Dimuat di Majalah Hidup, Tahun ke-68, Edisi 25, 22 Juni 2014
Judul: Cara Menguji Ketulusan Cinta
Penulis: A. Setyawan, S.J
Penerbit: Kanisius
Cetakan: I/ Oktober 2013
Tebal: 303 halaman
ISBN: 978-979-21-3620-3
Di era modern ini ada satu
kecenderungan yang membahayakan peri kehidupan bersama. Karena sadar
atau tidak sadar manusia terdorong untuk memanfaatkan orang dan lebih
mencintai barang. Dalam lingkup keluarga, misalnya, ada orangtua yang
memiliki paham bawah sadar bahwa anak adalah aset. Menurut penulis buku
ini, A. Setyawan, S.J, seorang anak juga memiliki martabat pribadi.
Lebih lanjut, penulis memaparkan
konsekuensi dari cara pandang yang kurang tepat tersebut. Akibatnya,
orangtua akan menghadapi anak seolah-olah sedang berhadapan dengan barang yang
bisa dipakai seturut keinginan mereka. Sebaliknya, tatkala berhadapan
dengan barang, orangtua tersebut berperilaku seolah barang itu adalah
person yang harus dicintai.
Berikut ini nukilan dialog yang
menyiratkan contoh konkretnya. Seorang ayah menunggu mobil yang sedang
dipakai anaknya. Seperempat jam terlambat sudah membuat sang ayah
merasa resah. Tiba-tiba si anak masuk ke rumah sambil memegangi
tangannya yang berlumuran darah. Wajahnya pucat pasi dan kelihatan
ketakutan sekali. Alih-alih menolong dan segera mengobati, sang ayah
malah bertanya dengan ketus, “Mana mobilnya?” Si anak tadi menceritakan
bahwa mobilnya menabrak tiang listrik. Mendengar hal tersebut sang
ayah marah besar, “Kamu itu, kamu pikir mbetulin mobil itu murah apa?” (halaman 152).
Sebagai alternatif, penulis
menawarkan perspektif lain yang lebih tepat (baca: manusiawi).
Tujuannya untuk menumbuhkan cinta dalam diri si anak. Orangtua jangan
sekadar mementingkan keselamatan mobil, karena anak tetap lebih
bernilai daripada barang. Alangkah lebih mengena jika sang ayah
berkata, “Kamu terluka? Syukurlah tidak terlalu parah. Kita masih bisa
perbaiki mobil tersebut. Tapi ayah tak bisa mendapatkan kamu yang lain
kan?” Dalam konteks ini, artinya anak sebagai pribadi dipandang unik. Ia tiada duanya di dunia.
Buku setebal 303 halaman ini sebuah
referensi berharga untuk menyelami kedalaman cinta. Sebab cinta
merupakan bagian terpenting dari kedalaman kemanusiaan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar