Dimuat di Okezone.com, Selasa/20 Mei 2014
YOGYAKARTA - Siapa tak kenal Yusuf Bilyarta
Mangunwijaya, Pr? Ia seorang budayawan, sastrawan, pendidik, penulis,
novelis, arsitek, dan pejuang kemanusiaan.
Salah satu nilai keutamaan yang dihayati Romo Mangun ialah filosofi “Pager Piring”. Jangan memagari rumahmu dengan pecahan kaca (beling)
namun pagarilah rumahmu dengan piring. Di era modern yang cenderung
individualistis, spirit kebersamaan tersebut kian menemukan
relevansinya.
Dalam rangka memperingati 15 tahun wafatnya
Romo Mangun, Yayasan Galang Press, ASA Art Management, Komunitas Seni
Rupa Blendang-blendhung, Teater Lilin, Djarum Foundation, Yayasan
Persekolahan Bellarminus Jakarta dan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar
(DED) mengadakan rangkaian acara bertajuk “Menjelajah Pemikiran Y.B.
Mangunwijaya”.
Sejak 6-11 Mei 2014 digelar pameran seni
rupa di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), seminar pendidikan di Hotel
Santika, sarasehan "Gerundelan Orang-orang Republik" dan workshop seni
rupa untuk anak di Jalan Suroto No. 2 Kotabaru.
Sebelum
membuka pameran seni rupa “Pager Piring”, Sindhunata S.J menceritakan
pengalamannya mengedit 12 buku saat merayakan 100 tahun Mangunwijaya
beberapa tahun silam. Salah satu buku berjudul “Menjadi Generasi
Pasca-Indonesia” yang diterbitkan Kanisius. Romo Sindhu mengutip petuah
Romo Mangun, “Kita boleh lahir di Timur, tapi dunia ialah rumah kita.”
Pembukaan
pameran seni rupa “Pager Piring” Selasa malam itu dimeriahkan juga
atraksi kolosal Wayang Milehnium dan suara emas Shri Krishna Encik.
Sederet perupa kondang turut berpartisipasi, yakni A.B. Dwiantoro, A.C.
Andre Tanama, Achmad Santoso, Andy Miswandi, Agus Yuliantara, Ambar
Pranasmara, Budi Barnabas, Budiyana, Budi Ubrux, Choerodin, Djoko Pekik,
Dunadi, Greg Susanto, Hadi Soesanto, Hedi Hariyanto, Imron Safii, Joko
"Gundul" Sulistio, Justin Copertino, Kadafi, Ketut Suwidiarta, Lanny
Andriani, Made Toris, Menol Juminar, Mujiharjo, Ouda Teda Ena, S. Teddy
d, Stefan Buana, Tatang Maruto, Win Dwilaksono, Yun Suroso, dan Yundhi
Pra.
Semua dipersatukan oleh kecintaan mereka pada Romo
Mangun. Prastowo selaku ketua panitia mengatakan, “Kami mempersiapkan
seluruh rangkaian acara ini selama 2 bulan.”
Imam Priyono
dalam kata sambutannya mengungkap fakta mengejutkan. Ternyata ia salah
satu orang yang mendapatkan “piring” dari Romo Mangun.
“Dulu
di daerah Kemetiran Kidul ada seorang anak dari keluarga miskin. Tahun
1983 anak tersebut lulus SMA. Tapi anak itu tidak bisa kuliah maupun
kerja karena kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mampu. Lalu, anak
itu bertemu dengan Romo Mangun dan menerima pager piring. Di tahun 1986
anak tersebut kemudian bisa berkuliah. Anak yang menerima pager piring
tersebut berhasil menjadi Wakil Walikota Yogyakarta. Ya, saya adalah
si anak miskin yang mendapatkan pager piring dari Romo Mangun,” ujarnya
di hadapan ratusan hadirin yang memadati pelataran BBY. (T. Nugroho
Angkasa)
(//ful)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar