Dimuat di Targetabloid.co.id, Minggu/5 Januari 2014
Ki
Slamet Gundono, dalang yang terkenal lewat wayangnya suket
menghembuskan nafas terakhir pada Minggu pagi 5 Desember 2014 di ruang
ICU Rumah Sakit Yarsis, Pabelan Kartasura, Sukoharjo. Seniman yang lahir
di Slawi, Tegal, 19 Juni 1966 itu meninggal karena penyakit yang
dideritanya.
Landung Simatupang, seniman asal Yogyakarta
meneruskan SMS Anto dari Balai Sudjatmoko, Solo, “Warta singkat yang
pedih menghunjam, menikam kami serumah di Jogja pukul delapan empat
puluh satu menit empat puluh tiga detik: 'Slamet Gundono baru saja
menutup mata - RSI YARSI SOLO'. “Saya menangis. Selamat jalan, seniman
besar! Lebih dari segalanya, dalam kenangan saya Anda hidup terus
sebagai manusia yang penuh cinta dan kepedulian kepada sesama,” tulis
Landung di status facebook-nya.
Kabar
meninggalnya Ki Slamet Gundono cepat menyebar lewat jejaring sosial dan
BlackBerry Messenger (BBM). Leyloor Why Lah X memasang foto bergambar
dalang nyentrik berbadan tambun tersebut. "In Memoriam Slamet Gundono",
tulis Leyloor dalam status FB-nya pada Minggu (5/1/2013).
Sementara itu, dalam akun facebook musikus
asal Yogyakarta, Djaduk Ferianto yang diunggah Minggu (5/1/2014) juga
menyampaikan kabar dukacita tersebut. "Telah meninggal dunia sahabatku
seniman besar Slamet Gundono....selamat jalan sobat," tulisnya.
Sunu Purnama, seorang penyair dari Yogyakarta yang kini berdomisili di One Earth,
Ciawi, Bogor mempersembahkan doa dan puisi di dinding FB-nya,
"Nok...aku pergi untuk melanjutkan perjalanan kehidupan ini. Mungkin
ragaku yang besar ini sudah saatnya menyatu kembali dengan Ibu Pertiwi
Indonesia yang aku cintai. Jadilah suket yang cerdas menyuarakan cinta
dan kasih sayang seperti yang telah aku ajarkan kepadamu.
Hapuslah
air matamu, jadikan sebagai air kehidupan yang memberi arti bagi napas
yang masih engkau hirup. Kutinggalkan padamu wayang suketku. Hidupilah
dengan jiwa kasihmu...Di ujung titik puncak kehidupan manusia kita
akan bertemu kembali. Selamat Jalan Ki Slamet Gundono...”
Sementara
itu, Hairus Salim dari Yayasan LKiS Yogyakarta menulis di status
FB-nya, "Menghaturkan duka yang mendalam atas kepergian Ki Slamet
Gundono. Semoga husnul khatimah. Saya akan selalu mengenang
kepiawaiannya memainkan okulele, mendalang, berkasidah, dan menyentil
para penguasa dan kaum agama yang keras kepala, serta kesediaannya untuk
ngobrol dengan siapapun. Alfatihah!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar