http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/81804
Banyak orang mengisahkan pengalaman mati suri (near death experience). Mereka seolah-olah dibawa masuk ke sebuah lorong yang sangat panjang. Di ujung lorong tersebut, mereka melihat setitik cahaya yang bersinar begitu terang. Tatkala berhadapan dengan sumber sinar, mereka melihat rekaman seluruh adegan kehidupannya (halaman 56). Begitulah penjelasan singkat Romo Sudri ihwal pengalaman mistis yang notabene ibarat sebuah film tersebut.
Dalam buku ini, dia menjelaskan bahwa itu bisa dialami selagi kita masih bernapas. Agar manusia dapat lebih memahami dirinya yang tak lain adalah kumpulan pengalaman masa lampau. Dengan berbekal kesadaran tersebut, manusia dapat mati setiap hari. Bukan sekadar secara fisik, namun mati terhadap keterikatan masa silam (past attachment), sehingga setiap saat hadir secara baru kini dan di sini (now and here).
Meditasi sebagai Pembebasan Diri terbagi menjadi dua bagian. Pertama berisi dialog seputar meditasi. Sumbernya ialah transkrip percakapan penulis dengan peserta meditasi di Wisma Cibulan, Puncak, Bogor, pada 9-17 September 2010. Bagian kedua berisi testimoni para peserta meditasi sepanjang 2008 sampai 2010. Ada sekitar 200 orang yang sudah mempraktikkannya.
Salah satunya LF (45). Dia adalah seorang ibu satu anak. Pada catatan harian tertanggal 9 Februari 2010, LF menulis, "Pada jeda itu, saya mendengar suara-suara nyanyian para penghuni alam. Sungguh indah sekali. Bunyi-bunyian serangga dan unggas malam bersahut-sahutan tiada henti. Saya takjub mendengarnya. Pada saat itu, saya merasa terhubung dengan unggas, serangga, dan sumber air yang mengalir di luar dinding wisma. Saya seakaan berada di antara mereka. Dalam keheningan yang dalam tidak terjembatani akal budi, yang terdengar hanya suara itu..." ("Bersatu dengan Alam Semesta", halaman 132).
Memang salah satu tujuan meditasi adalah menyadari kesatuan dengan alam. Tak ada teknik atau metode tertentu. Tak perlu pula ruang atau waktu khusus. Di mana saja, kapan saja, kita perlu belajar melakoni kesadaran penuh (mindfullness). Saat berjalan, ketika makan, bahkan di waktu bercinta.
Buku ini juga memuat sharing CLM (51), seorang konsultan makanan. CLM amat berterima kasih atas kiriman buku The Experience of No Self karya Bernadette Roberts. Sekitar 20 tahun silam, CLM mengunjungi pusat wisata bahari di Bunaken. Waktu pulang diombang-ambingkan ombak. Mereka terdiri beberapa orang. CLM satu-satunya wanita.
Walaupun sudah memakai pelampung, mereka tetap cemas. CLM pasrah dan menutup mata, diam seribu bahasa. Saat itu, dia belum mengenal meditasi. Kendati demikian, batinnya begitu pasrah. Dia baru tersadar tatkala ada orang mengulurkan tangan untuk mengajaknya pindah ke kapal yang lebih besar.
Ternyata sang pemilik perahu meminta bantuan dari daratan untuk menjemput mereka. Hal itu mirip dengan yang dialami Bernadette Roberts. Saat Bernadette hampir mati kelaparan, ada orang datang memberi sepotong roti untuk mengganjal perutnya.
Romo Sudri juga mengutip sebuah kisah sufi yang inspiratif. Konon, ada seorang murid datang menunggang unta untuk menemui seorang murshid (guru spiritual). Sesampainya di halaman rumah, unta itu dibiarkan tak terikat. Lalu murid itu berkata, "Guru, saya percayakan segala sesuatu ke dalam penyelenggaraan ilahi. Saya biarkan unta itu tanpa terikat ke pohon."
Uniknya, guru sufi itu justru menghardik, "Hai orang tolol, keluar engkau dan tambatkan unta itu di batang pohon sekarang juga." Artinya, Allah Sang Pemberi Hidup tak perlu diganggu dengan hal sepele yang seyogianya bisa kita selesaikan sendiri dengan kedua tangan ini.
Melalui kumpulan dialog sederhana, pembaca dipandu untuk memahami gerak-gerik batinnya. Sangat bermanfaat untuk memperkaya pengalaman hidup para pencari kebenaran. Buku ini tak hanya bagi satu sekte agama atau kepercayaan tertentu. Landasannya sangat universal. "Kebahagiaan tak tergantung sesuatu yang di luar diri. Mau bahagia? Temukan kebahagiaan di dalam diri." Selamat membaca!
T. Nugroho Angkasa S.Pd, guru bahasa Inggris di PKBM Angon (Sekolah Alam) Yogyakarta
Judul : Meditasi sebagai Pembebasan Diri
Penulis : J Sudrijanta, SJ
Penerbit : Kanisius
Cetakan : 1/2011
Tebal : 208 halaman
Harga : Rp35.000