http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=301139
Berikut ini versi awal sebelum diedit Yth. Redaksi Suara Karya
"Pondasi dari kepemimpinan yang efektif ialah berpikir berdasarkan misi organisasi, mendefinisikan, dan menegakkannya secara tegas.” - Peter Drucker (1909-2005)
Apa yang pertama melintas di benak anda tatkala mendengar kata "pemimpin"? Bisa jadi sosok mungil Andik Virmansyah, pemain pengemban ban kapten Timnas sepakbola U-21, guru mata pelajaran di kelas, atau Pak SBY yang notabene memimpin Republik berpenduduk 238 juta jiwa ini.
Memang mereka semua contoh para pemimpin. Benang merahnya satu, sang pemimpin bertugas mengarahkan anggota tim agar mencapai keberhasilan bersama. Tujuan tersebut bisa jadi memenangkan pertandingan di lapangan hijau, tuntas menjawab soal-soal Ujian Akhir Nasional (UAN) secara akurat, ataupun mensejahteraan rakyat dari Sabang sampai Merauke.
Artinya, tanpa kehadiran para pemimpin, niscaya kapal bangsa ini oleng tak beraturan. Dalam konteks ini, peran pemimpin sangat signifikan. Ia ibarat seorang nahkoda.
Adapula pendapat berasumsi bahwa pemimpin itu dilahirkan (born leaders). Mereka mendapat rahmat istimewa. Max Weber, seorang Sosiolog kondang sempat membahas tentang kepemimpinan karismatik. Ia mendefinisikan kata “karisma” (yang berasal dari bahasa Yunani) sebagai anugerah dari Hyang Ilahi.
Pada hemat penulis, setiap orang digariskan menjadi pemimpin atas dirinya sendiri (self leader). Artinya, kita musti giat dan disiplin melatih kualitas pribadi. Sehingga dapat menjadi pemimpin jempolan. Mengutip pendapat Swami Rama (1925-1996), “Kamu tak akan bertemu pemimpin yang buruk kalau kamu seorang pengikut yang baik. Tapi sebaliknya juga benar, kalau kamu seorang pengikut yang buruk, kamu tak akan bertemu pemimpin yang baik.” (Guru Yoga, Anand Krishna: 2012).
Kriteria Pemimpin
Kemudian, apa kriteria seorang pemimpin? Antara lain ialah bertanggung jawab atas setiap tindakannya. Ia mampu menjelaskan, menginformasikan, mengajar dan memandu orang lain. Pemimpin juga musti berani mengambil keputusan secara tepat. Pun komitmennya terfokus pada kemaslahatan publik.
Selain itu, ia juga mau jujur dan siap bekerja keras. Sehingga dapat menginspirasi dan memotivasi orang lain untuk meneladan(i) prilakunya. Meminjam istilah Ki Hadjar, "Ing Ngarso Sung Tulodho (Di Depan Memberi Contoh)." Seorang pemimpin sudi mendengarkan, memahami, dan berbela rasa dengan para konstituennya.
Sepanjang sejarah peradaban manusia, kita memang bersua dengan banyak pemimpin. Namun tak semua pemimpin tersebut menjadi besar. Pemimpin berkualitas mampu merubah kehidupan ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang. Mereka dikenal karena integritas kepemimpinannya. Bahkan tetap dicintai dan dikenang walau telah meninggalkan dunia. Para Nabi dari setiap agama dan kepercayaan di dunia ialah contoh konkretnya.
Sirimavo Bandaranaike (1916-2000) merupakan seorang negarawati asal Sri Lanka. Nama lengkapnya ialah Sirimavo Ratwatte Dias Bandaraike. Ia menjadi perempuan pertama di dunia yang dipilih rakyat untuk menjadi Perdana Menteri (PM) dari sebuah negara.
Ia menduduki jabatan tersebut karena suaminya - yang notabene merupakan PM Sri Lanka sebelumnya - mendadak terbunuh. Dari lembah kesedihan karena ditinggal suami tercinta, Bandaranaike bangkit dan membawa banyak perubahan konstruktif bagi bangsanya.
Sebut saja satu contoh, ia menyusun Undang Undang (UU) baru. Isinya mengubah negara tersebut menjadi Republik pada tahun 1972. Namanya pun diubah, dari Ceylon menjadi Sri Lanka. Bahkan, Bandaranaike melayani sebagai PM Sri Lanka selama 3 masa jabatan. Yakni tahun 1960-1965, 1970-1977, dan 1994-2000.
Dari Mandela sampai Mbah Amir
Nelson Mandela (1918 -…) ialah legenda hidup yang masih dimiliki dunia ini. Ia seorang pejuang persamaan derajat antara kaum kulit hitam dan putih di Afrika Selatan. Pada tahun 1964 Nelson Mandela bergabung dengan Kongres Nasional Afrika (ANC) untuk memerangi sistem berbau apartheid.
Ironisnya, pada tahun 1964 ia ditangkap dan dibui seumur hidup. Dengan tuduhan hendak mengkudeta pemerintahan yang berkuasa saat itu. Namun selama di balik jeruji penjara pun, Mandela tetap melawan tanpa kekerasan (ahimsa) dan tetap menjadi simbol perjuangan persamaan hak rakyat.
Berkat pemberitaan masif di media massa dan tekanan dunia internasional, Mandala akhirnya dibebasakan dari penjara (1990). Kemudian setahun kemudian (1991) pemerintah menghapuskan peraturan yang mendiskriminasikan kaum berkulit hitam. Pada tahun 1993, Nelson Mandela bersama Frederik Willem de Klerk (Presiden Afsel waktu itu) dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian.
Tak berhenti sampai di situ, pada tahun 1994, Nelson Mandela dipilih rakyat untuk menjadi presiden pertama Afrika Selatan yang berkulit hitam. Bahkan para pemilih berasal dari multiracial, baik kulit hitam maupun kulit putih. Salah satu motto hidupnya ialah, “Only free man can negotiate, prisoners can not enter into contacts.” (Hanya orang bebas yang bisa bernegosiasi, seorang tahanan tak bisa diajak berkomunikasi).
Muhammad Yunus (1940-...) dalam upacara wisuda di MIT tertanggal 6 Juni 2008 mengungkap teladan nyata kepemimpinan (leadership). Sang pelopor mikrokredit ini mengatakan, "Kami menciptakan perusahaan untuk menghasilkan air minum berkualitas di sebuah dusun di Bangladesh. Kami berkolaborasi dengan perusahaan air terkemuka."
Bangladesh memang memiliki masalah air minum. Di sebagian besar wilayah, sumber air terkontaminasi arsenik. Perusahaan bisnis sosial ini akan menjadi prototipe penyuplai air bersih murah secara berkelanjutan. Selain itu, mereka juga mendirikan rumah sakit mata spesialis operasi katarak. Setiap tahun mampu melayani 10.000 pasien.
Sedangkan dalam bidang TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) mereka menandatangani kesepakatan dengan sebuah pabrikan komputer. Sehingga pelayanan berbasis IT kepada masyarakat miskin terakomodir. Proses pemasaran, pendidikan, dan pengiriman uang berjalan dengan lancar.
Bahkan sebuah perusahaan sepatu terkemuka ingin membuka bisnis sosial. Mereka hendak memastikan tidak ada orang bepergian tanpa sepatu. Pun sebuah perusahaan farmasi terkemuka berencana memproduksi suplemen gizi. Sehingga para ibu hamil bisa membelinya dengan harga murah (http://aditya87.wordpress.com/2008/10/08/m-yunus-change-the-world).
Dalai Lama (1935-…) merupakan seorang Timeless Teacher alias Guru Sepanjang Masa. Gelar Dalai Lama diberikan bagi para pemimpin spiritual rakyat Tibet. Arti harfiahnya ialah, “Ocean of Wisdom” (Samudera Kebijaksanaan). Beliau dipercaya sebagai manusia spesial. Kenapa? Karena ia “seorang” jiwa agung yang memilih lahir kembali untuk melayani umat manusia. Nama aslinya ialah Tenzin Gyatso (Leaders: 2007).
Pasca Republik Rakyat China (RRC) menginvasi Negeri Atap Dunia tersebut pada 1959, Dalai Lama terbang ke India, di sana ia mendirikan pemerintahan Tibet dalam pengungsian di Dharmasala. Beliau menjadi Dalai Lama pertama yang bepergian ke dunia barat untuk mengajarkan Budhisme. Sekaligus untuk menggalang dukungan bagi kemerdekaan rakyat Tibet. Salah satu prinsip hidupnya ialah, “Perubahan tak datang dari langit, tapi dari tindakan manusia.” (Change does not come from the sky but from human action).”
Dalam paribasan Kejawen ada petuah, “Janma tan kena kinira.” Artinya, jangan suka menganggap remeh dan memandang rendah kepada sesama. Siapapun dia walau hanya orang miskin, ia adalah manusia yang menyimpan kekuatan tak terduga.
Mbah Amir (70) ialah seorang pengamen jalanan. Setiap hari (dari jam 08.00-13.00 WIB) beliau memetik 23 senar kecapi di bilangan Tirtodipuran, Mantrijeron, Yogyakarta. Seniman sejati ini tak merasa sungkan, karena ia mencari nafkah secara halal. Mbah Amir lebih terhormat ketimbang anggota parlemen yang mengkorup uang rakyat dan lantas bersaksi dusta di ruang sidang .
Demikian penggalan kisah kehidupan para pemimpin besar. Baik wanita maupun pria dari segenap penjuru dunia. Mereka sukses merubah alur sejarah. Semua berkat kedalaman visi dan karya nyata. Semoga para pemimpin kita dapat mencontohnya. (T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru PKBM Angon (Sekolah Alam) dan Ekstrakurikuler Bahasa Inggris di SMP Kanisius Sleman, Yogyakarta)