bapak Anand Krishna berjanji.

Buku Cindy Adam yang mengulas kehidupan Soekarno, sebenarnya mengungkap sedikit anjuran Arek Suroboyo tersebut kepada J. F Kennedy untuk segera melunasi hutangnya. Salah satu agenda KAA di Bandung 1955 ialah untuk saweran alias membantu Amerika melunasi hutang. Tapi sayang Kennedy keburu dibungkam dengan peluru tajam.

Oleh sebab itu kaum muda bersatulah! Parpol kita yang menggunakan sentimen agama hanya mengacaukan dan memperparah kondisi Ibu Pertiwi. Mereka juga tidak tahu bahwa cuma diperalat. Ada ketua di balik ketua yang mendikte setiap kebijakan parpol tersebut. Perkejaan kita memang berat, tapi kita pasti bisa melaksanakannya asalkan kita bersatu.

MEMAKNAI KEMBALI NITI SASTRA

MEMAKNAI KEMBALI NITI SASTRA

Judul buku: Niti Sastra, Kebijaksanaan Klasik Bagi Manusia Indonesia Baru
Penulis: Anand Krishna
Kata pengantar: Sri Sultan Hamengku Buwono X
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I/ April 2008
Tebal: xvii + 316 halaman
Harga: Rp 50.000

Sekedar membaca kata pengantarnya saja sudah membuat kita terkesima. Kenapa? Karena ditulis oleh Sang Pewarih budaya Jawa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tercinta ini. Siapa lagi kalau bukan Sri Sultan HB X. Ngarso Dalem mengatakan bahwa falsafah Kejawen itu beraoma khas sehingga menarik minat banyak orang. Kita tak akan pernah tuntas membicarakannya, tapi aspek-aspek filosofis tersebut sungguh bisa dirasakan manfaatnya (migunani) dalam keseharian ziarah hidup. Selain itu, laku Kejawen tak pernah membosankan karena menyimpan begitu banyak simbol dan makna yang memancing keingintahuan kita. Percikan-percikan falsafah hidup Jawa acapkali menyelinap halus via karya susastra klasik (hal x vi).

Niti Sastra merupakan satu di antara seabreg harta-karun yang terpendam di bumi Jawadwipa. Ironisnya putra-putri Mataram justru melupakan warisan khasanah leluhur tersebut dan lebih suka mengimpor budaya luar. Entah itu dari Arab, China, Barat, India, dst. "Niti" berarti "pedoman perilaku", sedangkan "Sastra" sinonim dengan alat yang ampuh guna mengarungi samudera kehidupan yang penuh tantangan. Kakawin ini ditulis pada masa Majapahit lima abad lampau.

Anand Krishna menggunakan aneka rujukan guna mengapresiasi Niti Sastra. Antara lain Bibliotheca Javanica 54 (R. Ng. Dr. Poerbatjaraka, 1933), versi terjemahan bahasa Jawa oleh R.M. B Djajahendra (Balai Pustaka, 1960), versi terjemahan bahasa Indonesia oleh Padmodihardjo dan Resowidjojo (Depdikbud, 1978) dan last but not least karya monumental Sir Stamford Raffles - The History of Java - yang menyajikannya dalam versi bahasa Inggris.

Leluhur kita begitu piawai mengolah rasa, pikiran, bahkan mengurus masalah profan seperti tata negara. Misalnya soal ukuran keberhasilan seorang pemimpin (hal 76) dikatakan, "Anak manusia tergantung pada induknya; ikan tergantung pada kedalaman airnya; burung di langit tergantung pada sayapnya; seorang pemimpin tergantung pada kepuasan mereka yang dipimpinnya."

Kontekstualisasinya kini berarti kepuasan rakyatlah yang menjadi parameter keberhasilan seorang pemimpin. Baik itu dari tingkat RT sampai level Pusat sekalipun. Bila anak-anak bangsa justru tercekik akibat kebijakan kenaikan harga BBM maka seyogyanya pemerintah perlu memberi perhatian lebih pada penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif seperti Bahan Bakar Air (BBA). Info soal teknologi tepat guna ini bisa diakses secara free di: www.water4gas.com

Secara lebih mendalam, buku ini juga mengulas perihal kesehatan mental yang berbasis budaya lokal. "Berhati-hatilah selalu terhadap enam musuh: keinginan yang berlebihan; amarah; keserakahan; keterikatan; rasa iri dan keangkuhan. Janganlah sekali-kali meremehkan kekuatan mereka. Berhati-hatilah supaya pikiranmu tetap jernih, akal tetap sehat (hal 26)" Senada dengan wejangan Raden Ngabehi Ronggowarsito "…sing eling lan waspodo…" Berada di bawah maupun di atas "Sang Aku" tetap seimbang.

Lantas apa nada-nada-nya (tanda-tanda) seseorang itu sehat lahir - batin? mantan pengusaha garmen yang banting setir menjadi aktivis spiritual paska sembuh secara ajaib dari Leukemia ini menegaskan, "Seorang bijak bukanlah ia yang menjelek - jelekkan orang lain hanya untuk memperoleh perhatian (hal 227)." Baik Wilder yang mem-"fitna" spirit kedamaian Islam maupun anasir preman berjubah yang mengatasnamakan agama tertentu tapi justru menggunakan cara-cara himsa (kekerasan)… jelas keduanya masih perlu menjalani rawat inap.

Seperti 110 buku lebih lainnya, Anand Krishna memiliki gaya penulisan yang khas. Yakni mampu menyampaikan ajaran luhur secara gaul dan fungky. Bahasanya ceplas-ceplos tanpa menafikan kedalaman makna dan dibumbui pula dengan humor segar. Pria keturunan India kelahiran Surakarta ini mencantumkan pula pidato-pidato Bung Karno yang menggetarkan. Misalnya di halaman 167 termaktub, "Kita sekalian ialah mahkluk Allah. Dalam menginjak waktu yang akan datang, kita ini seolah-olah adalah buta. Ya benar kita merencanakan, kita bekerja, kita mengerahkan angan-angan kepada suatu hal di waktu yang akan datang. Tetapi pada akhirnya, Tuhan pulalah yang menentukan. Justru karena itulah, bagi kita adalah suatu kewajiban untuk senantiasa memohon pimpinan kepada Tuhan." – Penyambung Lidah Rakyat.

Sepakat Bung! Manusia memang hanya alat-Nya alias Niti Sastra di tangan Gusti Tan Kinaya Apa. Buku ini sejatinya merupakan sarana permenungan kita bersama guna mencecap Kasih Universal Maha Maya (Bunda Alam Semesta). Sehingga niscaya kita tak akan mempersoalkan perbedaan kolam agama di KTP lagi. Rahayu!

April 23, 2008

HENTIKAN PROYEK PEMBANGUNAN PLTN

PRESS RELEASE HENTIKAN PROYEK PEMBANGUNAN PLTN DI INDONESIA- KEMBANGKAN TEKNOLOGI ENERGI ALTERNATIF

Kondisi Indonesia secara ekologis begitu memprihatinkan. Apalagi setelah Pemerintah memutuskan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Muria. Ongkosnya begitu mahal karena paradigmanya melulu bersandar pada kapital.

Berdasarkan penelitian banyak ahli, salah satunya Albert Einstein, teknologi nuklir itu mahal, kotor dan penuh resiko kebocoran. Hal ini yang tak diperhitungkan pemerintah. Selain itu kendati terbelit utang kenapa masih "jor-joran". Akibatnya setiap kebijakan justru didikte para "pendonor". Ironisnya ekses negatifnya selalu ditimpakan ke pundak rakyat kecil (berupa pajak, pembayaran utang, kenaikan harga sembako dan last but not least masalah lingkungan
hidup).

Di banyak negara maju (Perancis, Jerman, USA, Jepang) kebijakan energi nuklir justru dihentikan dan digantikan dengan energi yang lebih ramah lingkungan. Tragedi Chernobyl pada April 1986 di Ukraina setidaknya menjadi pembelajaran tersendiri. Bahkan Swedia sebagai konsumen PLTN terbesar ke-8 di dunia, rakyatnya - lewat referendum 1980 - menuntut pemerintahan menutup seluruh PLTN di sana pada 2010. Kenapa? Karena selama masih ada PLTN aktif, resiko kebocoran begitu besar sehingga membahayakan eksistensi seluruh bangsa. Selain itu paska 50 tahun pemanfaatan energi nuklir toh belum juga ditemukan cara ampuh untuk mengolah limbahnya secara aman.

Oleh sebab itulah AJI DAMAI menyatakan sikap:

1. Hentikan proyek pembangunan PLTN di Indonesia!

2. Kembangkan teknologi energi alternatif yang murah, bersih dan aman. Seperti tenaga surya, angin, air, uap, panas bumi, langkah kaki, dsb yang berbasis kawasan (disesuaikan dengan daya dukung lingkungan masing-masing) !

Aliansi Jogja untuk Indonesia Damai (AJI Damai) terdiri dari pelbagai elemen masyarakat dan mahasiswa. Yakni DIAN/Interfidei, Rumpun Nusantara, National Integration Movement (NIM) Jogja, Jembatan Persahabatan, Suluh Perdamaian, Jaringan Islam Kampus (JARIK), Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB), Pusham UII, Cemara Institute, SOS Desa Taruna, SKTV, Ponpes Guna Mrica, Kevikepan DIY, Jaringan Muda Nasionalis, Forum Nom-noman 0 Kilometer, GMKI, Merti Jogja, SYARIKAT Indonesia, LKiS, SEMA-F Ushuluddin UIN, BEM-F Dakwah UIN, KBMU UIN Suka, Gerakan Gender Transformatif, Komunitas Warna Kampus UGM, PMII Jogja, Front Aksi Mahasiswa Jogja, Komunitas Sant' Egidio, Komunitas Lintas Hening dan Persekutuan Gereja se-Indonesia, Pusat Studi Islam (PSI) UII, Sheep Indonesia, Forum LSM DIY, Forum Silaturahmi Pesantren Petani (FSPP), HMI MPO Cabang Yogyakarta, Centre for Islamic Progress Studies (CIP'S), PMKRI, Simpul Imam Community (SIM-C) UKDW-UIN-USD.
Daerah Istimewa Yogyakarta, Hari Bumi Sedunia, Selasa Kliwon/22 April 2008

Kecelakaan Nuklir di Dunia

26 April 1986: Musibah reaktor Chernobyl di Uni Sovyet (kini Rusia) membuat masyarakat dunia ketakutan untuk menerapkan teknologi nuklir. Lebih dari 6.000 orang tewas akibat langsung terpanggang radiasi reaktor No. 4 Chernobyl. Efek radiasi ini bersifat ganda. Yaitu
efek radiasi yang disebut somatik (langsung mencederai pada individu yang tidak terlindung) dan genetik (tidak langsung tampak pada anak keturunannya kelak). Dalam jangka panjang, efek radiasi merangsang munculnya induksi kanker. PLTN adalah proyek vital, tapi juga fatal, karena itu klarifikasi tentang kedua aspek itu musti disampaikan kepada masyarakat terus-menerus secara rinci.

1945-1963: Menurut para ilmuwan Soviet, sekitar 10.000 orang terkena radioaktif akibat uji coba nuklir di Semipalatinsk, Kazakhstan.

September 1957: Fasilitas pengolah sampah nuklir di Kytchym, dekat Sverdlovsk, Ural sebelah selatan meledak. Ledakan itu menewaskan lebih dari 100 orang dan 10.000 orang lainnya terpaksa diungsikan.

10 Oktober 1957: Salah satu pabrik yang memproduksi plutonium di Windscale, Inggris terbakar dan menyebarkan awan radioaktif ke atmosfer. Menurut laporan resmi, lusinan orang terkena kanker radioaktif dan meninggal dunia.

22 Januari 1968: Pesawat pembom milik AU AS, B-52 jatuh dekat Thule (Greendland) dan menyebarkan 400 gram Plutonium-239 yang ada dalam hulu ledak nuklir yang dibawanya.

Agustus 1969: Terjadi bencana serius di kompleks tenaga atom Jiuquan, Cina. Diberitakan sekitar 10 pekerja terkena radiasi.

Januari - Februari 1974, Oktober 1975: Paling tidak tiga orang tewas dalam kecelakaan di pabrik nuklir di St. Petersburg. Tidak diketahui berapa banyak material radioaktif yang lepas.

28 Maret 1979: Sebanyak 140.000 orang terpaksa diungsikan dari tempat tinggalnya, ketika terjadi kecelakaan nuklir di Pennsylvania.

Agustus 1979: Suatu tempat penyimpanan nuklir rahasia di dekat Erwin (Tennessee) bocor dan meracuni 1.000 orang.

Januari - Maret 1981: Empat radioaktif yang ada di pabrik nuklir Tsuruga (Jepang) bocor. Paling tidak 278 orang terkena radiasi.

26 April 1986: Reaktor empat di pabrik nuklir Ukraina meledak. Dikabarkan 200 orang terkontaminasi dan 32 orang di antaranya meninggal tiga bulan kemudian. Ratusan ribu orang lainnya terpaksa diungsikan.

April 1993: Terjadi ledakan di suatu pemrosesan ulang nuklir di Tomsk-7, Siberia Barat. Akibat ledakan tersebut, gas radioaktif tersebar ke mana-mana, tetapi tidak jelas berapa korbannya.

November 1995: Terjadi lagi kontaminasi serius di pabrik nuklir Chernobyl.

September 1999: The Japanese Science and Technology Agency (STA) mengumumkan bahwa telah terjadi reaksi rantai yang tidak terkendali di instalasi pembiakan uranium di Tokaimura, Jepang. Sehingga menyebabkan terjadi kebocoran radiasi sebesar 0.84 millisievert/ jam (kurang lebih 10,000 kali dari dosis normal tahunan). Kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan manusia itu menyebabkan seorang korban tewas dan 39 orang yang lain terkena radiasi

Menurut perhitungan ekonomis, pembangkit tenaga nuklir setelah bekerja sekitar 25-30 tahun usia ekonomis yang harus dibongkar, dan berbagai peralatannya harus disimpan dan ditimbun di tempat yang "aman" agar radiasinya tidak menimbulkan bencana.

Di dunia internasional sudah ada kesepakatan pelarangan zona industri nuklir, karena nuklir
merupakan pembunuh massal. Dilampiri foto korban bom atom Hiroshima dan efek
radiasi nuklir Chernobyl (www.google. com)

April 16, 2008

MERAYAKAN SEABAD KEBANGKITAN NASIONAL

Dewasa ini kaum muda (termasuk mahasiswa/mahasiswi) cenderung menelan budaya asing secara mentah-mentah. Generasi penerus bangsa enggan menggali khasanah budaya leluhur yang begitu kaya dan mulia. Sedikit sharing, saat penulis nekat mengenakan batik pada jam kuliah, banyak civitas akademika mencibir seraya berkata, "Ini kampus Bung bukan tempat njagong manten (resepsi pernikahan)".

Padahal dahulu kakek-nenek moyang kitapun mengenakan batik tatkala menjalankan aktivitas keseharian. Karena selain nyaman dipakai, ternyata coraknya menyiratkan makna filosofis tertentu. Misal motif 'Parang Rusak' merupakan simbol kebangsawanan (Jiwa Ksatria) yang siap sedia berkorban tanpa pamrih. Ironisnya, "Kita lupa itu Bung!"

Krisis yang mendera Indonesia sejak 1997 silam bukan melulu soal politis dan ekonomis, melainkan krisis budaya. Politisi yang berbudaya tidak akan melik nggendong lali alias mengkorup uang rakyat karena melihat jabatan sebagai amanah-Nya untuk melayani segenap putra-putri Ibu Pertiwi tanpa terkecuali.

Caranya dengan dengan menafikan kepentingan egoistik kelompok/partai. Lebih lanjut, pelaku bisnis yang beradab tak akan serampangan merusak dan menggadaikan alam titipan anak cucu demi kepingan fulus. Prinsip lawas "Tuna Sathak Bathi Sanak" yang mengedepankan nilai kebersamaan ketimbang laba niscaya masih relevan diterapkan dalam konteks zaman Neoliberal ini.

"Hidup yang tak pernah ditinjau tak layak dijalani." Begitulah petuah para bijak. Jelang perayaan seabad Kebangkitan Nasional 20 Mei 2008 ialah saat yang tepat untuk melakukan permenungan sejarah. Melihat kembali apa-apa saja yang telah kita sumbangkan bagi bangsa ini. Sekaligus terus bersuara, bekerja dan bergotong-royong mengobarkan Api Kebangkitan Nasional "jilid 2" di abad 21 ini.

Dalam buku "Revolusi Belum Selesai" Bung Karno mengatakan, "Tatkala saya masih muda, saya telah gambarkan negara yang akan datang dan tanah air yang akan datang, tanah air yang kita pijak buminya itu, saya gambarkan sebagai Ibu, Ibu Pertiwi. Kita Berkewajiban jikalau benar-benar mencintai Ibu. Kita harus menyumbang pada Ibu kita. Di dalam ucapan-ucapan saya tatkala saya masih muda, saya berkata, kita semuanya berkewajiban menyumbangkan bunga-bunga untuk mempercantik konde, sanggulnya Ibu kita. Harus, semuanya harus menyumbangkan bunga kepada sanggul kita punya Ibu. Engkau bisa menyumbangkan apa? Engkau bisa menyumbangkan melati? Berilah melati. Bisa menyumbangkan mawar, berilah mawar. Bisa menyumbangkan kenanga? Berilah kenanga..."

Revolusi memang belum usai Sobat, saat ini pun Ibu Pertiwi memanggil, beliau membutuhkan lebih banyak Ksatria (orang muda dan yang berjiwa muda) yang sudi berkarya tanpa pamrih untuk kebangkitan dan kejayaan Indonesia. Mengutip jargon iklan: "Mau?"

Selamat Hari (Ibu) Bumi!

Dimuat di http://koraninternet.com/
Pada 22 April 2008, seluruh dunia merayakan hari bumi. Ironisnya, praktek pembalakan liar justru "menyulap" hutan lebat menjadi lahan kritis. Hujan tropis sebagai paru-paru dunia yang mampu mentransformasi CO2 menjadi O2 kian langka. Tapi kenapa pemerintah masih bersikap lembek terhadap mafia perusak alam titipan generasi masa depan tersebut? Padahal PBB lewat Voice of America (VOA) telah menyebarluaskan ke seantero jagad bahwasanya bencana alam di pelbagai penjuru dunia terjadi karena tingkah pongah manusia yang tidak bertanggungjawab.

Negara dunia ketiga tidak bisa lagi berpangku tangan. Apalagi membiarkan negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Cina menutup mata terhadap fakta pemanasan global (Global Warming). Perlu ada aliansi negara-negara Asia-Afrika untuk mendesak Paman Sam dan Negeri Tembok Raksasa meratifikasi Protokol Kyoto. Dalam rangka mengurangi emisi GHG (Green House Gases) yang mencemari atmosfer bumi yang satu adanya ini!

Imbas pemanasan bumi sungguh membuat bulu roma bergidik. Misalnya, 10 juta penduduk pesisir di kepulauan Nusantara terancam kehilangan tempat tinggal akibat abrasi pantai, 4.000-an pulau di Indonesia bisa tenggelam, last but not least, 130 juta penduduk Asia-Afrika terancam kelaparan karena sinar Ultra Violet (UV) membuat tanah kering.

Anand Krishna menyerukan kepada segenap elemen masyarakat setiap sore atau sesering mungkin, mendatangi pantai, sungai ataupun selokan untuk mengucapkan Afirmasi, "AKU CINTA BUMI, CINTA LANGIT, AKU MENCINTAI AIR, API, ANGIN, TANAH DAN RUANG ANGKASA . DAMAILAH SEMUANYA, DAMAILAH MAKHLUK-MAKHLUK SEDUNIA DAN SEALAM, DAMAILAH DIRIKU" diakhiri dengan doa menurut kepercayaan masing-masing. Dan...yang terpenting aktivis spiritual lintas agama ini mengajak kita menyanyikan lagu ceria, menari dan merayakan Cinta tanpa syarat yang merangkul segenap Putra-Putri Bunda Semesta.

Tahu kenapa? karena air ialah konduktor alami yang mampu merekam vibrasi pikiran dan perasaan manusia. Dr. Masaru Emoto membuat penelitian di laboratoriumnya. Ilmuwan asal Jepang itu mendinginkan air sampai minus 25 derajat Celsius. Ternyata air yang mendengar lagu ceria ataupun didoakan membentuk kristal nan indah. Itulah sebabnya kenapa banyak ritual keagamaan menggunakan air. Entah itu air zam-zam, air dari Lourdes, Sendang Sono, Sungai Gangga, dst.

Tatkala mengucapkan Afirmasi Cinta (Ibu) Bumi kepada air di laut, sungai, ataupun selokan, ia akan merekam dan menghantarkannya ke seluruh samudera. Uap airnya tertiup angin dan terhirup manusia serta makhluk di maya pada ini. Menurut para ilmuwan, kadar air dalam tubuh ini mencapai 70 %, hampir sama komposisinya dengan air di bumi (2/3)nya.

Akhirul kalam, bersama kita mampu mengatasi ancaman pemanasan global yang melanda peradaban umat manusia saat ini. Mulai dari diri sendiri, di lingkar pengaruh masing-masing. Yakni dengan mencintai air di luar maupun di dalam diri. Selamat Hari (Ibu) Bumi dan Rahayu buat kita semua!

TANTANGAN ZAMAN BAGI KAUM MUDA


Secara puitis Bung Hatta senantiasa menyebut kaum muda Indonesia sebagai: Pahlawan Dalam Hatiku. Ironisnya kini jiwa ksatria anak-anak muda kita untuk berjuang demi Kebenaran, berkarya demi Kebajikan dan berjibaku demi Keadilan justru kian mengkeret.

Padahal sejarah nasional memverifikasi bahwa pemuda-pemudilah yang acapkali mencetuskan ide-ide segar. Gagasan otentik yang migunani bagi bangsanya acapkali terlontar dalam diskusi-diskusi di kampus ataupun di bawah temaram angkringan (warung tradisional di Jogja yang buka sejak maghrib - subuh). Last but not least, kaum mudalah pulalah yang sering tampil di podium, secara berapi-api membela rakyat musuh tanpa menghiraukan bahaya yang mengancam.

Mereka proaktif mengambil inisiatif dengan menjadi aktivis yang lincah dan militan di akar rumput. Tapi kini sudah menjadi rahasia umum bahwasanya proposal kegiatan di pelbagai kampus - khususnya pada sub-bab Anggaran Dana - dimark up habis-habisan. Ironis!

Pertanyaan kritisnya ialah berapa banyak Uang Kuliah Dasar (UKD) yang raib ditilep secara berjamaah untuk membiayai program hura-hura yang diberi label "Pembubaran Panitia"?. Bukankah seyogyanya dana tersebut dimanfaatkan untuk menggelar acara bernuansa kebangsaan yang lebih bermutu dan mencerahkan?

Mari kita bercermin dari generasi muda angkatan "08, '28, dan '45. Sebut saja Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Ki Hadjar Dewantara, Natsir, Syahrir, Sukarni, Chaerul Saleh, Adam Malik, dst. Sejak usia yang terbilang belia para pendahulu kita tersebut telah berjuang mengobarkan api nasionalisme (baca: Cinta Ibu Pertiwi) di Bumi Nusantara bahkan sampai ke Negeri Manca. Soekarno sudah membacakan pledoi bertajuk "Indonesia Menggugat" di Batavia saat baru berusia 26 tahun. Pada usia yang sama Bung Hatta telah menyampaikan pembelaan berjudul "Indonesia Merdeka" di Belanda.

Secara spesial jelang 21 April 2008 mari menrevitalisasi spirit R.A Kartini. Pemikiran-pemikiran lintas jaman yang termaktub dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang". Intinya beliau menuntut perubahan paradigma masyarakat yang bias gender menuju ke kesetaraan yang manusiawi.

Menggelitik di benak penulis sebuah pertanyaan, apa akar penyebab terciptanya jurang yang begitu lebar antara kobaran semangat, kadar pemikiran dan militansi perjuangan generasi zaman itu dan kini?

Menurut hemat penulis, kunci jawabnya ialah disiplin diri (self discipline). Yakni sebuah upaya sungguh untuk menata diri secara teratur dan kontinyu dalam hal waktu, pikiran, panca indra, benda, finansial bahkan sampai urusan sepele seperti kebersihan badan.

Nah setelah relatif piawai memimpin diri sendiri barulah beliau-beliau itu terjun ke masyarakat memimpin perjuangan untuk membuat penjajah kocar-kacir di meja perundingan maupun di medan gerilya.

Bandingkan dengan pola prilaku generasi MTV yang begitu "santai". Misalnya, soal kebiasaan bangun tidur. Banyak kaum muda yang mengaku aktivis pergerakan tapi tergolong "Bangsawan" alias bangsa tangi awan (bangun kesiangan). Lha bagaimana bisa mengorganisir gerakan rakyat secara elegan kalau masih kalah rajin dengan ayam jantan?

Mari mengintip buku DIMATA (Pribadi Manusia Hatta) yang terdiri atas 12 jilid dan diterbitkan oleh Sinar Harapan bekerjasama dengan PT. Garuda Indonesia pada Juli 2001. Karya monumental ini disunting secara khusus oleh Meutia Hatta Swasono. Di sana dikisahkan betapa disiplinnya Sang Putra Andalas.

Misal sharing dari Cak Roeslan Abdulgani berjudul "Sidang Kabinet di Yogya" (Jilid ke-8, hlm 72-74), "Biasanya kurang lebih tiga menit sebelum pukul 20.00, kita mendengar deru mobil Bung Hatta dengan motor pengawal masuk ke halaman Gedung Negara. Terompet penjaga kehormatan berbunyi dua menit sebelum pukul 20.00. Dan persis satu menit kemudian Bung Hatta memasuki ruang sidang. Secara berkelakar, sambil berbisik-bisik, beberapa menteri mencocokkan arloji tangannya pada saat Bung Hatta mengetok meja, dengan palu pimpinan, sebagai tanda sidang Kabinet dibuka. Dan saat itu adalah persis pukul 20.00"

Luar biasa! Prinsipnya sederhana, bila beliau bisa, kita pun niscaya mampu! Inilah tantangan zaman bagi kaum muda!

INDONESIAN COOPERATION

Dimuat di Bebas Bicara BERNAS, 7 Mei 2008

Apa kebutuhan mendesak manusia Indonesia sekarang? Secara gamblang ialah terjangkaunya harga 9 kebutuhan pokok (sembako) oleh kocek puluhan juta rumah tangga miskin (RTM) dari Sabang sampai Merauke. Dulu pada 1970-an tatkala Kenduren, 1 butir telur bisa dibagi-bagi untuk 8 orang. Tapi di zaman neoliberal ini banyak bancakan telur yang dibuang-buang karena putra-putri Ibu Pertiwi lebih suka makan junk food. Selain itu disebabkan pula oleh melambungnya harga sumber protein tersebut dari Rp 8.000 menjadi Rp 12.000 per kg.

Saatnya pemerintah mengalihkan perhatian dari isu-isu bernuansa politis dan SARA ke masalah riil yang dihadapi rakyat. Misalnya dengan menggalakkan operasi pasar murah, terutama di pasar-pasar tradisional. Jangan melulu mengelus-elus paha Hiper Mall dan Super Market.

Lebih lanjut, spirit ekonomi nasional juga mesti direvisi agar inflasi tidak menjadi tradisi. Secara visioner para founding fathers kita telah memiliki jawaban atas persoalan perut rakyat dewasa ini. Seperti yang termaktub dalam butir kelima Pancasila: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia!

Ibarat mata rantai, kekuatannya terletak pada mata rantai terlemah, sehingga peningkatan kualitas hidup rakyat miskin di RI ini niscaya menaikkan mutu kehidupan berbangsa dan bernegara secara keseluruhan. Karena itu, pemerintah musti lebih berpihak pada korban dan pro rakyat!

Bung Hatta telah mewariskan konsepsi koperasi pada kita. Sebuah sistem ekonomi yang berwatak sosial berlandaskan semangat kekeluargaan dan gotong-royong. Tinggal bagaimana visi tersebut dibadankan (dipraksiskan) dalam keseharian hidup berbangsa dan bernegara (termasuk berkeluarga).

Contoh konkret seperti yang dilakukan Anand Krishna dkk. Aktivis spiritual ini memprakarsai pendirian Koperasi Global Anand Krishna di Bali (12 Juli 2007), Joglosemar (27 Juli 2007), dan Jakarta (1 September 2007). Koperasi spiritual pertama di Indonesia ini menyediakan aneka barang produksi dalam negeri dari deterjen sampai beras organik bagi seluruh anggota dan masyarakat sekitar. Termasuk menerbitkan buku Voice of Indonesia (2007) dan Think on These Things (2008) dalam rangka meningkatkan kesadaran sipil (Civic Awareness).

Saat ini, tercatat lebih dari 3,8 juta Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tersebar di seantero penjuru Nusantara. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, sinergi (net working) antara pihak swasta, pemerintah, dan koperasi di akar rumput semakin mudah dijalin, dibina dan dikembangkan. Sehingga niscaya ke depan Indonesian Cooperation (Ind Coo) dapatmengimbangi kekuatan TNC/MNC. Amin!

April 14, 2008

Merevitalisasi Spirit Pancasila

Dimuat di Rubrik Bebas Bicara, Bernas Jogja, 14 April 2008

"Indonesia dibangun dengan cita-cita yang lebih luhur, dengan nilai yang lebih tinggi, yaitu Pancasila. Lahirnya Pancasila menunjukkan betapa tinggi budi dari para perintis kemerdekaan kita" - Anand Krishna

Apa tujuan para founding fathers mendirikan Republik Indonesia ini 63 tahun silam? Lantas, spirit apa yang menggerakkan rakyat bergotong-royong dan rela mengorbankan harta, benda bahkan nyawa untuk mengusir penjajah yang menginjak-injak kehormatan Ibu Pertiwi selama 350 tahun? Menurut hemat penulis, jawabnya termaktub dalam lima butir mutiara Kehidupan: Pancasila!

Sila pertama - meminjam istilah Romo Mangun - memuat nilai religiusitas alias keberagamaan. Sejatinya spirit di balik setiap ritual (baca: Spiritualitas) agama ialah urusan personal kita dengan Allah, Tao, Buddha, Widhi, Gusti Pangeran apapun sebutan bagi Sang Maha Daya Cinta. Sifatnya sangat konfidensial (privat) sekaligus magis.

Turunannya niscaya seluruh peri kehidupan kita, baik dalam ranah sosial, ekonomi, politik maupun budaya dalam keseharian ziarah hidup ini dilandasi dan dirembesi oleh nilai-nilai universal yang menjadi esensi setiap agama-agama besar di dunia. Kasih, bela rasa dan keberpihakan pada korban yang tertindas, misalnya.

Sedikit intermezo ialah soal pencantuman kolom agama di KTP. Banyak pasangan muda-mudi beda agama yang tak bisa naik ke pelaminan hanya karena urusan administratif. Cinta dua anak manusia tersubordinasi oleh kendala teknis. Ironis! Di dunia ini hanya ada dua negara yang mencantumkan kolom agama pada ID Card. Yakni di Arab Saudi dan Indonesia. Implikasinya begitu memprihatinkan, di Poso, banyak terjadi sweeping yang menelan korban di kedua belah pihak.

Mari kita belajar dari pengalaman Lebanon. Di sana sempat pula terjadi konflik bernuansa SARA selama 16 tahun lebih. Ribuan nyawa melayang sia-sia. Dan salah satu pemicunya ialah pencantuman kolom agama di KTP. Sekarang akhirnya peraturan diskriminatif tersebut dihapuskan sama sekali. Menurut hemat penulis, pencantuman jenjang pendidikan terakhir kiranya lebih relevan karena berkait kompetensi kerja seseorang.

Sila kedua, memuat nilai humanitas (kemanusiaan). Kini marak terjadi pelanggaran HAM di negri ini. Dari kasus premanisme pencopetan di dalam bus kota, penjarahan berjamaah dalam kasus BLBI, sampai arogansi preman berjubah yang mencemari "Ayat-Ayat Cinta" dengan aroma kekerasan. Hal ini jelas-jelas bertentangan dengan cita-cita para bapa bangsa yang hendak merajut tata kemanusiaan secara adil dan beradab (baca: santun).

Mari kita belajar dari Yang Mulia Dalai Lama. Walau banyak korban berjatuhan akibat intimidasi rezim komunis China. Tapi pemenang nobel perdamaian tersebut senantiasa "membalas" aksi barbarian tersebut dengan a-himsa. Kesadaran ini yang justru menarik simpati seluruh dunia kepada rakyat Tibet. Sebab kotoran tak bisa dibersihkan dengan air selokan. Tapi musti dibersihkan dengan air bening yang keluar dari "Tuk" alias Sumber Kebenaran Sejati.

Sila ketiga, memuat nilai nasionalitas (kebangsaan). Saat ini tengah terjadi intevensi asing yang cenderung kebablasan. Menyitir seruan Bung Karno, "Watch Out Dab! Neo Imperialisme is coming now!"

April 09, 2008

ATASI NARKOBA DENGAN TAWA

Dimuat di Rubrik Bebas Bicara, Bernas Jogja, 15 Mei 2008


Kapal Republik Indonesia ini nyaris karam dihantam badai Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAFZA). Modus operandi tersebut merupakan konspirasi tingkat tinggi untuk menciptakan The Lost Generation di bumi Pertiwi tercinta. Tujuannya supaya kelak negeri ini mudah dikuasai dan diekspoloitasi. "Virus" berbahaya itu tak pandang suku, agama, ras, strata sosial, ataupun usia. Bahkan belakangan penyalahgunaan NAFSA telah merambah pula di kalangan siswa-siswi SMP.

Pelajar yang menyalahgunakan NAFZA bukan untuk pengobatan tapi sekedar untuk pelarian bisa kecanduan (Adicted). Akibatnya stamina merosot karena fungsi hati, jantung dan paru-paru tersendat. Selain itu, mereka juga rentan tertular penyakit hepatitis B/C dan HIV/AIDS karena pemakaian jarum suntik secara bergiliran atas nama solidaritas semu. Last but not least, kalau sampai overdosis maka maut datang menjemput lebih awal.

Ketergantungan pada NAFSA menyebabkan perkembangan mental-emosional generasi penerus bangsa terganggu. Memang sudah ada aturan hukum untuk membatasi peredaran dan penyalahgunaannya. Misal UU Psikotropika No. 22/ 1997. Pemakai dan bandar golongan I dan II diancam hukuman 7-10 tahun penjara. Lalu para pengedarnya bisa divonis tahanan seumur hidup atau penjara minimal 20 tahun. Tapi praktek penegakan hukum di sini ibarat pepatah, "Jauh panggang dari api". Senada dengan lirik lagu "Gosip Jalanan" SLANK, karena ujung-ujungnya duit!

Sebagai pengajar yang acapkali berinteraksi dengan para murid di sekolah, seyogyanya para guru bisa mendeteksi gejala awal penyalahgunaan NAFZA. Berdasarkan pengalaman penulis, para pemakai biasanya menunjukkan prilaku menyimpang. Misal malas menggarap Pekerjaan Rumah (PR), tapi kalau ditegur justru membalas dengan sikap membangkang. Bahkan dari tampilan fisik bisa kentara sekali, seperti mata merah, wajah pucat dan bibir kehitam-hitaman. Di sinilah peran guru "plus" untuk meluangkan waktu dan energi untuk berbagi rasa. Pastikan si murid tahu bahwa kita ingin ia bebas dari kergantungan pada NAFZA. Yakinkan bahwa kita akan senantiasa berada di sampingnya walau apa pun yang terjadi.

Sedikit sharing, penulis sempat menjadi volunteer program "Menghindari Narkoba dengan Olah Raga Tawa" dalam rangka memperingati hari Kesehatan Nasional yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen bekerjasama dengan Anand Krishna Centre (AKC) Joglosemar pada November silam. Rasanya terharu sekaligus bahagia menyaksikan 3.000 pelajar SD-SMP-SMA tumpah-ruah memadati GOR Diponegoro dan mempraktekkan bersama olah raga tawa. Menurut Dokter Djoko Pramono MM asal Pati tatkala kita terbahak-bahak terciptalah hormon endorphin di otak. Selain itu 1 menit tertawa lepas efeknya sebanding dengan 45 menit berolahraga.

April 02, 2008

PENGALAMAN PROGRAM PPSTK

Dimuat di http://www.nationalintegrationmovement.org

11 JUNI 2006 - PENGALAMAN PROGRAM PPSTK

Terhitung sejak Jumat 9 Juni 2006 sampai Minggu 11 Juni 2006, Pusat Pemulihan Stres dan Trauma Keliling (PPSTK) yang digagas oleh National Integration Movement (NIM) dan Anand Krishna Center (AKC) Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang) berkeliling berbagi keceriaan guna menggelorakan kembali semangat warga Jateng-DIY yang menjadi korban gempa tektonik berkekuatan 6 SR pada 27 Mei 2006 silam.

Pada Jumat, 9 Juni 2006 PPSTK bekerjasama dengan SKH Kedaulatan Rakyat dan University Center UGM mengadakan program terapi mengatasi stres dan trauma sebanyak dua sesi. Yakni pukul 4 sampai 6 sore dan pukul 7-9 malam. Ratusan warga Jateng-DIY hadir dan mempraktekkan latihan nafas dan katarsis untuk membebaskan diri stress dan trauma. Sehingga dapat merasakan kelegaan dan kebahagiaan yang bersumber dari dalam diri.

Agung WR dan dr. Djoko dari Pati bergantian menjadi fasilitator program ini. The Torchbearers (Muda-mudi lintas agama Pembawa Obor Kasih) juga turut memeriahkan suasana dengan alunan tembang-tembang bernuansa spiritual kebangsaan dari awal hingga akhir acara. Senantiasa ditekankan oleh para fasilitator bahwa yang bisa mengobati diri panjenengan adalah panjenengan sendiri. Kami di sini hanya memfasilitasi. Latihan sederhana seperti nafas perut bisa dipraktikkan secara rutin dalam keseharian, cukup 5 - 10 menit setiap hari maka akan terasa manfaatnya.

Dalam sesi sharing dan tanya jawab, nuansa keharuan sekaligus kebahagiaan mewarnai ruangan UC. Ada seorang Ibu berbagi kisah bahwa sebenarnya selama ini begitu banyak stres dan trauma yang terpendam dalam diri. Misal akibat konflik dengan orang-orang terdekat. Kemudian gempa bumi yang mengguncang minggu lalu memicu gejolak emosi tsb. "Sebelum datang ke sini, saya merasa dada ini sesak, sulit untuk bernafas dan kepala rasanya berat, namun setelah mempraktekkan latihan nafas dan teriak tadi, kini saya bisa bernafas lega dan kepala ini terasa ringan", begitu penuturan salah seorang peserta. Bahkan ada pemuda yang merasa begitu bahagia, badan bergoyang-goyang sendiri mengikuti alunan musik lembut yang mengalun, "Rasanya seolah ruang dan waktu tiada lagi, namun setelah ada perintah untuk bangun dan membuka mata, rasanya enggan meninggalkan suasana yang begitu menentramkan tadi". Salah seorang staf di Perpustakaan Universitas Sanata Dharma ada yang kerap pingsan dan harus dibawa ke Rumah Sakit setiap kali terjadi gempa susulan, beliau kini merasa lebih baik setelah mengikuti program PPSTK.

Kemudian, Minggu Wage, 11 Juni 2006 relawan-relawati PPSTK Joglosemar mengadakan terapi pemulihan stres dan trauma di 4 tempat. Pertama di Timoho yang menurut sharing Mbak Yulia, Sri Sultan dan Kanjeng Ratu Hemas turut menyaksikan, bahkan ikut bernyanyi lagu "Damai Indonesia" bersama anak-anak. Kedua, di Dusun Salakan Potorono Banguntapan, pasca terapi Pak Pedro selaku kepala Dukuh langsung mengirim sms kepada Ibu Wayan Suriastini selaku Koordinator PPSTK guna mengucapkan terimakasih. Ketiga, di Hotel Jogja Plaza, PPSTK memfasilitasi terapi mengatasi stres dan trauma bagi 200-an karwayan-karyawati PT. Sampoerna beserta keluarganya. Keempat, di dukuh Srimartani, Piyungan, Jl. Wonosari. Bang Roni dengan penuh semangat memandu acara untuk anak-anak. Uniknya mereka begitu cepat hafal lagu "Pelangi-pelangi" yang digubah dengan lirik bernuansa kebangsaan. Pekik mantra Jogja Bangkit! dan Indonesia Jaya! pun lantang mereka suarakan.

Lebih jauh tentang Pusat Pemulihan Stres & Trauma Keliling (PPSTK):

Bencana Gempa Bumi di DI Yogya dan Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 2006 merupakan tragedi bagi seluruh anak bangsa. Selain menyebabkan kerugian material dan fisik, bencana ini menyebabkan goncangan pada pikiran, emosi dan mental. Dalam literatur psikologi gangguan ini disebut sebagai stres paska trauma atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).

Pengalaman traumatik yang menakutkan itu dapat terjadi berulang dan terus-menerus (reexperience); dalam khayalan (imajinasi), pikiran, mimpi mimpi, ilusi, flash back yaitu seolah-olah peristiwa itu benar-benar terjadi kembali dan yang bersangkutan akan bereaksi sama dengan ketika peristiwa tersebut terjadi. Gejala ini bisa sangat berat dan lama-kelamaan dapat secara signifikan mempengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang. Oleh sebab itu para korban bencana memerlukan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik, bukan hanya sebatas pelayanan fisik namun juga memerlukan pemulihan bagi pikiran dan emosi mereka.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, National Integration Movement (NIM) dan Anand Krishna Center (AKC) memberikan pelayanan terpadu antara pelayanan medis, latihan pemulihan stres dan trauma (katarsis). Caranya dengan mengeluarkan emosi- emosi yang terpendam, terapi keceraiaan, dan musik yang dikemas dalam bentuk kegiatan bertajuk "Pusat Pemulihan Stres dan Trauma Keliling" (PPSTK). Tujuan utama dari program ini untuk memberikan bekal keahlian pada para korban agar dapat mengelola stres & trauma pasca bencana dan membangkitkan semangat sehingga mampu hidup secara sehat, mandiri, produktif, kreatif dan berbakti bagi Ibu Pertiwi.

Program sosial ini dilaksanakan dilokasi bencana setiap hari Minggu, di mana tempat dan waktu pelaksanaan menyesuaikan dengan pemintaan masyarakat setelah berkoordinasi dengan pemerintah desa atau dusun setempat. Kami juga menyediakan program pemulihan stress dan trauma khusus bagi anak-anak dan Pesta Rakyat: Terapi Ceria Bagi Kebangkitan Yogyakarta dan Kejayaan Indonesia.

Daftar Lokasi Pelayanan PPSTK

TanggalLokasi
28 Mei 2006Posko RT 01, Dukuh Soko Seloharjo Pundong Bantul DIY
28 Mei 2006Posko RT 02 Dukuh Soko Seloharjo Pundong Bantul DIY
29 Mei 2006Dukuh Nambangan Seloharjo Pundong Bantul DIY
29 Mei 2006Dukuh Darmo Jurang Seloharjo Pundong Bantul DIY
04 Juni 2006Dukuh Tegal Urung GilangHarjo Pandaan Bantul DIY
04 Juni 2006Dukuh Carikan Mulyodadi Bambang Lipuro Bantul DIY
09 Juni 2006UC UGM Catur Tunggal Depok Sleman DIY
11 Juni 2006Jogja Plaza Hotel Catur Tunggal Depok Sleman DIY
11 Juni 2006Dukuh Sapen Demanagan Gondokusuman Yogyakarta DIY
11 Juni 2006Masjid Almutaqin Salakan Potorono Banguntapan Bantul DIY
11 Juni 2006Dukuh Kwasen Srimartani Piyungan Bantul DIY
13 Juni 2006UC UGM Catur Tunggal Depok Sleman DIY
18 Juni 2006Boulevard Kampus UGM Catur Tunggal Depok Sleman DIY
18 Juni 2006RT 5 Rw 7 Kiringan Sumberejo Trucuk Klaten JATENG
18 Juni 2006RT 6 RW 3 Mandong Sumberejo Trucuk Klaten JATENG
21 Juni 2006SMP STELLA DUCE 1 Dagen Gedung Tengen Yogyakarta DIY
22 Juni 2006Posko RT 01 Soko Seloharjo Pundong Bantul DIY
22 Juni 2006Dukuh Sapen Demanagan Gondokusuman Yogjakarta DIY
25 Juni 2006Boulevard Kampus UGM Catur Tunggal Depok Sleman DIY
25 Juni 2006Dusun Ketelo Tegal Sari Gedangsari Gunung kidul DIY
02 Juli 2006Boulevard Kampus UGM Catur Tunggal Depok Sleman DIY
02 Juli 2006RW 9 Dusun Demangan Gondokusuman Yogyakarta DIY
02 Juli 2006RW 6 Dusun Semaki Gede Umbulharjo Yogyakarta DIY
02 Juli 2006Dusun Pundong V Tirtoadi Mlati Sleman DIY
02 Juli 2006kali code Seberang Hotel Melia Gondomanan Yogyakarta DIY
02 Juli 2006RW 18 Dusun Gendeng Baciro Yogyakarta DIY
02 Juli 2006Posko Baguna PDIP Sidomulyo Bambang Lipuro Bantul DIY
09 Juli 2006Boulevard Kampus UGM Catur Tunggal Depok Sleman DIY
09 Juli 2006Saman 1 Bangunharjo Sewon Bantul DIY (Memenuhi permintaan mahasiswa KKN UNY)
09 Juli 2006Dusun Diro Pendowoharjo Sewon Bantul DIY
09 Juli 2006RW 6 Gedong Sengon Prambanan Klaten JATENG (Permintaan Tim Relawan UIN)
09 Juli 2006RW 6 Dalem Mlese Cawas/Japanan Klaten JATENG
16 Juli 2006Taman Pintar Ngupasan Gondomanan Kota Yogyakarta DIY (dalam rangka hari anak nasional)
16 Juli 2006Rumah Dinas Bupati Bantul DIY (hari anak nasional, tingkat propinsi DIY)
29 Juli 2006SLB Darmarena Tahunan Umbulharjo Yogyakarta DIY
30 Juli 2006Mrinsen Geneng Panggungharjo Sewon Bantul DIY
30 Juli 2006Perpustakaan Wangon Sriharjo Imogiri Bantul DIY
30 Juli 2006Karangasem Palbapang Bantul DIY
10 September 2006KTH Wono makmur Banyu Urip Jati Mulyo Dlingo Bantul DIY

Diskusi Hari Bumi NIM Joglosemar

Dimuat di http://www.nationalintegrationmovement.org

22 April 2007 - Diskusi Hari Bumi NIM Joglosemar
di Balai Rama-Shinta
di Candi Prambanan,
Minggu, 22 April 2007, jam 12.00 - 14.00 WIB


Narasumber :
  1. Tri Widodo : Koordinator NIM Surakarta dan Kasubdin Kerjasama Dinas Pengelolaan SDA Jateng

  2. Wini Rizkining Ayu : Mahasiswa Elektronika dan Instrumentasi FMIPA UGM

  3. Eko Prastowo : Direktur Lembaga Studi Kemitraan Lingkungan (Lestari-Indonesia)

  4. Sugiarto : Perwakilan Taman Wisata Candi Prambanan (Tuan Rumah)
Moderator: Ismoyo Didit Palgunadi

Diliput oleh Jogja TV

Sebelum diskusi dimulai The Torchbearers menyanyikan lagu: "Let Make a Better World", "I Greet You in Peace" dan "Damai Indonesia" karena ada seorang tamu kehormatan, turis dari manca negara yang berkenan hadir dan menyimak jalannya diskusi. Bapak Triwidodo mengawali diskusi siang itu dengan paparan betapa pentingnya hidup selaras dengan alam. Kita hidup dipelihara oleh bumi. Apapun yang kita makan, nasi, roti, sayur, kemudian daging yang berasal dari hewan yang makanannya juga tanaman yang tumbuh di bumi ini, selanjutnya ikan dan udang mereka juga makan dari tanaman ataupun plankton yang dihasilkan bumi, bahkan bumbu yang membuat hidangan lezat juga bukan berasal dari luar angkasa sana.

Selanjutnya paparan dari generasi yang lebih muda, yakni Mbak Wini Rizkining Ayu dari Fakultas MIPA UGM, yang sempat mengharumkan nama bangsa dengan menjadi duta Indonesia dalam 8th Hitachi Young Leader Initiative yang membahas strategi pelestarian alam di Hanoi Vietnam beberapa waktu lalu. "Salah satu efek rumah kaca ialah berjangkitnya wabah malaria di pegunungan Jaya Wijaya Papua," papar Mbak Wini. Kok bisa di daerah yang dingin nyamuk anoples bisa hidup dan berkembang biak? Karena dalam dua tahun terakhir pemanasan bumi kian meningkat sehingga menyebabkan salju di sana mencair. Padahal daya tahan penduduk Papua tidak sekuat mereka yang tinggal di dataran rendah. Akibatnya banyak yang menjadi korban meninggal.

Dan ternyata ada hubungan antara kebiasaan kita naik motor pulang-pergi ke kampus dengan hal tersebut. Karena emisi bahan kendaraan bermotor kita turut menyebabkan pemanasan bumi. Bahkan di Jepang musim bunga Sakura mundur sebulan lebih, di Vietnam juga demikian, sehingga ribuan petani dan pengrajin bunga harus menanggung kerugian akibat gagal panen. Di Indonesia sendiri, para nelayan yang tinggal di pesisir pantai mulai kehilangan tempat tinggal akibat abrasi pantai yang parah.

Hal di atas membuktikan bahwa pemanasan global bukan sebatas isu melainkan sudah menjadi fakta. Ironisnya kita di sini masih banyak yang cuek-cuek saja. Di Singapura, minggu lalu mulai diberlakukan kebijakan "Bring your own bag" di bilangan pusat perbelanjaan Orchid Road dan sekitarnya, para pengunjung diwajibkan membawa tasnya sendiri-sendiri guna mengurangi pemakaian tas kresek yang notabene butuh jutaan tahun untuk didaur ulang secara alami.

Di negara maju seperti kita lihat di film Eropa, masyarakat di sana lebih memilih naik kendaraan umum seperti Tram dan Bus. Kalau kita mau pergi jarak dekat lebih baik jalan kaki sajalah. Selama 14 tahun terakhir pemanasan global sudah kian parah akibat modernisasi dan industrialisasi, banyak produk dibuat dengan mesin yang digerakkan dengan tenaga bahan bakar fosil (batu bara, minyak, dst).

Secara sistematis kita juga perlu mensosialisasikan Kyoto Protokol. Nah mulai sekarang kalau beli motor pilih yang 4 tak, kalau beli mobil yang ramah lingkungan, misal yang berbahan bakarnya bertimbal rendah. Kalau 5 tahun mendatang polusi masih terjadi akan semakin banyak gletser yang mencair. Pulau-pulai di Indonesia bisa tenggelam.

Ada cerita menarik, di Antartika muncul padang bunga, bayangkan ditengah salju ada bunga bermekaran, indah sih tampaknya tapi itu merupakan akibat ozon yang bolong tepat di atasnya. Negara-negara Afrika akan 2 kali lipat lebih miskin karena kekeringan dan bencana kelaparan mewabah. Selain itu penularan penyakit juga akan semakin mudah karena CO2 merupakan penghantar yang baik untuk virus-virus menular.

Bung Didit selaku Moderator, memberikan komentar, "Ya, kita harus mulai dari sendiri" ujarnya lantang.

Sedikit sharing, saya dari Semarang, dulu waktu 1980-an sering diajak ayah ke Magelang, udara di sana masih terasa sejuk, sekarang kok panas banget. Di Semarang sendiri, ada kota atas dan kota bawah, menurut ayah saya sekitar tahun 1860- kalau kita bicara di kota atas akan keluar asap saking dinginnya, sekarang atas dan bawah sama aja panasnya. Selain itu koordinator NIM Semarang ini juga menyoroti prilaku manusia yang tak selaras dengan alam turut menyebabkan kerusakan alam.

Kabar baiknya, di Surabaya mulai ada program penanaman sejuta pohon di masing-masing kelurahan, di Jakarta saya baca juga ada kebijakan tata ruang perkotaan, rumah kudu memiliki taman. Di Hero Semarang juga ada kantong khusus yang ramah lingkungan, walau kita harus beli. Pihak Swasta juga perlu digandeng untuk mensosialisasikan dan mengantisipasi Global Warming.

Para lelulur kita mempersonifikasikan alam dengan sebutan Bunda Alam Semesta, Ibu Pertiwi, relasi parental semacam inilah yang bisa membuat kita lebih bertanggung jawab, masakan kita akan mengeksploitasi Ibu kita sendiri? Di Bali masih banyak pohon yang diberi sesaji, dibakarin dupa, menyan dst. Itu bukan memuja pohon melainkan salah satu cara menghormati sesama makhluk hidup. Lebih lanjut agar tidak merusak, kita waktu kecil sering ditakut-takuti ada wewe gombel. Nah sekarang kita harus mengemas kearifan lokal tersebut dengan bahasa orang modern yang gaul, fungky dan menarik.

Pada sesi tanya jawab Bapak Darmadi dari Solo menanggapi sikap pemerintah yang cuek saja pada masalah ekologis ini, beliau mengajak segenap peserta yang hadir di sini untuk mulai dengan diri sendiri tuk berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global. Sebagai tambahan informasi, menurut berita yang di baca di majalah nasional, kremasi juga menyebabkan polusi udara, terutama yang pakai mesin, kalau yang pakai kayu bakar mah aman-aman saja.

Mbak Wini menanggapi bahwa kampanye lingkungan di level grass root amatlah penting. Ini hal yang susah namun memang harus dilakukan, karena merekalah yang kena dampak langsung dari kerusakan lingkungan. Para akademisi harus sudi turun ke bawah menjelaskan dengan bahsa mereka dampak dari pemanasan global pada kehidupan sehari-hari masyarakat akar rumput.

"Al Gore kalah dalam pemilihan Presiden AS dengan Bush, ini menunjukan arah politik negara adidaya tersebut. Bahkan Al Gore dikritik habis-habisan dengan dalih menjadi kaki tangan Cina, supaya Cina bisa lebih maju," tambah Pak Tri. Iklim yang panas menyebabkan manusia, utamanya orang muda gampang frustasi, marah bahkan mengadakan penembakan sadis seperti di Virginia. "Tapi kita tak boleh putus asa, harus yakin pada disi sendiri, mulai dari diri sendiri, sadar!" tandas Pak Tri dengan penuh semangat.

Sedikit komentas dari Moderator, kemarin Jumat kita mengadakan Afirmasi Cinta Semesta di Pantai Marina, dihadiri pula oleh Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP, Ibu Tinuk, beliau cerita bahwa sebelumnya sempat stres berat karena dalam sehari ada 3 undangan rapat, beliau kalau tak ditelpon oleh kita mungkin tak hadir karena lupa, tapi begitu berdiri di tepi pantai, memandang lautan dan langit senja serta membacakan afirmasi, sontak stresnya hilang, seketika laras menyatu dengan alam.

Bapak Eko Prastowo, selaku Direktut Lestari memaparkan tiga faktor penting dalam tata kehidupan ini. Yakni manusia, alam dan kerja. Dalam kerja manusia dan alam berinteraksi. Hubungan yang tidak baik akan menyebabkan kerusakan karena bersifat eksploitatif. Akarnya adalah keserakahan dan keinginan yang berlebihan untuk mengeruk alam demi kepentingan pribadi. Bumi dan alam semesta sebenarnya mampu memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia, tapi tak cukup untuk memenuhi keserakahan satu manusia.

Semua agama di dunia mengajarkan supaya kita memelihara alam. Hari bumi adalah sebentuk kecemasan sekaligus harapan untuk menciptakan tata dunia yang lebih baik. Akar masalah di Bumi ini adalah perang atas penguasaan SDA, ironisnya bangsa ini tak lagi memiliki kedaulatan untuk mengelola Buminya sendiri.

Gagasan yang menarik dari Pak Eko ialah, pengajuan kurikululm pendidikan ekologis, supaya anak-anak sejak dini dekat dan kenal dengan alamnya. Sehingga kelak saat dewasa bisa melakukan pola kerja yang bertanggungjawab dan tak merusak alam. Di sini kalau ada 30 anggota NIM, maka 1 keluarga jadi pro-lingkungan, pro-bumi, menurut beliau itu sudah satu prestasi yang membanggakan.

Nenek moyang kitapun pernah membangun Prambanan, mereka sudah punya kemampuan brilian untuk merecycle, reduce dan repair. Saya bangga menjadi orang Indonesia seperti yang terpampang pada spanduk di depan.

Sebagai penutup, Bapak Sugiarto dari Taman Wisata Candi Borobudur menyampaikan permohonan maaf karena sang pimpinan Pak Bambang tak bisa hadir. Beliau sangat senang dan salute dengan kegiatan Pesta Rakyat NIM di Prambanan, juga diskusi macam ini. Ke depannya semoga terus berlanjut dan melibatkan semakin banyak lapisan elemen masyarakat.

Mas Didit dengan tangkas menceritakan bahwa ia baru membaca di koran bahwa menurut statistik jumlah pengunjung Candi Prambanan dan Borobudur meningkat tahun ini dan kebetulan berbarengan dengan penyelenggrataan Pesta Rakyat oleh NIM, tentu saja sekilas info ini di sambut tepuk tangan dan tawa segenap peserta yang hadir.

Selanjutnya NIM diwakili oleh koorditator NIM Jogja, dr. Stephanus Hardiyanto mempersembahkan souvenir kepada para Narasumber. Tak terasa sudah sore, acara diakhiri dengan Afirmasi Cinta Semesta di tepi tempuran kali Opak. Dinaungi oleh kemegahan Candi Prambanan dan disaksikan oleh patung raksasa Hanoman, seluruh peserta yang hadir membacakan afirmasi dengan mantap serta dimeriahkan dengan lantunan lagu-lagu cinta dan diakhiri dengan Indonesia Raya!

Sekilas Info Acara Napak Tilas NIM di Makam Bung Karno

Dimuat di http://www.nationalintegrationmovement.org/

1 Juni 2007 - Sekilas Info dari Acara Napak Tilas NIM di Makam Bung Karno dan Trowulan Majapahit

Pada tanggal 1 Juni 2007 lalu teman-teman National Integration Movement (NIM) Joglosemar bekerjasama dengan NIM Kediri, Surabaya dan beberapa kawan dari Blitar dan Magetan (total 41 org) mengikuti upacara Grebeg Pancasila di Alun-Alun Blitar. Ini memenuhi undangan Bapak Walikota Djarot Saiful Hidayat SE. Yakni dalam rangka Perayaan Hari Kelahiran Pancasila ke-62, mulai jam 7-9.00 WIB.

Lantas pada jam 10-11.00 WIB NIM mengadakan Pesta Rakyat di halaman Makam Bung Karno bersama masyarakat Blitar yang datang dari puluhan kelurahan se-Jatim. Kebetulan pada saat itu ada acara Kenduri Pancasila. Yakni doa syukur dan pembagian berkat gunungan/tumpeng raksasa pada segenap warga yang hadir. Terdiri dari pelbagai hasil bumi, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, nasi kuning, ingkung ayam, dst.

Pada saat Pesta Rakyat Bapak Walikota ikut berjoget lho karena ketika beliau lewat seusai mengikuti Kenduri, kita tengah menyanyikan lagu Terajana "Bhinneka Tunggal Ika". Tampak pula wartawan dari LKBN ANTARA meliput acara unik ini.

Setelah Pesta Rakayat seluruh punggawa NIM berziarah ke makam Bung Karno "Sang Proklamator RI tercinta". Suasananya begitu teduh. Putra Sang Fajar seolah tersenyum melihat anak-anak bangsa yang berkomitmen menjaga keutuhan NKRI sampai titik darah penghabiasan. Acara hari tersebut dilanjutkan dengan napak tilas ke Candi Penataran (Simbol Shiva), Pura Mpu Barada (Tokoh yang membelah Kediri menjadi 2) dan Petilasan Bhagavan Jayabaya.

Kemudian pada Sabtu 2 Juni 2007, rombongan NIM napak tilas sowan pada para leluhur kita di Trowulan Majapahit. Yakni Ke Candi Bringin Lawang, Museum Trowulan, Pendopo Agung Trowulan, Petilasan Raden Wijaya di mana beliau bersemedi dan mendapat wangsit guna mendirikan Majapahit sekaligus tempat Mahapatih Gajah Mada mengikrarkan Sumpah Palapa, tak akan mengecap kenikmatan berlebih sebelum Nusantara bersatu.

Lantas perjalanan dilanjutkan ke Candi Bajang Ratu, Brahu dan Maha Vihara Mojopahit di mana terdapat patung Buddha tidur raksasa. Di tiap tempat-tempat sakral tersebut, para anak bangsa peduli tanah air dan Bumi meluangkan ruang dan waktu guna duduk hening, mengucapkan afirmasi Cinta Semesta, berdoa 5 agama, menyanyikan lagu cinta dan kebangsaan.

Secara keseluruhan atas berkat rahmat Keberadaan seluruh rangkaian acara berjalan lancar dan berkobar. Bende Mataram, Indonesia Pasti Jaya!

PERAYAAN HUT KE-61SRI SULTAN HB X

Dimuat di http://www.nationalintegrationmovement.org/

SAMBUTAN IBU MAYA SAFIRA MUCHTAR DAN WEJANGAN BAPAK ANAND KRISHNA DALAM ACARA MALAM BHAKTI BAGI IBU PERTIWI : PERAYAAN HUT KE-61 SRI SULTAN HB X DI BANGSAL PAGELARAN KRATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT, SABTU WAGE, 7 APRIL 2007

Tamu Undangan:

Terdiri atas Para Menteri, Dirjen, Bupati/Walikota se-DIY, Jajaran pejabat dan Muspida se-DIY, Duta Besar negara-negara sahabat, dst. Disiarkan secara langsung (live) oleh TVRI Jogja. Serta terdapat layar di alun-alun utara sehingga masyarakat luas bisa menyaksikan acara bersejarah ini.

SAMBUTAN IBU MAYA SAFIRA MUCHTAR selaku Ketua National Integration Movement (NIM)

Assalamualaikum Wr, Salam Sejahtera, Om Namo Budhayana, Om Svastiastu, namun tidak ketinggalan salam pemersatu: Salam Indonesia! (terdengar tepuk tangan para hadirin)

Kepada yang terhormat Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, kepada yang terhormat Menteri Negara Lingkungan Hidup Bapak Rahmat Witoelar, kepada yang terhormat Menteri Negara Perumahan Rakyat Bapak Hasyim As'ari, Your Excelencies dan kepada yang terhormat para pejabat Muspida se-DIY dan kepada yang terhormat hadirin-hadirin semua yang tak mungkin saya sebutkan namanya satu-persatu pada malam hari ini.

Puji syukur kepada Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang bahwa kita semua dapat berkumpul bersama pada hari yang istimewa ini. Namun sebelumnya kami dari National Integration Movement (NIM) ingin mengucapkan selamat ulang tahun kepada Sri Sultan semoga panjang umur karena kami sangat membutuhkan seorang pemimpin seperti Sri Sultan di bangsa ini. (terdengar tepuk tangan para hadirin)

Kami juga dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan terimakasih kepada Sri Sultan yang pada malam ini bersedia menerima penghargaan "Aku Bangga Jadi Orang Indonesia".

National Integration Movement (NIM) yang memiliki 24 cabang di Inonesia serta 4 representatives di luar negri. Pertama kali mengadakan acara Hari Bhakti bagi Ibu Pertiwi pada tanggal 1 September 2005 yang dicanangkan oleh Menteri Pertahanan Bapak Juwono Sudarsono dan pada saat itu dihadiri oleh Gus Dur, Bapak Muladi, Bapak Sutiyoso, dan Bapak Siswono Yudho Husodo. Setelah itupun acara itu terus bergulir di Semarang yang waktu itu dihadiri oleh Sri Sultan, di Bali yang dihadiri oleh Kanjeng Ratu, di Lampung dan dilain-lainnya. Dan National Integration Movement ini dibidani oleh Yayasan Anand Ashram yang berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan didirikan oleh Bapak Anand Krishna.

Salah satu wujud nyata dari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi adalah pelestarian budaya, tanpa melestarikan budaya sebuah bangsa akan hilang identitasnya. Sri Sultan Hamengku Buwono X telah berjasa dan berupaya menjaga keluhuran budaya Nusantara. Penghargaan ini akan dipersembahakan oleh Bapak Anand Krishna dan untuk itu kami mohon kepada Bapak Anand Krishna untuk memberikan wejangannya sebelum memberikan penghargaan, mari kita sambut Bapak Anand Krishna... (terdengar tepuk tangan para hadirin)


WEJANGAN BAPAK ANAND KRISHNA selaku penggagas National Integration Movement (NIM):

Kepada yang mulia Sri Sultan, Arjuna Wiwaha sudah selesai, saatnya yang mulia kita turun ke medan perang Kurusetra. Arjuna Wijaya sekarang! (terdengar gemuruh tepuk tangan para hadirin)

Yang saya muliakan para Menteri, para Duta Besar, dan hadirin sekalian. Ketika Arjuna bertapa senjata yang ia peroleh ialah Pasopati. Pasopati berarti pengendalian insting-insting hewani. "Pasyo" berarti hewan. Kemudian Yogyakarta, "Yagya" berarti bekerja tanpa pamrih. Dan itu.... (diselingi tepuk tangan hadirin) itu yang akan mengantar Arjuna pada Wijaya.

Teman-teman, saudara-saudara...

Saya selalu berusaha untuk mengingatkan diri saya, mari kita belajar dari sejarah.

Setiap kali kita berusaha merubah landasan kita untuk bernegara kita terpecah-belah. Kita dari belajar dari kegagalan Majapahit, kegagalan Gadjah Mada, kita juga belajar dari Sriwijaya yang sudah bisa mengekspor hasil bumi sampai ke Madagaskar.

Saudara-saudara beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan seorang Dirjen. Maafkan saya Bapak Menteri. Saya bertanya, bicara-bicara dan saya bertanya, Bapak tahu nggak maksud dari Tamasek? Tidak tahu... Duta Besar Singgapura pasti tahu. Padahal Tamasek itu adalah istilah kita, kita sendiri tidak tahu... apa yang kita miliki. Kita lupa akan potensi diri kita. Dan ini akibatnya sekarang, apapun yang sedang terjadi ini karena kita lupa jati diri kita, kita lupa potensi diri kita.

Belajar dari kegagalan Gajah Mada, belajar dari kegagalan Raden Patah, kita cuma bertahan seratus tahun dengan landasan agama. Dengan landasan budaya kita pernah memiliki Dinasti yang dalam sejarah seluruh umat manusia, tidak ada dinasti yang pernah berkuasa 800 tahun: Sriwijaya. Dari Ken Arok sampai Majapahit 400 tahun, Patihnya agama Buddha, Rajanya agama Hindu, barangkali kita juga lupa bahwa salah satu Raja Sriwijaya bernama Haji Sumatrani, dia orang Muslim. Masyrarakatnya lebih banyak Hindu dan Buddha. Tidak menjadi masalah. Ketika kita mencoba untuk merubah landasan itu, hanya bertahan 100 tahun dan kita kacau balau.

Kalau kita tidak belajar dari sejarah, ini yang akan kita alami lagi, "Those who do not learn from history condemn to repeat it." Kita akan dikutuk untuk mengulangi pelajaran yang sama.

Dan di situ penghargaan dengan segala kerendahan hati kami berikan kepada Sri Sultan. Paduka Sri...Sri Paduka. "Sri "berarti mulia, kesejahteraan, "Paduka" berarti langkah. Setiap langkah beliau (terdengar kokok ayam yang dipelihara oleh abdi dalem Kraton seolah mengamini) menyejahterakan. Ini adalah Sri Paduka. Tetapi penghargaan ini kita berikan dengan sedikit menodong Sri Sultan, menodong Sri Sultan...Suara Rakyat Yang Mulia, sudah saatnya tinggalkan Yogya, datanglah ke Jakarta. Indonesia membutuhkan Sri Sultan (terdengar gemuruh tepuk tangan hadirin)

Indonesia membutuhkan Sri Sultan, medan perang Kurusetra sudah menantikan kedatangan Arjuna. Terimakasih.

Sri Sultan mohon kesediaannya untuk menerima penghargaan kecil ini (terdengar alunan biola lagu Syukur yang dimainkan oleh Idris Sardi) (suasana begitu mengharukan sekaligus berkobar... lantas terdengar gemuruh tepuk tangan para hadirin).

Acara dilanjutkan dengan Sufi Mehfil yakni persembahan Whirling Meditation Dance yang pernah dipopulerkan oleh Maulana Jalaludin Rumi 800 tahun silam. Dan kini di Bumi Nusantara dipopulerkan kembali oleh Bapak Anand Krishna.

Beliau berkenan memandu langsung seluruh rangkaian pesta raya pada malam tersebut yang telah digelar oleh-NYa...dari awal hingga akhir...demi kau, kau, kau, demi kita semua...

Bende Mataram...Bende Mataram... Bende Mataram...