Desember 30, 2011

Mari Tertawa Bersama di Monas

Dimuat di HMINEWS.COM, Sabtu/31 Desember 2011 http://hminews.com/news/12476/

Sumber berita dan foto: http://circleoflaughter.com/

13253092501118192620

HMINEWS, Jakarta – Klub Tawa Ceria Indonesia (KTCI) mencoba mengajak pengunjung Monas yang sedang berolah raga atau yang sekedar bersantai untuk mengikuti olah raga tertawa. Sejak pukul 05.00 WIB para sukarelawan KTCI telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk kegiatan perdana mereka pada Minggu (18/9). Rencananya olah raga tertawa ini akan dilakukan rutin 2 minggu sekali setiap Minggu pagi, pukul 06.00-07.00 WIB.13253098872075290431

Sekitar tigapuluhan orang lebih sukarelawan KTCI akan berkomitmen memasyarakatkan olah raga tertawa ke khalayak ramai. Olah raga tertawa ini memang sudah diketahui keberadaannya oleh masyarakat luas, namun keberadaan KTCI pada kehadiran perdana ini, tampil dengan kesiapsediaan dan penguasaan atas teknik olah raga yang akan segera mewabah ini.

13253097611910539182

Usai peregangan dan pemanasan para peserta terlihat segar dan bugar, termasuk beberapa pengunjung yang langsung berminat. Mereka pun turut larut melanjutkan teknik-teknik berikutnya yang disajikan. Selanjutnya dua orang fasilitator KTCI; Dewi Juniarti Psi. (Psikolog dari UI) dan Didit Palgunadi S.Sos., berhasil menarik lepas tertawa peserta dan pengunjung dengan teknik lucu dan konyol yang dicontohkan. Mereka terpingkal-pingkal melakukan ‘teknik wajah terjelek’ mereka, ‘saling sapa sambil bertepuk tangan’, dan ‘bernyanyi dengan menggunakan bahasa tanpa makna’.

Luar biasa, tawa mereka yang renyah dan spontan itu berhasil menyebar dan membetot para pengunjung. Tak heran bila senyuman pun begitu mudah merekah di wajah mereka. Rupanya tertawa berkelompok itu sangat menular dan membahagiakan. Tertawa lepas telah melepas keluar stres terpendam mereka.

Sebelum acara berakhir, dr Made Aryawardhana (44) dari KTCI memberikan penyuluhan kesehatan seputar pentingnya minum air putih bagi tubuh. “Tubuh kita terdiri dari 70-80% cairan, maka mengkonsumsi air minimal 2 liter sehari akan menyehatkan tubuh, membersihkan tubuh dari berbagai racun. Konsumsi air yang cukup akan membantu mempertahankan daya tahan tubuh,” demikian sepenggal penjelasannya (Sumber: http://circleoflaughter.com/?p=9).

Satu jam tertawa pagi sudah lebih dari cukup untuk memulihkan kesehatan dan pikiran jernih. Siapa pun boleh ikutan. Coba saja! Asik kan? Makanya silahkan daftar sekarang juga. Dan bila ingin tahu informasinya lebih lengkap bisa ke

Ibu Isty di nomor 0818.089.41.999

Sampai Jumpa!

Kontributor HMINEWS: Reporter David E Purba, Fotografer Prabu Dennaga, Editor T. Nugroho

13253101131501691495

Manfaat Tertawa


Desember 26, 2011

Mengubah Negativitas Jadi Kreativitas

Dimuat di Jawapos, Minggu/25 Desember 2011

13249279552054737209

Judul : The Happiness Trap

Penulis : Dr. Russ Harris, M.D

Alih Bahasa : C. Krismariana W

Penerbit : Kanisius

Cetakan : I, 2011

Tebal : 320 halaman

ISBN : 978-979-21-2412-5

Harga : Rp 50.000

Buku ini menegaskan bahwa negativitas hendaknya dirangkul, diberi ruang, dan jangan malah disangkal.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap fakta mengejutkan. Satu dari 2 orang dewasa sempat serius berpikir untuk bunuh diri. Para responden itu bergumul dengan perasaan itu selama seminggu atau lebih. Depresi juga merupakan penyakit ke-4 terbesar dunia. Bahkan para ahli memprediksi stres kelak menjadi penyakit kedua terbesar (2020).

Buku ini memuat ketrampilan untuk melemahkan pergulatan dalam diri. Penulisnya, Dr. Russ Harris, MD lahir di Liverpool, Inggris. Ia lulus sebagai dokter (1989) dari Universitas Newcastle di Inggris. Lantas, Dr. Russ hijrah ke Negeri Kangguru (1991) dan berpraktik sebagai dokter keluarga. Ia sering berkeliling Australia dan ke negeri manca memberi terapi stres.

Bersama Steven Hayes dan Kelly Wilson dari Amerika Serikat, Dr. Russ meneliti 2 fakultas dalam diri kita.Yakni diri berpikir dan diri mengobservasi. Tugas divisi pertama antara lain berpikir, membuat rencana, dan membandingkan. Sedangkan, diri mengobservasi bertanggungjawab agar fokus, memberi perhatian, dan sadar.

Contohnya tatkala menyaksikan matahari tenggelam. Ada momen saat subjek sekedar mengagumi, “Betapa indahnya…” Sejenak hening, tak ada pikiran berseliweran. Hanya merekam spektrum warna di langit senja. Saat itu diri mengobservasi yang bekerja.

Tetapi, kemudian diri berpikir masuk, “Wow lihatlah warna-warni itu! Ah seandainya aku membawa kamera.” Semakin diri mengobservasi menaruh perhatian pada komentar diri berpikir, kita kian kehilangan kontak dengan matahari terbenam itu sendiri.

Diri berpikir mirip siaran radio 24 jam nonstop. Isinya acara masa depan suram. Selain itu, ia juga mengingatkan trauma masa lampau. Kadang radio itu berhenti beberapa detik.

Para Master Zen menguasai ketrampilan tersebut. Pikiran seolah menjadi sepotong bahasa. Biarkan ia datang dan pergi. Salah satu tekniknya dengan, “Berterimakasih pada Pikiran” (hlm 67).

Dr. Russ mengajak sidang pembaca mengakui eksistensi pikiran yang tak menyenangkan (negative thinking). Berterimakasihlah padanya, dan kembalikan perhatian pada apa yang sedang kita kerjakan. ACT (Acceptance and Commitment Therapy) berbeda dengan teori pikiran positif. Metode postitive thinking ibarat menyalakan siaran radio kedua.

ACT berbeda pula dengan menafikan siaran radio pertama. Semakin kita menghindar, kian terasa sangat mengganggu suara itu. Penerimaan ialah kuncinya. Ada teknik pernafasan sederhana untuk melatih keterampilan tersebut (hlm 88).

Secara lebih mendalam, diulas pula 6 prinsip ACT. Antara lain: Ekspansi, yakni memberi ruang bagi perasaan tidak menyenangkan. Bukan menekan atau menyingkirkannya. Kalau kita memberi ruang bagi emosi negatif, mereka akan segera pergi dan tak terlalu mengganggu.

Selanjutnya adalah keterhubungan, yakni hidup di masa sekarang. Alih-alih berkubang di masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan, lebih baik terhubung dengan apa yang sedang terjadi. Seperti petuah Master Shifu dalam film Kung Fu Panda I, “Masa lalu ialah sejarah, masa depan masih misterius. Hari ini ialah berkah. Itulah kenapa disebut hadiah.”

Pelayaran

Keunggulan buku ini mampu menggambarkan teori rumit dengan analogi sederhana. Ihwal dikotomi kesadaran dan emosi bawah sadar (subconscious), Harris mengilustrasikan lewat adegan pelayaran. Bayangkan kita mengemudi kapal di tengah lautan. Pada lambung kapal mendekam segerombolan iblis. Mereka bercakar runcing, bergigi tajam. Wujud setan itu beraneka ragam. Berupa emosi rasa bersalah, marah, takut, dan tak berpengharapan (hopelessness).

Selama kita menjaga kapal tetap berlayar di lautan, para iblis tetap tinggal di bawah. Tapi ketika kita mulai mengarahkan kapal menuju daratan, mereka akan naik ke dek, mengepak-ngepakkan sayap, memamerkan gigi tajamnya, dan mengancam akan menyobek-nyobek kita jadi serpihan kecil.

Tapi bila diamati secara cermat, iblis-iblis itu tidak pernah bisa menyakiti secara fisik. Mereka hanya bisa menggeram dan melambaikan cakarnya. Sejatinya, kita bebas selama kita bersedia menerima keberadaan mereka. Biarkan para iblis melolong, toh mereka tidak punya kekuatan apa pun atas diri. Energi iblis berbanding lurus dengan kepercayaan kita terhadap mereka.

Russ melihatnya sebagai konsekuensi evolusi. Spesies Homo Sapiens berumur ratusan ribu tahun. Manusia awal hidupnya masih nomaden, berburu, dan mengumpulkan makanan. Pikiran leluhur kita mengingat satu instruksi, “Jangan terbunuh!” Faktor penting agar tetap survive ialah mengenali lingkungan sekitar. Sebab, mungkin ada buaya di kolam itu.

Ternyata pada zamam modern, pikiran kita juga melakukan hal serupa. Bedanya bukan srigala berbobot 200 kg ancaman kita, tapi kehilangan pekerjaan, ditilang polisi, tak bisa membayar tagihan listrik, demam panggung, terserang kanker, dan ketakutan ditolak. Tak peduli seberapa kuat para iblis mengancam. Biarkan mereka berputar-putar.

Buku ini bisa menjadi bacaan alternatif. Tatkala rak-rak toko buku mengerang menahan beban tumpukan buku motivasi berdasarkan pernyangkalan emosi negatif. Dr. Russ Harris memberi resep sederhana, “Rangkul negativitas sebagai keniscayaan hidup. Penerimaan ialah langkah pertama untuk merubahnya menjadi energi kreativitas.” Selamat membaca! (T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Bahasa Inggris PKBM Angon (Sekolah Alam) Jogjakarta)

Desember 22, 2011

Sisi Lain Kehidupan Yesus

Dimuat di Koran Jakarta, Kamis/22 Desember 2011

http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/78976

Rhonda Byrne, penulis buku The Secret (2006), mengaku terinspirasi karya Wallace D Wattles yang berjudul The Science of Getting Rich (1910). Buku tersebut merupakan buku ketiga Wattles. Karya perdana Wallace ialah A New Christ (1900).

Pada saat itu, Partai Sosialis di Cincinnati, Ohio, mengundangnya berceramah. Lantas, naskah pidato bertajuk Jesus: The Man and His Works itulah yang dibukukan oleh panitia. Melalui karya ini, Wattles memperkenalkan sisi lain kehidupan Yesus. Buku A New Christ, Jesus - The Man and His Works merupakan terjemahan, edit ulang, dan catatan Anand Krishna Ph,D.

Pada bagian kata pengantar, Reverend Mindawati Peranginangin Ph, D turut memberi sekapur sirih. Ia seorang pendeta perempuan kondang. Uniknya, Rev Mindawati tak hanya melayani umat Kristen, ia berinteraksi pula dengan sesama umat beragama lain. Tepatnya di Jakarta, Medan, Darwin, dan beberapa kota terpencil di Negeri Kanguru. Buku ini lebih banyak mengisahkan pengalaman Wattles.

Sejak awal, ia tidak tertarik dengan bangunan megah. Tapi, tatkala ia berada di tengah kerumunan anak-anak jalanan, di pasar, dan di tengah para pekerja pabrik yang bersimbah peluh, secara otomatis hati Wattles tergetar. "Ketika berhadapan dengan mereka yang tetap berkarya walau menderita; mereka yang tetap mencintai walau yang dicarinya belum ketemu, kepala saya tertunduk dengan sendirinya" (halaman 44).

Bahkan, Wattles berani melukiskan adegan Yesus dan anak-anak kecil secara berbeda. "Yesus dari Nazareth berada di tengah kerumunan buruh kasar. Anak yang digendongnya itu putri keluarga miskin." Lebih lanjut, karena orang tuanya tak berpunya, anak itu jelas tidak bersih.

Rambutnya tak pernah disisir. Badannya dipenuhi bisul dan berbau tak sedap. Fakta historis ini merupakan cerminan masa gelap peradaban di Galilea. Tak hanya berkeluh-kesah, Wattles juga berbagi solusi konkret. Ia memperoleh inspirasi dari seorang peserta ceramah. Gadis miskin dan tidak berpendidikan pula.

Menurut gadis itu, keadaan dunia kita saat ini ibarat sedang diangkat dongkrak, "Orang kecil seperti diriku adalah gagang dongkrak tersebut. Rakyat miskin mengangkat dunia ini." Dalam menafsirkan Yesus dan ajarannya, Wattles menggunakan metode naratif. Ia mengutip ayat-ayat Injil. Wallace tak begitu memperhatikan konteks (sitz im leben). Baginya, semua kisah dinilai sama.

Tidak ada pembedaan apakah itu tulisan dari: penulis Injil, Yesus sendiri, atau jemaat Kristiani awal. Berbekal kepingan-kepingan itulah Wattles menyusun mozaik sosok Yesus. Kendati demikian, buku ini layak menjadi bacaan alternatif jelang Natal. Isinya niscaya mendorong transformasi, baik pada ranah personal maupun di lokus sosial.

Peresensi adalah T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Bahasa Inggris PKBM Angon (Sekolah Alam) Yogyakarta

Judul : A New Christ, Jesus - The Man and His Works

Penulis : Wallace D Wattles

Penerjemah, Editor, dan Apresiator: Anand Krishna Ph.D

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun : I, November 2010

Tebal : xxxxii 251 halaman

Harga : Rp 58.000

Dialog Hati 2 Tradisi


Dimuat di Harian Jogja, Kamis 22/Desember 2011

Berikut ini versi awal sebelum diedit Yth. Redaksi HARJO

13246172491519778960

Dialog Hati 2 Tradisi

Judul: Dalai Lama-Perjumpaan Buddha dan Kristen

Penulis: Donald W. Mitchell

Penerjemah: Indro Suprobo

Penerbit: Kanisius

Cetakan: 1/Agustus 2011

Tebal: 117 halaman

ISBN: 978-979-21-3049-2

Harga: Rp 20.000

“You must keep your mind happy and know how to laugh.” (Jagalah agar pikiranmu senantiasa bahagia dan ketahuilah bagaimana cara untuk tertawa) - Tenzin Gyatso, Yang Mulia Dalai Lama ke-14.

Kematian ialah awal kehidupan. Sekilas terkesan klise. Namun sejatinya mengandung nilai kebenaran. Kisah nyata berikut ini menjadi bukti. Dahulu kala, tepatnya 40 tahun silam, Thomas Merton bersua Yang Mulia (YM) Dalai Lama di Bangkok. Keduanya menghadiri konferensi antar biara Barat dan Timur. Tanpa dinyana, pasca menyampaikan presentasi, rohaniwan Kristen dari Ordo Benediktin tersebut meninggal dunia (53 tahun). Kepergian beliau menandai kelahiran sintesis spiritual 2 tradisi: Buddhisme dan Kristianitas.

Selanjutnya, YM Dalai Lama hadir dalam dialog antar biara MID (Monastic Interreligious Dialogue) Dewan Perwakilan Agama-agama se-Dunia di Chicago (1993). Beliau menyarankan agar sebanyak 25 guru Buddha dan 25 guru Kristen tinggal (live in) dalam rentang waktu tertentu. Sehingga mereka dapat berproses bersama.

Selain itu, Yang Mulia mengusulkan supaya pertemuan itu digelar di Biara Getsemani - yang notabene merupakan tempat asal sahabat sejatinya - (almarhum) Thomas Merton. Sepanjang bulan Juli 1996, pertemuan Getsemani nan bersejarah itu digelar. Bukan hanya YM Dalai Lama sendiri yang hadir, para biksu Buddhis dari Theravada, Tibet, dan Zen pun turut berpartisipasi. Sedangkan dari pihak Kristen, selain dari ordo Benediktin, hadir pula para Terapis dari Eropa, Asia, Amerika Utara, dan Australia.

Buku ini semula berbahasa Inggris. Judulnya “Spiritual Advice for Buddhists and Christians” (Terbitan: The Continum Internatioal Publishing Group Ltd, London, 1996). Isinya saripati wejangan spiritual Yang Mulia (His Holiness) dalam pertemuan Getsemani tersebut. Sebagai buah dialog dengan para biarawan - baik yang beragama Buddha maupun Kristen - buku ini relatif berbobot. Topiknya antara lain praksis doa dan meditasi.

“Salah satu penghalang utama manusia ialah kemalasan,” begitu menurut Dalai Lama. Kondisi psikologis itu tercermin lewat pernyataan, “Oh, saya tidak mampu melakukan ini; saya kurang cerdas; saya tidak mungkin melakukan hal itu…” (halaman 58). Obatnya ialah refleksi rohani. Salah satu aliran besar dalam Buddhisme (baca: Zen) meyakini bahwa potensi ke-Buddhaa-an sudah eksis. Bongkahan batu pun berproses menuju ke-Buddha-annya. Dengan menyadari hipotesis tersebut, kita dapat melihat sumber kebajikan dalam diri.

Buku ini juga mengungkap rutinitas hidup Dalai Lama. Beliau pribadi yang sangat disiplin. Yang Mulia berpendapat kelemahan mental ibarat retakan kecil. Bila dibiarkan, semakin lama kian membesar. YM Dalai Lama biasa bangun jam 03.30 pagi. Lantas, beliau bermeditasi pagi. Pada pukul 05.00, Yang Mulia mulai menyantap sarapan. Setelah pukul 08.30 ia berolahraga ringan. Baginya olah batin dan jasmani sama penting. Satu hal yang tak pernah terlewatkan ialah mendengarkan siaran berita BBC (halaman 52).

Kemudian ia menggarap tugas kantor sampai siang hari. Bila sedang liburan, waktu senggang dihabiskan dengan membaca buku. Setelah santap makan siang, beliau kembali bekerja di kantor untuk menyelesaikan tugas lain. Tepat jam 6.00 sore, seperti lazimnya para biksu, Yang Mulia minum teh dan makan malam bersama. Akhirnya, sekitar jam 8.30 malam, beliau sudah beranjak tidur. Inilah meditasi penuh damai yang menjadi favoritnya (halaman 53).

Buku “Dalai Lama-Perjumpaan Buddha dan Kristen” ini memverifikasi kebenaran sederhana. Tujuan setiap agama dan kepercayaan ialah mengolah kualitas kemanusiaan. Caranya dengan menafikan ego pribadi. Sehingga manusia dapat (lebih) mengabdi pada sesama dan segenap titah ciptaan. Menyitir petuah pemenang Nobel Perdamaian tersebut, “Change dose not come from the sky. It comes from human action.” - Perubahan tak datang dari langit, tapi dari tindakan manusia.” Selamat membaca!

T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Bahasa Inggris PKBM Angon (Sekolah Alam)Yogyakarta

Desember 19, 2011

Anand Ashram Gelar Bhakti Sosial di Panti Asuhan St. Vincentius Jakarta

RIMANEWS-Dengan senyum mengembang 40-an teman dari Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PPB) kembali menggelar acara Bhakti Sosial. Pada Minggu (18/12) giliran Panti Asuhan St. Vincentius, Jakarta Pusat yang dikunjungi untuk berbagi keceriaan.

Menurut Ketua Pelaksana, Rudy Hartono, “Kami tidak hanya berbagi makanan atau kebutuhan lainnya, namun yang terpenting ialah berbagi keceriaan. Dengan keceriaan tersebut, beban seberat apapun akan terasa lebih ringan. Selain itu, tidak hanya hati yang sedang bersedih yang terhibur, tapi semangat untuk mengisi kehidupan ini dengan penuh keceriaan kembali bangkit.”

Ada 83-an anak yatim piatu. Rata-rata masih duduk di bangku sekolah SMP dan SMA. Mereka begitu antusias mengikuti acara yang disajikan panitia. Misalnya dengan mengikuti lomba joget. Siapa yang berjoget paling seru dan tertawa paling keras mendapat hadiah buku buah karya Anand Krishna. Beliau ialah pendiri Yayasan Anand Ashram. Saat itu, seluruh peserta bernyanyi, menari , dan tertawa bersama menikmati waktu.

Selain itu, panitia juga memberikan sumbangan berupa obat-obatan. Lantas acara dilanjutkan dengan makan bersama. Keceriaan nampak jelas di wajah anak-anak panti asuhan tersebut. Semua itu memberi kebahagian bagi teman-teman Anand Ashram. Berbekal rasa bahagia itu mereka pulang kembali ke rumah masing-masing.

Sebuah pemahaman terlintas, "Tenyata untuk berbagi tidak perlu menunggu memiliki kekayaan berlimpah, sebab harta yang tak terhingga ialah kebahagiaan dari dalam diri. Menjadi ceria dan berbagi kepada siapa saja merupakan kekayaan yang membahagiakan kita semua."

_________________________

(Reporter: Rudy Hartono, Editor: Su Rahman dan T. Nugroho, Fotografer : Prabu Dennaga)

Desember 14, 2011

AKC Joglosemar Gelar Pelayanan Reiki Gratis

13239260591345334010

Pada Sabtu (10/12) Anand Krishna Centre (AKC) Joglosemar kembali mengadakan pelayanan Neo Zen Reiki gratis. Sejak sore warga Dusun Jaban dan Perum Dayu Permai, Yogyakarta telah mendatangi pusat pelatihan meditasi dan kesehatan holistik yang digagas Anand Krishna tersebut. Para Eyang Uti (Nenek) menunggu giliran untuk di-reiki. Mereka mendaftar terlebih dahulu kepada Ahmad Syukri di beranda depan. “Ndaftar riyen nggih Mbah…. Sinten asmanipun?” sapa Mas Syukri ramah.

13239257841336209757


Salah satu teman yang memberikan pelayanan reiki datang langsung dari Solo. Selain itu, para sukarelawan yang terlibat berasal pula dari Semarang, Pati, dan Kendal. Bapak Mugi, warga yang mendapat terapi kesehatan ini berbagi kisah, “Saya sangat menikmati rileksasi saat di-reiki tadi. Badan terasa lebih segar.”

Neo Zen Reiki merupakan satu dari 300-an lebih metode meditasi yang dikembangkan Anand Krishna. Tujuannya untuk memperbaiki pola energi kita agar selaras dengan Energi Alam. Teknik kuno ini sempat dipopulerkan oleh Sensei Usui di Jepang (kurang lebih seratus tahun silam). Berdasarkan pengalaman menghadapi penyakit leukemia/kanker darah pada 1991, Anand menyajikannya dalam kemasan meditatif yang khas Anand Ashram (Sumber: http://www.anandkrishna.org/english/index.php?isi=schedule/reiki.lbi)

Penyembuhan Reiki tidak menggunakan mind. Ini yang membedakan dengan sistem-sistem penyembuhan lain yang menganjurkan konsentrasi atau visualisasi. Penyembuhan Reiki justru tidak memikirkan ihwal penyembuhan. Penyembuhan terjadi dengan sendirinya. Para sukarelawan hanya menjadi saluran perantara bagi aliran Energi Ilahi tersebut. (Reporter dan Fotografer: Ardi Pras, Editor: T. Nugroho)

13239271971648213634

Desember 06, 2011

Kekerasan Terhadap Pers Kembali Terjadi, Majalah TIRO Surati Kapolri

Dimuat di RIMANEWS Rabu, 7 Dec 2011 12:08 WIB

1323239571618651860

Sampul Depan Majalah TIRO Edisi Oktober 2011

RIMANEWS-Majalah TIRO memohon perlindungan hukum kepada Kapolri atas upaya pembunuhan dangan menggunakan senjata api terhadap wartawan Majalah TIRO bernama Matroji Dian Swara. Upaya pembunuhan itu dialami Matroji tatkala dihadang oleh 4 pria misterius dengan menggunakan senjata api pada Jumat (25/11). Tepatnya di Jalan Deplu Raya depan Toko Kids Cartun, Bintaro, Jakarta Selatan sekitar pukul 13.00 WIB.

“Maka dengan ini kami mohon perlindungan atas upaya percobaan pembunuhan yang hampir merenggut nyawa wartawan kami,” ujar Pemimpin Redaksi Majalah TIRO, Saprudin Roy pada Rabu (30/11). Dalam suratnya kepada Kapolri, Saprudin menjelaskan kronologis peristiwa berawal saat Matroji keluar dari kantor redaksi Majalah TIRO di Jalan Deplu Raya No.15 B, Bintaro-Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Saat berada di halaman kantornya, Matroji melihat ada 4 orang mencurigakan. Ia segera menghidupkan mesin sepeda motor Suzuki Satria FU miliknya. “Kira-kira 20 Meter dari kantor, korban menelepon office boy melalui ponselnya. Ia memberitahukan kalau di halaman kantor ada orang-orang yang mencurigakan. Setelah selesai bertelepon, korban mengendarai sepeda motor ke arah Bintaro,” ungkapnya.

Tepat di depan Toko Kids Cartun, Bintaro, Jakarta Selatan sebelum lampu merah Pizza Hut Bintaro, korban kemudian melihat dari kaca spion motornya. Ia tahu kalau dirinya diikuti oleh 4 orang yang dilihatnya di halaman kantor Majalah TIRO tadi. Mereka mengendarai 2 sepeda motor, yakni Yamaha Jupiter MX dan Suzuki Shogun.

“Secara tiba-tiba korban dipepet dan langsung dipukul oleh 2 orang yang mengendarai Yamaha Jupiter MX. Hampir pada waktu bersamaan korban juga dipukul kembali oleh 2 orang yang mengendarai motor Suzuki Shogun. Setelah itu, pengendara motor Suzuki Shogun tersebut mengeluarkan senjata api. Dari jarak sekitar 3 meter pelaku menembakan senjata api kearah tubuh korban Matroji yang sedang mengendarai motor,” papar Saprudin.

Beruntung, Matroji selamat dari peristiwa penembakan itu. Peluru yang dimuntahkan pelaku mengenai penutup lampu depan motor bagian atas hingga hancur. Atas kejadian itu, pihak Majalah TIRO segera melaporkan peristiwa tersebut ke Mapolsek Metro Pesanggrahan dengan laporan polisi No.LPB/128/XI/2011/SKPT tertanggal 25 November 2011.

Sementara ini penyidik menduga bahwa motif penembakan tersebut adalah pencurian dengan kekerasan ataupun perampasan. Yakni Pasal 53 juntho 365 KUHP. “Namun kami menduga kuat bahwa percobaan pembunuhan tersebut terkait dengan pemberitaan majalah kami. Sebab dari analisa kami terhadap kejadian tersebut ada beberapa kejanggalan-kejanggalan kalau hanya sekedar perampasan motor. Terlebih jauh sebelum kejadian tersebut kami beberapa kali menerima teror dan ancaman,” katanya.

“Untuk itu kami meminta pihak kepolisian untuk segera mengusut tuntas kasus tersebut dan membuka tabir motif penembakan yang nyaris merenggut nyawa wartawan kami. Ke depan kami berharap tidak ada lagi kekerasan dan kriminalisasi terhadap pers di bumi Indonesia,” tandas Saprudin.

KPAA Tolak Albertina Ho di "Anand Krishna" kan

JAKARTA, RIMANEWS-Komunitas Pecinta Anand Ashram (KPAA) menyerahkan bukti-bukti kepada bagian pengaduan Komisi Yudisial (KY) pada Senin (5/12). Isinya berupa rekaman persidangan dan fotocopi daftar bukti sitaan dari kasus hukum Anand Krishna. Hal ini sebagai masukan menanggapi pengaduan pihak pelapor tunggal Tara Pradipta Laksmi dengan pengacaranya Agung Mattauch. Agung meragukan kinerja Majelis Hakim yang memvonis bebas Anand Krishna pada Selasa (22/11).

Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, aktivis spiritual Indonesia ini telah diputus bebas murni oleh Majelis Hakim yang diketuai Albertina Ho dengan Hakim Anggota Suko Harsono dan Muhammad Razzad. Pasca lebih dari 15 bulan menjalani persidangan maraton. Bahkan sempat diwarnai aksi mogok makan dan pergantian Majelis Hakim. Akibat adanya hubungan khusus antara Ketua Majelis Hakim terdahulu (baca: Hari Sasangka) dengan salah seorang saksi Shinta Kencana Kheng yang notabene mengaku pernah dilecehkan.

Putra Anand, Prashant Gangtani menuturkan bahwa KPAA menyerahkan rekaman persidangan yang mereka peroleh dari Tim Kuasa Hukum Anand Krishna. Tujuannya agar KY memperoleh gambaran utuh. Ternyata Majelis Hakim telah mempersilakan Jaksa Penuntut Umum (JPU) untuk kembali menghadirkan kembali para Saksi Ahli. Tapi JPU-lah yang menolaknya.

"Kami menyerahkan rekaman persidangan pada 27 Juli 2011. Saat itu JPU menolak menghadirkan kembali Saksi Ahli walaupun Majelis Hakim sudah menawarkannya. Jadi aduan pihak Agung Mattauch itu salah alamat dan amat menyesatkan. Kenapa? karena semestinya ia melaporkan JPU ke Jam Was atau Komisi Kejaksaan. Jangan malah menyalahkan Majelis Hakim karena selama ini mereka telah bekerja dengan baik dan memutuskan vonis yang tepat," jelasnya.

Dalam rekaman persidangan itu juga terungkap kesaksian Phung Soe Swe alias Chandra. Isinya menjelaskan bahwa kamar mandi dimana dirinya mengaku menemukan tisu bersperma adalah kamar mandi umum. Sehingga boleh dipakai oleh para staf yang bekerja di tempat tersebut, termasuk dirinya sendiri.

Sementara itu, bukti sperma itu sendiri tidak pernah ada. Pun tidak pernah terdaftar sebagai barang bukti di berkas perkara maupun surat tuntutan JPU.

"Dalam persidangan tertanggal 6 Juli 2011, saksi Chandra sendiri yang menyatakan kamar mandi di lantai 3 tersebut bukanlah kamar mandi privat ayah saya, tapi sering digunakan oleh para staf yang bekerja di sana. Dan bukti sperma itu tak pernah ada. Makanya, kami juga menyerahkan daftar bukti sitaan yang ada dalam berkas perkara maupun surat tuntutan JPU untuk membuktikan hal ini," tandasnya.

Tuduhan Palsu

Sementara itu, juru bicara KPAA, dr Sayoga menyesalkan tuduhan pengacara Agung Mattauch. Terutama ihwal tuduhan adanya informasi bahwa Anand Krishna pernah semobil dengan Majelis Hakim dalam perjalanan menuju tempat pemeriksaan perkara.

Ia menjelaskan bahwa Anand Krishna tidak pernah semobil dengan Majelis Hakim. Anand melainkan pergi dalam kendaraan masing-masing ke tempat lokasi pemeriksaan perkara. Bahkan hal ini disaksikan oleh banyak orang. Dari tukang parkir, satpam di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan hingga panitera dan pengemudi kendaraan itu sendiri.

"Ibu Albertina Ho adalah salah satu hakim jujur dan berdedikasi di negeri ini saat ini. Jangan sampai (laporan) ini menjadi fitnah menyesatkan yang menjurus pada pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan. Karena telah ditujukan ke publik atau lembaga negara tanpa bukti dan dasar yang kuat. Apalagi sampai terjadi pembunuhan karakter bagi orang tersebut. Jangan sampai Ibu Albertina Ho di-"anand-krishna"-kan juga. Kami minta agar orang yang hanya mencari sensasi dengan menyebarkan berita-berita palsu diperingatkan dan dilaporkan kepada instansi terkait karena ini terkait pembohongan publik," tegasnya.

Sejak kasus ini bergulir Februari 2010 silam, pengacara saksi pelapor tunggal, Tara Pradipta Laksmi ini selalu saja membuat pernyataan-pernyataan penuh sensasi. Padahal tanpa disertai bukti yang kuat. Termasuk pernyataannya yang dikutip oleh salah satu media online bahwa kasus Anand Krishna ini hanyalah "entry-gate" bagi kasus yang lebih serius. Yakni penodaan agama dan bertambahnya korban pelecehan yang melapor. Tapi ternyata yang melapor hanya 1 orang. Dan itu pun diputuskan tidak benar oleh Majelis Hakim.

Pihak KPAA sendiri sedang mengumpulkan bukti-bukti. Sebelum melaporkan tindak-tanduk Agung Mattauch ini kepada instansi profesinya. Yakni dengan dugaan pelanggaran kode etik profesi pengacara.
___________________________

One Earth School Rayakan International Volunteerism Day


RIMANEWS-Gotong Royong? Kata ini acapkali menjadi topik perbincangan di pelbagai kesempatan. Baik di kampus-kampus maupun di khalayak ramai. Pertanyaannya ialah, "Apakah kita sudah mengaplikasikan Gotong Royong dalam hidup sehari-hari? atau mungkin Gotong Royong semata menjadi bahan diskusi?

Padahal, Kerja Bakti dan Gotong Royong merupakan nilai-nilai budaya luhur Nusantara. Kearifan lokal ini telah berkembang sejak dahulu kala. Ironisnya, kini aplikasi nilai keutamaan tersebut kian meluntur. Karena kurangnya perhatian kita terhadap budaya sendiri. Kita justru lebih condong mengikuti tren yang berkembang di negeri manca. Hal ini tidak bisa dibiarkan terus. Kita musti mengambil langkah pencegahan. Sehingga budaya luhur kita tidak hilang tergerus zaman.

Dalam rangka memperingati Hari Kesukarelawanan Internasional pada Senin (5/12), One Earth School (www.oeschool.org) mengajarkan nilai-nilai Gotong Royong dan Kerja Bakti pada anak-anak komunitas. Tepatnya di daerah sekitar kompleks One Earth School berada. Yakni lewat acara mewarnai bersama-sama tulisan “Gotong Royong” dan “Kerja Bakti” di atas kertas berukuran raksasa.

Anak-anak diharapkan dapat mengenal landasan sikap kesukarelawanan: Gotong Royong dan Kerja Bakti. Sehingga mereka kelak mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari. Lantas, pada penghujung acara anak-anak mendapat bingkisan berupa buku tulis, buku gambar, krayon, dan alat tulis untuk menunjang kegiatan belajar mereka di rumah.

Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dan sangat positif dari Ibu-ibu Komunitas (Dasa Wisma) setempat. Tidak hanya berhenti di situ, sebagai kelanjutan acara tersebut One Earth School berencana mengajarkan nilai Gotong Royong dan Kerja Bakti lewat tindakan nyata. Yaitu dengan berkunjung ke salah satu rumah anak-anak dan melakukan “Kerja Bakti dan Gotong Royong.” Misalnya lewat kegiatan bersih-bersih, menyiram bunga, mencabut gulma, menyapu halaman, dan memunguti sampah-sampah.

Kegiatan ini rutin diadakan 1 bulan sekali. Bulan berikutnya akan dilaksanakan kembali di rumah teman lain. Sehingga anak-anak dapat tumbuh dengan semangat Gotong Royong dan Kerja Bakti. Acara ini juga sangat besar manfaatnya bagi anak-anak yang terlibat. Sebab dapat memupuk sikap saling menghargai dan peduli sesama. Sikap-sikap tersebut ialah bagian dari laku kesukarelawanan.

Contact person:
Gilang Nadia Putri, S.S. - Kepala Sekolah One Earth School (081805811417)
Anisa Mira Fauziah, S.E. - Guru Sekolah One Earth School (081805844014)

(Penulis: Ardi Prast, Editor: T. Nugroho, Fotografer: Wayan Suriastini)

Desember 05, 2011

Kuasa Hukum Anand Krishna: Agung Mattauch, Bicaralah dengan Bukti bukan Ilusi!

RIMANEWS-Tim Kuasa Hukum Anand Krishna mengaku heran mendengar pernyataan Koordinator Tim Pembela Korban Anand Krishna (TP-KAK) Agung Mattauch di Komisi Yudisial (KY) pada Jumat (2/12). Agung mengatakan bahwa ada kejanggalan putusan bebas Anand Krishna di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada Selasa (22/11) oleh Ketua Majelis Hakim wanita yang dikenal jujur, bersih dan berdedikasi Albertina Ho. Penyataan Agung Mattauch tersebut dilansir di salah satu situs berita online pada Sabtu (3/12).

“Bingung juga ya, karena yang tidak mau memanggil saksi ahli yang dimaksud adalah JPU sendiri. Majelis Hakim justru mempersilakan baik JPU maupun Kuasa Hukum untuk memanggil kembali setiap saksi yang dirasa perlu didengar kesaksiannya. Tapi JPU sendiri yang tidak ingin menghadirkan kembali Dewi Yogo atau Mardigu,” ujar Dr. Otto Hasibuan SH MM, salah seorang penasehat hukum Anand.

Ia menambahkan bahwa bila dihadirkan pun di ruang persidangan, kesaksian Dewi Yogo akan justru memperjelas adanya dugaan konspirasi di balik kasus kliennya ini. Kenapa? karena apa yang dilakukan psikolog Dewi Yogo terhadap Tara Pradipta Laksmi dianggap oleh Prof Dr LK Suryani, pendiri CASA (Committee Anti Sexual Abuse) dan Adi W Gunawan, pakar Hipnoterapi sebagai kecenderungan penanaman memori palsu akibat sesi hipnoterapi sebanyak 45 kali selama kurun waktu yang hanya 3-4 bulan.

“Selain itu, saksi ahli Dewi Yogo dan Mardigu dalam persidangan justru memberikan keterangan yang berbeda ihwal latar belakang pendidikan dan profesi mereka. Kami memiliki surat keterangan dari institusi pendidikan dimana mereka mengaku pernah belajar hipnoterapi,” imbuhnya.

Menanggapi kejanggalan tentang bukti sperma yang diabaikan Majelis Hakim, Koordinator Tim Kuasa Hukum Anand, Humprey R Djemaat SH LLM merasa bingung. Sebab bukti tersebut memang tidak pernah ada. Bahkan ketika peninjauan di tempat perkara, saksi JPU sendiri, Phung Soe Swe alias Chandra mengatakan bahwa toilet dan tempat sampah dimana ia mengaku menemukan tisu bersperma itu ialah toilet dan tempat sampah umum, bukan milik pribadi Anand saja.

“Bukti sperma mana yang dimaksud? Bahkan dalam daftar bukti sitaan dalam berkas perkara tidak ada bukti sperma sama sekali. Cerita tentang tisu sperma itu hanya ada di media yang dikarang oleh saksi JPU. Tapi sewaktu peninjauan tempat perkara, ketahuan bahwa karangannya tidak benar. Sebab ternyata itu bukan tempat pribadi dan dapat digunakan siapa saja yang berkantor di sana. Jadi soal bukti sperma itu sendiri tidak pernah ada,” jelasnya.

Lantas, terkait informasi Majelis Hakim pernah semobil dengan Anand ketika datang ke tempat pemeriksaan setempat dan tuduhan penyewaan jasa public relation, Darwin Aritonang SH MH, kuasa hukum Anand lainnya hanya berkomentar, “Kalau ngomong, ya tolong lah, dibarengi bukti, jangan hanya pakai ilusi atau emosi saja.”

Demikian pula komentar Astro P Girsang SH, salah satu pengacara Anand lainnya, "Selama hampir 2 tahun mendampingi klien saya, saya melihat tuduhan kepada klien saya ini sama sekali tidak didasarkan pada satu pun bukti yang relevan."

“Tuduhan-tuduhan mereka hanya berdasarkan gosip dan informasi yang tak dapat dibuktikan kebenarannya. Sedangkan kami telah mendokumentasikan dan merekam semua pembicaraan di dalam ruang persidangan. Sehingga semua fakta-fakta yang terungkap dapat didengar secara jelas dan terang,” tandas Astro.

Pasca 1 tahun 3 bulan masa persidangan di PN Jakarta Selatan, tokoh spiritualis yang kerap menyuarakan pluralisme dan perjuangan Hak Asasi Manusia (HAM) ini diputus bebas oleh Majelis Hakim yang diketuai Albertina Ho SH MH. Vonis bebas murni ini memperkuat dugaan adanya upaya sistematis untuk membungkam Anand Krishna. Ancaman terhadap pluralisme di Indonesia ini pernah diungkap pula oleh mantan Menristek AS Hikam dan mantan Sesneg Djohan Effendi beberapa waktu lalu di Bali.

Tatkala putusan bebas dibacakan oleh Hakim Albertina Ho pada Selasa (22/11), terlihat beberapa tokoh pluralisme dan aktivis perempuan. Prof Musdah Mulia, Romo Frans Magnis Suseno SJ, dan penulis Julia Suryakusuma turut hadir mendukung keadilan bagi Anand Krishna.

Untuk menyimak lebih detail fakta persidangan yang terjadi, silakan menyimak video berikut http://www.youtube.com/watch?v=OrNSZF1qJPM

______________________________

(Pengirim: T. Nugroho)

Desember 02, 2011

Menjadi Pemenang Sejati

Dimuat di Koran Jakarta, Jumat 2 Desember 2011

http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/77481

13228148431957479745

Judul : Champion Mindset, How to Transform Your Life Fast!

Penulis : Andreas Susetya

Editor : A. Ranggabumi N

Penerbit : Kanisius

Tahun : 1, September 2011

Tebal : 232 halaman

Harga : Rp 40.000

Pembuahan sel telur dan sperma dalam rahim menjadi cikal-bakal terciptanya buah hati. Uniknya, proses ini mirip kompetisi maraton. Pesertanya terdiri 200-400 juta sperma yang disemprotkan saat ejakulasi. Kalau satu sperma diibaratkan seukuran tubuh manusia, maka mereka mesti berlari sejauh 14 km.

Hanya ada satu pemenang, yakni diri kita (hlm 24). Andreas Susetya melihat setiap manusia sebagai pribadi unik. Walau kembar siam sekalipun, tetap majemuk. Sebab, komposisi DNA setiap orang khas. Para ilmuwan mengklasifi kasikan ke dalam beberapa kecenderungan, antara lain: visual (penglihatan jeli), auditory (pendengaran tajam), dan kinesthetic (terampil bergerak).

Secara detail, Andreas mengungkap komposisi otak. Manusia memiliki satu triliun sel di batang otaknya. 100 miliar sel otak aktif dan 900 miliar sel otak pendukung. Selain itu, masih ditambah ratusan miliar neuron alias sambungan antarsel. Ironisnya, menurut para ahli, kemampuan adiluhung otak itu hanya dimanfaatkan dua persen saja.

Bahkan, manusia sekaliber Einstein hanya memakai lima persen kapasitas otak. Padahal otak dapat dilatih untuk memberikan solusi praktis. Sebab, ia menyimpan data-data (hlm 28). Ukuran superkomputer otak manusia setara dengan 50 kali luas lapangan bola, sedangkan tingginya seukuran patung Liberty.

Selain itu, manusia dihadiahi pula intuisi. Kombinasi hardware dan software itu mesti dimanfaatkan untuk mencecap kebahagiaan dan kepenuhan hidup. Semua merupakan anugerah Sang Pencipta. Memaksimalkan potensi tersebut menjadi tugas kita agar dapat berbagi dengan sesama dan segenap titah ciptaan.

Buku ini merupakan inti sari pengalaman dan interaksi penulis dengan banyak orang. Pada 1998, penulis mendapat kesempatan bekerja di hotel bintang lima. Hotel tersebut tergabung dalam salah satu perusahaan papan atas di Indonesia. Pun ia mengikuti banyak pelatihan di dalam dan di luar negeri. Andreas mulai bertanya pada diri sendiri. Walau relatif berkelimpahan secara materi, kenapa masih ada yang kurang.

Mengapa kita diciptakan? Apa sebenarnya makna hidup ini? Apa yang dapat kulakukan untuk membuat hidup lebih berarti? Rentetan pertanyaan itu terus menghantui benaknya. Akhirnya, ia menyadari perlu ada pemilahan waktu menanam dan menuai. Kita tak bisa memanen saat menanam dan juga sebaliknya. Keterampilan membedakan di antara kedua proses tersebut menjauhkan manusia dari rasa frustasi.

Kini ia dikenal sebagai individu yang enerjik dan berwawasan luas. Sifat itu tecermin dalam guratan pena penulis. Sebuah teks memang tak pernah muncul dari ruang hampa. Ia tercipta dari fakta historis kehidupan. Motivasi dasar penulisan buku ini ialah keinginannya berbagi dengan sidang pembaca.

Peresensi adalah T. Nugroho S.Pd, Guru bahasa Inggris di PKBM Angon (Sekolah Alam) Yogyakarta

AS Hikam: Masruchah Perlu Minta Maaf Kepada Anand Krishna

RIMANEWS- "Statemen WaKa Komnas Perlindungan Perempuan dan Anak (KPPA), Masruchah yang menyamakan keputusan pengadilan membebaskan Anand Krishna sebagai contoh kasus "kekerasan terhadap perempuan", bukan saja keliru secara substansial, tetapi juga ngawur dan bodoh." Begitulah pendapat AS Hikam dalam blog pribadinya pada Selasa (29/11) (Sumber: http://www.mashikam.com/2011/11/masruchah-harus-minta-maaf-kepada-anand.html?spref=fb).

Lebih lanjut Menristek pada Era Gus Dur tersebut menambahkan, "Terus terang saya belum kenal secara pribadi dengan Masruchah, juga tidak tahu sampai dimana pemahaman dan kemampuannya dalam membela hak-hak asasi kaum perempuan. Tetapi dari sinyalemen bodoh itu saja saya sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa dia tidak tepat dan tidak layak menjadi pimpinan KPPA."

AS Hikam juga berpendapat bahwa kasus fitnah terhadap Anand Krishna (AK) ini justru melecehkan gerakan kaum perempuan. Kenapa? karena para pemfitnah itu telah memanipulasi kelemahan dan ketakberdayaan kaum perempuan untuk kepentingan mereka. Justru KPPA mestinya berterimakasih kepada Pengadilan karena telah membebaskan korban fitnah dan sekaligus menjadikan kasus tersebut sebagai "lesson learned" agar kaum perempuan tidak selalu dikibuli oleh para tukang fitnah.

"Bagi saya, perjuangan kaum perempuan dan anak-anak untuk mendapatkan hak-hak asasi mereka sangatlah penting dan untuk itu perlu dipimpin oleh mereka yang paham soal perjuangan kaum perempuan. Bukan dipimpin para politisi yang berkedok sebagai aktifis perempuan saja. Sayang sekali KPPA bukannya menjadi corong dan garda depan bagi kaum perempuan yang tertindas dan dimanipulasi oleh kekuatan besar di negeri ini, tetapi justru menjadi bagian dari masalah," tandasnya.

Usul AS Hikam sederhana saja, "Masruchah minta maaf kepada Pak Anand Krishna (AK) dan para pengikutnya, lalu mengundurkan diri sebagai pimpinan Komnas Perlindungan Perempuan dan Anak (KPPA)."

November 29, 2011

Sekolah Alam Jadi Alternatif

Dimuat di Rubrik Peduli Pendidikan KR, Selasa/22 November 2011

13225592591053128721

Nusantara alias Noonan

Semula seorang teman kecil siswa kelas 1 SD Joannes Bosco Baciro Yogyakarta enggan memegang adonan abu, garam dan bata. Ia takut kukunya menjadi kotor. Tapi akhirnya berani juga. Dengan penuh keceriaan ia membawa pulang sebungkus bakal telur (bebek) asin. “Ini untuk mama dan papaku di rumah,” ujarnya.

Begitulah pengalaman penulis tatkala menjadi fasilitator bahasa Inggris di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Angon. Sekolah alam ini terletak di Dusun Mustokorejo Dukuh Setan Maguwoharjo (sebelah barat pasar Setan) Sleman, Yogyakarta. “Wait until 15 days, so the salty egg will be ready to be eaten (tunggu sampai 15 hari, maka telur itu siap di makan,” para fasilitator mengingatkan sebelum mereka pulang.

Sekolah alternatif yang didirikan Drs Istoto MM CHt ini memang lebih sering menggunakan pengantar Bahasa Inggris. Karena anak-anak lebih mudah belajar pada usia 3 tahun ke atas. Selain itu, PKBM Angon mengajak mereka kembali ke alam. Misalnya, dengan menanam cabai, menangkap ikan di kolam, mengumpulkan telur bebak, dan bermain Cublak-cublak Suweng.

Aktivitas di alam terbuka dengan kaki telanjang tanpa alas kaki membuat mereka lebih dekat dengan lingkungan. Karena selama ini, mereka lebih banyak menghabiskan waktu dalam ruangan dengan bermain playstation dan game on line.

Dalam menyampaikan materi, para fasilitator juga acap kali menggunakan teknik mendongeng. Sehingga dapat men-delete (hapus) programming yang keliru selama ini. Entah dari orang tua maupun sekolah. Sebab - sadar atau tidak sadar - tuntutan kurikulum nasional membuat anak didik tersiksa dengan begitu banyak tugas. Ihwal sitilah PR (Pekerjaan Rumah), kami lebih sering menyebutnya sebagai Permainan Rumah.

Kembali ke awal cerita dalam tulisan ini, siswa tadi mengajukan pertanyaan kreatif, “Kalau kita ganti garam dengan gula, bisa jadi telur legi (manis) ya Kak?” Penulis menjawab, “Ok let’s try to make a sweet egg!” (Ok, mari kita coba membuat telur manis!).

Ternyata, bila anak (dan juga orang dewasa) menikmati proses belajar niscaya terlahir banyak ide baru nan cemerlang. Senada dengan pendapat filsuf besar George Bernard Shaw, “We don’t stop playing because we grow old, we grow old while stop playing.” Terjemahan bebasnya ialah, “Kita tak berhenti bermain karena menjadi tua, tapi kita menjadi tua kalau berhenti bermain.”

T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Bahasa Inggris di PKBM Angon (Sekolah Alam) Yogyakarta

November 27, 2011

Memasuki Tahap Evolusi Baru

Dimuat di Koran SINDO, Minggu/27 November 2011

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/446761/

1322453046503029428

Judul : Karma Yoga Bagi Orang Modern, Etos Kerja Transpersonal untuk Zaman Baru

Penulis : Anand Krishna Ph.D

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : I, Oktober 2011

Tebal : xxi +248 halaman

ISBN : 978-979-22-7628-2

Harga : Rp 50.000

Kepulauan Nusantara dikelilingi air. Lalu di bawah perairan tersebut, jauh di dasar laut, terdapat rings of fire. Patahan kerak bumi yang senantiasa beringsut dinamis ini menyebabkan gempa tektonik dan aktivitas vulkanik di seluruh Indonesia.

Air dan api merupakan 2 unsur alam yang saling bertentangan. Dan kita semua hidup di tengah dominasi kedua elemen tersebut (halaman 49). Begitulah pengamatan jeli Anand Krishna yang diungkap dalam buku ini. Penulis 140 buku tersebut memaparkan kenapa manusia Indonesia cenderung emosional. Memang, emosi berlebih, di satu pihak, membuat kita berpotensi menjadi seniman kelas dunia.

Menurutnya, bila penulis kita menguasai bahasa Inggris dengan baik, kita dapat berdiri sejajar dengan sastrawan dari India dan Pakistan sehingga karya tulis kita bisa dibaca di negeri manca. Di sisi lain, pengaruh unsur air dan api membuat kita cepat tersinggung. Ketika ingin marah, elemen api terkalahkan oleh anasir air, tak jadi marah. Namun, luapan amarah tersebut masih terpendam di dalam diri.

Akibatnya, setiap sekian tahun, kita menjadi beringas dan melampiaskannya secara kolektif. Istilah “amuk” hanya ditemukan dalam kamus bahasa Indonesia. Kadang bangsa ini gontok-gontokan karena alasan PKI (1965). Selanjutnya karena berbeda suku, agama, ras, antar golongan (SARA) (1998) dst. Bila ditelisik secara mendalam, akarnya ialah benturan elemen air dan api tadi. Para leluhur kita menyadari kondisi geografis dan suasana batin ini.

Oleh sebab itu, mereka menganjurkan gotong-royong sebagai laku hidup. Sehingga secara konstruktif, kita dapat menyalurkan energi hasil friksi kedua unsur tersebut untuk mencapai tujuan bersama. Senada dengan definisi Paul Martin Taylor, “Gotong royong is cooperation among many people to attain a shared goal.” Sejak usia dini anak-anak mesti dididik untuk hidup berdampingan dalam keberagaman.

Di pinggiran Kota Yogyakarta terdapat Sanggar Anak Alam. Pendiri Sanggar tersebut ialah Wahyaningsih dan Toto Raharjo. Menurut Dra Nadlroh As Sariroh - yang masih kerabat dekat Cak Nun - di sekolah alam tersebut, sejak masih playgroup anak-anak sudah diajari multikulturalme alias saling apresiasi kemajemukan. Tentu cara penyampaiannya disesuaikan dengan usia mereka. Misal lewat media dongeng dan story telling agar lebih menarik sekaligus mengena pesannya.

Buku ini semula berupa catatan doktoral untuk meraih Ph.D. Anand meraih gelar dalam bidang comparative religions (perbandingan agama-agama) dari Univeristy of Sedona (USA) pada 2011. Judul asli disertasinya adalah “Transpersonal Way of Action”. Isinya terinspirasi oleh ajaran Sheikh Baba, Sri Sathya Sai Baba, Maharishi Mahesh Yogi, J Krishnamurti, Anthony de Melo, Maulana Wahiduddin Khan, Gus Dur,dll.

Selain itu, pendiri Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB) ini menjadikan tulisan Rumi, Blavatsky, Ramakrishna, Vivekanada, Yogananda, Ranggawarsita, dan Mangkunegara IV sebagai referensi (halaman 57). Pada Hari Kesukarelawanan Sedunia (International Volunteer Day) 5 Desember 2008, Ban Ki-moon menyatakan bahwa semangat kesukarelawanan atau altruisme-lah yang bisa menyelamatkan dunia kita.

Sekjen PBB tersebut menandaskan, “Kita membutuhkan orang yang dapat melayani masyarakat tanpa memikirkan keuntungan bagi dirinya sendiri.” (Sumber: www.inis.unvienna.org/unis/pr essrels/2008/unissgsm087.html) Dalam buku ini istilah ilmiah untuk semangat berkarya tanpa pamrih (karma yoga) di atas ialah transpersonal (halaman 84). Cabang psikologi ini pertama kali dipopulerkan oleh filsuf William James pada 1905–1906. Namun, setelah itu sempat terlupakan.

Baru pada 1969 mulai diperkenalkan kembali oleh psikolog kondang Abraham Maslow. Terobosan Maslow memberi warna baru pada ranah psikologi. Para psikolog mulai beralih dari ego-centered menuju egotrancendent (halaman 86). Tokohnya ialah filsuf modern Ken Wilber. Menurut Wilber, manusia bukanlah fisik, pikiran, emosi, roh atau jiwa saja. Ia adalah suatu keutuhan yang terdiri atas seluruh lapisan kesadaran itu. Di Indonesia, praktisi transpersonal yang terkenal ialah Hendro Prabowo, S.Psi, M.Si, dan Kwartarini Wahyu Yuniarti, M.Med Sc, Ph.D.

Keduanya mengajar di Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Buku Karma Yoga bagi Orang Modern, Etos Kerja Transpersonal untuk Zaman Baru ini memberi nuansa spiritual. Apa pun yang kita lakukan, pikirkan juga untuk kepentingan orang lain. Entah itu di lokus keluarga, tempat kerja, lingkungan sosial atau masyarakat luas. Sebab berkarya dengan semangat transpersonal merupakan esensi ajaran agama dan kepercayaan manusia di seluruh dunia.

Sepakat dengan pendapat Michael Bernard Beckwith, tokoh new thought dan pendiri Agape Interenational Spiritual Center, “Yang penting adalah menciptakan suatu sistem di mana manusia tidak lagi bekerja untuk uang atau kepentingan dirinya saja, tetapi untuk membantu planet ini bersama seluruh penghuninya memasuki tahap evolusi selanjutnya.”

T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Bahasa Inggris di PKBM Angon (Sekolah Alam) Yogyakarta

Dapatkan discount 30% Program E-Learning Neo Transpersonal Psychology http://www.oneearthcollege.com/index.php?option=com_content&view=article&id=69&Itemid=97 dengan membeli buku “Karma Yoga Bagi Orang Modern” ini. Terimakasih :-)

November 17, 2011

Sang Tarzan pun Kalah oleh Anak Ingusan


HMINEWS – Tulisan ini terinspirasi oleh moderator di kelas meditasi Neo Self Empowerment Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB), “Latihan sempurnalah yang membuat sempurna, bukan latihan yang membuat sempurna.” Awalnya saya kaget mendengar kalimat tersebut. Sebab biasanya latihanlah yang membuat sempurna, bukan latihan sempurna. Berikut ini saya ceritakan kenapa demikian.

Alkisah beberapa hari lalu (15/11). Pada Selasa itu moderator menceritakan ihwal Johnny Weismuller. Beliau seorang perenang berkebangsaan Amerika Serikat. Weismuller tak pernah terkalahkan. Bahkan ia sempat meraih medali emas berturut-turut. Ia juga langganan juara Olimpiade. Karena selalu menang, pelatihnya sampai harus menyarankan agar ia istirahat dari membuat rekor.Selain itu, ia dikenal sebagai aktor tampan dalam puluhan film. Bentuk tubuh Johnny Weismuller memang atletis. Alhasil, ia menjadi pujaan banyak wanita dari seluruh pelosok Amerika Serikat. Film seri yang dibintanginya antara lain: Tarzan the Ape Man, Tarzan and His Mate dan masih banyak lagi. Oleh sebab itulah, ia lebih dikenal dengan nama Tarzan.

Namun tak disangka-sangka, Tarzan yang begitu populer dan digandrungi para penggemar itu akhirnya harus terkalahkan. Ternyata ia takluk oleh seorang anak ingusan. Anak itu masih sekolah di bangku SMA. Si anak behasil mengalahkan rekor dunia Tarzan dalam sebuah lomba renang.

Sontak kekalahan tersebut membuatnya kaget. Pun seluruh rakyat Amerika terpana. Sebab, selama ini tidak pernah ada satupun atlet yang berhasil mengalahkan rekor dunia kecepatan renangnya. Uniknya lagi, yang mengalahkan Tarzan adalah seorang anak yang belum lulus SMA. Si anak biasa berlatih renang di sungai belakang sekolahnya. Peristiwa ini langsung menjadi headline di mana-mana.

Tatkala anak tersebut ditanya oleh para wartawan, “Apa rahasia kemenangannya?” Ia sempat terdiam sebentar, lalu menjawab, ” Saya tidak pernah berfokus pada menang atau pun tekad mengalahkan Tarzan. Saya hanya berfokus pada gerakan kaki dan harus berapa kali kayuhan tangan saya, serta tak lupa mengambil nafas pada saat kayuhan yang kesekian.” Ternyata, anak SMA ini tidak memikirkan untuk mengalahkan siapapun. Ia hanya berfokus pada proses berenangnya agar meluncur dengan sempurna.

Lebih lanjut, ada sebuah penelitian ilmiah di Amerika Serikat. Para juara dari pelbagai cabang olahraga dikumpulkan. Lantas, mereka dibagi menjadi 2 kelompok. Pertama adalah kelompok medioker alias “rata-rata”. Kedua ialah kelompok para pemenang. Setelah itu, masing-masing orang diwawancarai satu-persatu.

Giliran para medioker, pertanyaannya, “Sebelum pertandingan Anda memikirkan apa?” Jawaban para medioker sama, mereka semua memikirkan target tertentu. Misalnya, saya harus dapat nilai 100 poin.

Lalu, kelompok pemenang mendapat giliran menjawab pertanyaan serupa. Mereka ternyata tidak memikirkan poin, mereka hanya berusaha melakukan secara sempurna di setiap gerakan atau pada satu sudut tertentu. Misalnya, seorang pemain basket juara NBA berbagi tip sederhana, “Saya hanya berusaha miring 45 derajat saat menembakkan bola ke arah keranjang.”

Jadi menurut kesimpulan saya yang bodoh ini, itulah rahasia sukses para juara. Lakukan latihan secara sempurna, bukan hanya sempurna pada saat pertandingan. Kenapa? Karena seperti layaknya hidup ini, semua ditentukan dalam kegiatan kita sehari-harinya, bukan pada saat kita tutup buku pada akhir usia.

Penulis teringat satu pesan dalam buku Karma Yoga (Anand Krishna, 2011), “Berkaryalah tanpa mengharapkan hasil, karna proses itulah yang penting.” Artinya, apabila kita menjalani latihan dengan sempurna dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya otomatis mengikuti, keberhasilan pasti mencium kaki kita dengan sendirinya.

Demikian corat-coret bisikan hati saya, semoga ada manfaatnya. Terimakasih telah menyempatkan diri membacanya.

Penulis: Isti Astari, Editor: T. Nugroho

One Earth School and Sari Husada’s Nutrition Education 13 November 2011

RIMANEWS-One Earth School (OES) and Sari Husada’s Nutrition Education “Let’s be Alert about Nutrition” at the fourth meeting on Nov 13, 2011 at East PAUD venue, Taman Pintar delivered material about the importance of maintaining a healthy diet and how to develop the love to ourselves. Through a simple exercises to empower love, both for children and parents. They were asked to touch their own body as a first step toward a holistic health.

In the final segment of this meeting, to reinforce about the healthy eating habit and also to maintain the value of universal peace, love, and harmony, the parents and children worked together to color a worksheet about healthy eating and write various universal values from the culture of this archipelago, such as mutual cooperation (gotong-royong), peace, love, and harmony.

Maintaining a healthy diet habit and develop the value of peace, love and harmony in our daily life is like a vehicle that can bring us to be the world class citizens.

______________________

(Reporter: Amira Fawzia, Translator: T. Nugroho)

Kasus Anand Krishna: Jaksa Martha Berliana Tobing SH Tebang Pilih

JAKARTA, RIMANEWS- Tim kuasa hukum Anand Krishna menilai Jaksa Penutut Umum (JPU) tebang pilih dalam mengambil fakta-fakta persidangan. JPU hanya mencari pembenaran atas dakwaannya. "Di sini semestinya kita cari kebenaran, bukan pembenaran semata," ucap Kuasa Hukum Anand, Humprey R Djemat usai persidangan tertutup di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada Selasa (15/11) lalu.

Humprey menambahkan bahwa Anand - dalam duplik setebal 114 halaman - menyampaikan, "JPU mengabaikan fakta hukum dari pemeriksaan para saksi, barang bukti, dan terdakwa yang terungkap selama persidangan."

Padahal, menurut kuasa hukum Anand lainnya, Darwin Aritonang berdasarkan keterangan para saksi dalam persidangan itu terungkap adanya konspirasi. Karena telah berlangsung pertemuan para saksi berkali-kali sebelum dan sesudah pelaporan.

"Semoga tidak ada lagi seorang anak bangsa yang mengalami nasib seperti Anand Krishna. Semoga tidak ada lagi seorang JPU yang turut menzalimi seorang anak bangsa, sesama saudaranya, hanya untuk membenarkan dakwaan," imbuhnya

Majelis Hakim yang diketuai Albertina Ho akan membacakan keputusan atas kasus terpanjang dalam kasus (dugaan) pelecehan seksual ini pada Selasa (22/11) mendatang.

November 14, 2011

The 3rd International Bali Meditators’ Festival (IBMF)

RIMANEWS-For the third time, Anand Ashram Foundation (affiliated with UN) gathered Bali meditators who have international level. Such as Peranda Made Gunung, I.A Utami Pidada, Peranda Sebali Tianyar, Ki Nantra, Ketut Arsana, Ngurah Harta and other meditators on November, 10-13, 2011 at Ubud, Bali, Indonesia.

Besides, this annual event also attended by the meditators from the foreign country. Including Swami Anubhavananda, Swami Satya Vedan, Jagad Guru Purushottam, and Sacha Stone. The event lasted from morning till evening. In the morning, it was held a panel discussion. Then, followed by a meditation workshop. Finally, it was ended with the evening devotion and sacred art.

This event was initiated by a spiritual activist Anand Krishna. This time, it was held in Puti Lukisan Museum, Ubud, Bali, Indonesia. The 1st and 2nd IBMF was succeeded because of the support from Penglingsir Puru Ubud and all Ubud’s people.

According to the chairman of the 3rd IBMF, Made Edy, this event was also attended by the staff of Indonesian Tourism Ministry.

______________________

(Reporter: Made Mulia, Translator: T. Nugroho)