November 19, 2008

Meretas Tanggung Jawab Kebangsaan

Dimuat di Rubrik Bebas Bicara, Bernas Jogja, Kamis 20 November 2008

Ilmuwan kondang Napoleon Hill mengatakan 98 persen penduduk bumi tak mengetahui apa yang menjadi obsesi mendasar dalam dirinya. Hanya 2 persen orang yang menguasai seluruh aset dunia kita. Keluarga besar Federal Reserve System (disingkat: The Fed) termasuk kelompok yang "beruntung" itu. Sejak zaman Malaise pada tahun 1929, tak kurang dari 35 persen pajak USA dipakai untuk membayar hutang kepada konsorsium 14 bank swasta tersebut. Bahkan pada tahun 2008 ini, 1 Trilyur US Dollar mengalir deras ke kocek The Fed. (Sumber: http://www.zeitgeistmovie.com)

Bung Karno dulu berseru lantang, "Go to hell with your aids". Kenapa? Karena beliau mengetahui bahwa bantuan itu bukan uang rakyat Amerika sendiri, melainkan hibah (baca: hutang) dari The Fed. Selain itu, Putra Sang Fajar sejak jauh-jauh hari memperingatkan bahaya laten Neo Imperialisme dan Neo Kolonialisme. Saat ini hal itu sungguh terjadi. Tak kurang dari 2.000 orang-orang penting di Indonesia dipantau setiap gerak-geriknya dengan teknologi satelit. Presiden, Gubernur, dan Bupati bisa diangkat dan dijatuhkan kapan saja sesuai dengan selera pasar. Ironisnya, para wakil rakyat dan pejabat kita tak menyadari situasi kritis ini. Mereka justru mensahkan UU "Porno" yang bisa mematik konflik horisontal dan mematikan budaya lokal.

Tanggung Jawab Kebangsaan

Kita perlu segera meretas National Resposibility (tanggung jawab kebangsaan). Termasuk dari pihak para pengusaha lokal. Tak cukup hanya berhenti pada program CSR (Corporate Social Responsibility). Data terkini menunjukkan bahwa kita hanya memiliki 1 persen enterpreneur dari total 220 Juta rakyat Indonesia. Akibatnya, krisis ekonomi seolah menjadi siklus 10 tahunan di sini.

Semangat kewirausahaan musti kita kembangkan sejak dini. Misal dengan mendirikan sekolah-sekolah menengah kejuruan. Visi Bung Hatta untuk membangun masyarakat koperasi (cooperatuve society) musti segera kita wujudkan bersama. Mari berlomba melakukan sesuatu yang bermanfaat (migunani) bagi sesama (liyan) anak bangsa. Saatnya kita berkorban demi kejayaan NKRI. Mulai dari hal-hal yang sederhana.

Misalnya dengan membeli produk lokal. Kalau belanja ke pasar tradisional jangan membeli apel Switzerland, toh masih bisa makan apel Malang. Menurut kajian medis buah-buahan dan sayur-sayuran yang tumbuh di sekitar kita lebih cocok dengan aliran darah dan sistem pencernaan Orang Indonesia. Buktinya kalau ada turis Prancis makan buah salak pondoh di dusun Turi Yogyakarta mereka lantas merasa sakit perut. Tapi kalau si Budi melahap sekeranjangpun ia masih bisa bermain bola.

Carrefour, Alfamart, dll tak perlu menjual buah dan sayuran di sini. Hypermarket perlu dibatasi agar tidak mematikan hajat hidup simbok-simbok di pasar Bringharjo Malioboro. Menurut seorang sahabat, di Manhattan sana pemerintah mengatur secara ketat para pelaku MNC/TNC tersebut. Ini bukan berarti kita anti asing. Toh masih ada barang-barang yang memang perlu kita impor. Seperti jam tangan, peralatan elektronik, mobil, dan pesawat terbang. Tapi 80 persen kebutuhan pangan, sandang, dan papan perlu kita produksi sendiri alias swasembada.

Negeri kita begitu kaya. Baik secara lahir maupun batin. Ironisnya kita justru menghancurkan warisan leluhur tersebut sekaligus merampas hak generasi masa depan. Akibat pembangunan lapangan Golf, banyak kawasan sabuk hijau rusak dan desa adat di lereng Merapi tergusur. Padahal para turis manca negara melancong ke sini untuk menikmati keindahan alam sembari menonton sentratari Ramayana, Jathilan, dan khasanah seni-budaya lainnya.

Seputar UU "Porno"

Masih seputar UU "Porno", selain mematikan budaya lokal, produk hukum ini membuka peluang bagi para "milisi swasta" untuk main hakim sendiri. Tetangga kita Malaysia di ambang disintegrasi bangsa karena institusi agama terlalu campur tangan dalam ranah politik. Pemuka agama keluar-masuk Istana negara seenaknya. Akibatnya, lebih dari 40 persen rakyat pribumi di sana terus mengalami perlakukan diskriminatif dari para penguasa agama dan negara.

Akhir kata, UU "Porno" akan menjadikan Indonesia sebagai negara boneka sekaligus lumbung padi Arab Saudi. Sama-sebangun seperti yang menimpa rakyat Sudan dan Pakistan. Lebih dari 1.200 Juta hektar lahan subur di sana telah disewakan untuk rentang waktu 99 tahun. Ironisnya, sentimen agamalah yang dipergunakan untuk menguasai negri-negri tersebut. Padahal sejatinya murni urusan dagang. Semoga pola serupa tak terjadi di bumi Pertiwi tercinta ini. Rahayu!

November 18, 2008

Tri Sakti

Menurut Ki Hadjar Dewantara, manusia ialah makhluk mulia. Bapak Pendidikan Nasional ini menandaskan bahwa kita berbeda dengan hewan, terutama terkait dengan keadaan jiwa (psikis). Kenapa? Karena binatang belum memiliki budi, yakni gabungan antara kekuatan pikiran, perasaan, dan kehendak (Pendidikan, bagian I, 2004, Majelis Luhur Taman Siswa Yogyakarta).

Dalam tradisi Kejawen, tri sakti di atas disebut daya cipta, rasa, dan karsa. Hewan hanya mempunyai nafsu. Di dalam diri manusia insting itu pun tetap eksis, tapi sudah relatif terkendali oleh daya intelegensia.

Akhir kata, manusia yang menuruti kecenderungan hewaniah semata, misalnya dengan melakukan tindak kekerasan berkedok agama, mengeksploitasi alam titipan anak-cucu, dan menyelewengkan amanah publik demi keuntungan pribadi bolehlah ia disebut sebagai manusia yang berderajat sub-human.

Sumber: http://harianjoglosemar.com/ index.php? option=com_ content&task=view&id=28921&Itemid=1

Yayasan Anand Ashram Motori Doa Perdamaian untuk Dunia

Yayasan Anand Ashram Motori Doa Perdamaian untuk Dunia

12-Nov-2008, 18:29:21 WIB - [www.kabarindonesia. com]

KabarIndonesia -- Eksekusi mati atas trio bombers Bali pada Minggu dini hari lalu mengundang berbagai reaksi di masyarakat. Salah satunya berupa acara doa bersama dan pembacaan pesan perdamaian oleh Yayasan Anand Ashram dan National Integration Movement (NIM) secara serentak di Jakarta, Bali, dan Jogjakarta, Minggu (9/11), pukul 09.00-09.40 WIB.

Khusus untuk wilayah Joglosemar bertempat di Sekretariat NIM Jogja, Perum Dayu Permai P-18, Jln. Kaliurang Km. 9 Jogjakarta. Acara tersebut dihadiri oleh penganut agama yang beragam dan diisi dengan pengucapan pesan perdamaian dan doa empat agama secara bergantian sesuai dengan kepercayaan masing-masing bagi perdamaian dunia, arwah para korban dan pelaku bom Bali.

Berikut ini kutipan pesan perdamaian yang dibacakan secara bersama-sama:

Kami percaya pada anti-kekerasan
Kami menolak kekerasan dalam bentuk apapun
Namun kami juga menyadari ada kalanya
Masyarakat memerlukan perubahan radikal
Yang mungkin saja melibatkan 'kekerasan'
Dalam bentuk tindakan operasi

Kami menerima eksekusi
para pelaku bom Bali
sebagai bagian dari tindakan operasi

Kami berharap, kami berdoa bahwa
Eksekusi ini telah mengirimkan sinyal jelas
Bagi para penganut garis keras, ekstrimis, dan pendukungnya
Bahwa kekerasan bukanlah solusi
Dan Kasihlah satu-satunya solusi

Karenanya, atas nama Cinta Kasih
Yang Tak Terbatas, Tanpa Syarat, Abadi
Dan tidak mengenal batas
Kami berkumpul hari ini
Untuk mendoakan jiwa mereka yang berpulang

Kami mendoakan semuanya
Para pelaku bom yang dieksekusi hari ini
Dan juga korban-korban kekejaman mereka

Semoga jiwa mereka mendapatkan kedamaian
Yang sangat mereka perlukan
Untuk melanjutkan perjalanannya
Menuju Cahaya, Kasih, dan Kehidupan Abadi...

DAMAI BAGI SELURUH DUNIA...
DAMAI BAGI KITA SEMUA…

Al Fatihah (oleh rekan-rekan Muslim)
Lord's Prayer (oleh rekan-rekan Nasrani)
Buddham Sharanam (oleh rekan-rekan Buddha)
Gayatri (oleh rekan-rekan Hindu)

Semoga seluruh makhluk berbahagia…
Semoga semua mengalami suka cita dan kesehatan…
Semoga tiada yang mengalami sakit dan ketidakberuntungan…
Semoga seluruh makhluk menyadari keilahian di dalam diri...

Tuntunlah kami, O Tuhan…
Dari kegelapan yang mencekam…
Dari khayalan dan ketidakpedulian. ..
Menuju cahaya abadi...
Cahaya abadi kebenaran dan kebijaksanaan. ..

Amin 3x
Amen 3x
Sadhu 3x
Om Shanti, Shanti, Shanti

Menurut koordinator acara, Debby Sinaga, kegiatan ini ditujukan untuk mengirimkan pesan yang jelas bagi para pendukung mereka bahwa kekerasan bukanlah suatu jalan keluar dan cinta adalah satu-satunya solusi. Lebih lanjut, aktivis Gerakan Integrasi Nasional ini menyatakan hukuman mati atas Amrozi cs untuk menegakkan hukum positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selain berdoa, hadirin yang bersifat multikultur ini juga menyanyikan lagu-lagu perdamaian dan kebangsaan dengan penuh khidmat. Berikut kutipannya:

Pancasila pemersatu bangsa
kesaktiannya tlah merekatkan sgala perbedaan dan keragaman Nusantara
Pancasila sari pati budaya
Kearifan luhur pendiri bangsa……

Tak ketinggalan, sebuah lagu berbahasa Inggris dilantunkan dengan penuh cinta;

Whatever you say, let love speak through you
Whatever you pray, let love rule your life
You got love, love, love, love is the ultimate potion
You got love, love, love, love's the only solution...

Pada akhir acara, ditandaskan bahwa Gerakan Integrasi Nasional menolak kekerasan dengan dalih apapun. Namun disadari bahwa ada kalanya masyarakat memerlukan perubahan radikal yang kadang melibatkan 'kekerasan' dalam bentuk operasi. "Kami tidak membenci para pelaku bom Bali, tetapi kami juga tidak akan tinggal diam menyaksikan kekejaman merajarela. Oleh sebab itu kami melihat hukuman mati bagi para pelaku bom Bali sudah tepat", tandas Debby. (*)

Sumber: http://www.kabarindonesia.com/ berita.php? pil=26&dn=20081112172249

Manifesto Gerakan Memberdayakan Presiden

Dimuat di Rubrik Surat Pembaca, Radar Jogja, Jumat 14 November 2008

Kami, anak-anak Bangsa Indonesia, yang terdiri dari berbagai latar belakang suku, agama, gender, dan profesi, yang peduli akan keselamatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan ini menyatakan:

1. Kami sangat mendukung dan mengapresiasi niat baik Bapak Presiden Republik Indonesia dalam menjalankan tugas-tugas Beliau sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan.

2. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam menjalankan tugas sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, Bapak Presiden berusaha mengakomodir kepentingan dari semua pihak dan golongan, namun demikian kami juga menyadari sepenuhnya bahwa tidaklah mungkin dapat menyenangkan semua pihak dan golongan.

3. Kami yakin dengan segala kearifan dan kebijaksanaan Bapak Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, dengan tegas dapat mengambil sikap dan tindakan nyata.

4. Dalam kasus eksekusi para Pembom Bali 1, kami percaya bahwa hukuman yang telah dijatuhkan kepada Amrozi dkk (hukuman mati) oleh Pengadilan di Indonesia adalah sebuah keputusan yang tepat, karena kejahatan atas nama agama yang dilakukan Amrozi dkk adalah sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan, tidak hanya terhadap Anak Bangsa Indonesia saja, namun juga terhadap Warga Dunia Internasional. Pengampunan memang dapat saja dilakukan hanya jika Amrozi dkk secara tulus menunjukkan rasa penyesalan atas kejahatan yang telah mereka lakukan, tapi sayang sekali hal itu tidak terjadi. Bukannya penyesalan yang ditunjukkan, tapi malah ancaman-ancaman pembalasan dan teror-teror yang kerap dilontarkan bila eksekusi mati terhadap mereka dilakukan.

5. Dan mengenai UU Pornografi, kami meminta Bapak Presiden untuk tidak hanya menolak menandatangani UU ini, tetapi juga memveto UU yang secara akademis tidak layak menjadi produk perundang-undangan di Indonesia. Produk ini juga sangat jelas telah mengancam persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia karena bukan hanya akan mematikan Budaya dan Tradisi Nusantara yang sudah ada sebelum NKRI ada, tapi juga secara resmi sudah ditolak oleh 2 gubernur mewakili 2 pemerintahan daerah setingkat provinsi di Indonesia dan beberapa daerah juga telah bergolak dengan aksi-aksi sporadis menentang pemberlakuan UU Pornografi ini.

6. Kami percaya bahwa sebagai seorang Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan tertinggi di Indonesia, Bapak Presiden mempunyai sifat utama kepemimpinan, yakni, mementingkan Kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi/kelompok, mampu mengambil Keputusan (decisive), berani mengambil keputusan yang tidak populer, sederhana, dan bijaksana.

Demikian manifesto ini kami buat, karena kami sangat mempercayai kemampuan Bapak Presiden dalam menjalankan tugasnya sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Karena itu kami akan selalu memberikan dukungan penuh kepada Bapak Presiden, atas setiap keputusan yang dibuat demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, UUD '45, dan Bhinneka Tunggal Ika, serta dilandasi Rasa Cinta dan Bhakti Bagimu Ibu Pertiwi. Salam Indonesia!

HAPUS KOLOM AGAMA DI KTP

HAPUS KOLOM AGAMA DI KTP

Banyak korban berguguran di Poso karena penyalahgunaan kolom agama di kartu tanda penduduk atau KTP oleh kelompok yang bertikai. Identitas agama tersebut menjadi "senjata" untuk saling membunuh atas nama kepercayaan.

Lebanon menghapuskan kolom agama di KTP pascaperang saudara selama 16 tahun. Saat ini hanya ada dua negara yang keukeuh mencantumkan kolom agama di ID Card, yakni Arab Saudi dan Indonesia.

Radikalisme memang acapkali berawal dari hal-hal kecil. Misal pemisahan anak-anak saat pelajaran agama di sekolah. Seorang anak yang berbeda agama dan keyakinan mendapatkan perlakuan diskriminatif dari para guru.

Hal ini terjadi berulang-ulang dan menimbulkan bibit-bibit perpecahan dalam diri si anak. Oleh sebab itu, pengenalan nilai- nilai budi pekerti perlu kita galakkan kembali sejak usia dini.

Penghapusan kolom agama di KTP dan penanaman nilai-nilai budi pekerti sejak usia dini, niscaya mengurangi potensi terjadinya konflik dan pola pengkotak-kotakkan antarwarga negara. Toh sejatinya, kita semua-menyitir pendapat Anand Krishna-memiliki Satu Bumi, Satu Langit, dan Satu Umat Manusia (One Earth, One Sky, and One Humankind)

Sumber: http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/09/11433968/surat.pembaca

Surat terbuka media TV

Surat terbuka media TV

Saya seorang warga negara biasa yang prihatin dengan tayangan TV akhir-akhir ini. Dengan penuh hormat saya mengimbau kepada para pengelola media televisi untuk menghentikan penyiaran acara-acara yang menggambarkan Amrozi dkk sebagai syuhada. Seolah pembunuh berdarah dingin tersebut adalah pahlawan bangsa.

Mereka murni teroris yang berkedok agama. Islam merupakan pembawa kedamaian yang notabene bukan agama teror. Sesuai asas cover both side, tolong tampilkan juga flash back tragedi Bom Bali I dan II. Perlihatkan pada khalayak ramai bahwa hasil perbuatan keji mereka itu telah memakan ratusan korban meninggal dan luka-luka.

Tak ada satu pun agama di dunia dan kepercayaan lokal setempat yang mengajarkan kekerasan untuk mencapai tujuan dan kemuliaan bersama. Cinta kasih ialah satu-satunya solusi atas masalah kemanusiaan kita dewasa ini. Sebab, menyitir petuah Mahatma Gandhi, "utang mata dibalas mata, membuat seantero dunia buta". Rahayu!

Sumber: http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/1id87428.html

Soal Eksekusi Amrozi Cs

Soal Eksekusi Amrozi Cs

EKSEKUSI Amrozi cs ialah peringatan bagi para pendukung mereka sekaligus penegasan bahwa kekerasan bukanlah metode pemecahan masalah. Selain itu, eksekusi Amrozi cs untuk menegakkan hukum positif di Indonesia dan menjaga ketenteraman hidup masyarakat.

Saya mengajak segenap elemen bangsa dari Sabang sampai Merauke, pada saat para pelaku bom Bali tersebut dieksekusi, untuk mengiringi arwah mereka demi perdamaian dunia. Mari berdoa atas nama kasih, kedamaian, dan harmoni yang lintas batas, ruang, dan waktu. Satu langkah kecil ini semoga menyadarkan para penganut aliran garis keras bahwa cinta ialah solusi satu-satunya atas pelbagai problematik kemanusiaan di atas muka bumi ini.

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/11/10/SRT/mbm.20081110.SRT128687.id.html