Dimuat di Bernas Jogja, Kamis/31 Oktober 2013
Penulis: Lintong Simaremare dan para Kontributor
Penyunting: Danang Budi Nurcahyo
Penerbit: Galang Pustaka Yogyakarta
Cetakan: 1/ Agustus 2013
Tebal: xii + 112 halaman
ISBN: 978-602-9431-25-4
Harga: Rp30.000
“Hadiah terindah bukan apa yang ingin kita dapatkan, namun apa yang diberikan dengan upaya-upaya cinta dan sebuah ketulusan.” - halaman 31
Bahtera keluarga muda diterjang badai
tatkala mengarungi samudera kehidupan. Bahkan sang istri sampai
beranggapan bahwa tidak mungkin bahagia kalau terus bersama suaminya di
bawah satu atap. Lalu, sang istri tersebut mengadu kepada ibunya.
Berikut ini petuah bijak dalam surat
Ibunda, “Sembari mengatasi rasa rindu, baiklah ibu akan bercerita sebuah
kisah yang dapat kamu gunakan sebagai refleksi sebagai pelajaran untuk
menghadapi kondisimu saat ini. Mudah-mudahan kamu tak merasa Ibu gurui
dengan segala pendidikan tinggi dan pengetahuan yang telah kamu miliki.”
Dalam sebuah pengadilan hati, berkatalah
malaikat penuntut kepada manusia bumi - seorang istri, “Apakah suamimu
membahagiakanmu?” Lalu dijawabnya, “Tidak!” Pertanyaan sama dilontarkan
kepada suami, sang suami menjawabnya lebih tegas, “Sama sekali tidak,
wahai malaikat penuntut!”
Selanjutnya, malaikat pembela mengambil
kesempatan bertanya dalam sidang tersebut, “Coba lupakan orang lain
sejenak dari pikiranmu atau lupakan dunia ini dengan segala masalahmu.
Apakah engkau bahagia?” Spontan kedua anak manusia itu menjawab
serentak, “Ba…Ba…Bahagia…”
Sejenak hening, lalu hakim malaikat
berujar lagi, “Memang seharusnya demikian, bahwa kebahagiaanmu bukan
karena orang lain, tetapi karena engkau mengerti bahwa ada Tuhan di
dalam hatimu. Pulanglah…berhentilah menuntut orang lain untuk
membahagiakanmu, karena kalian diturunkan ke bumi bukan untuk mencari
kebahagiaan. Kalian seharusnya membagikan kebahagiaan yang sudah kami
penuhi dari sini sebelum menurunkanmu.” (halaman 91).
Begitulah salah petuah bijak dari
seorang ibu kepada putrinya. Total ada 28 surat cinta dalam buku ini.
Sistematikanya terbagi dalam 5 bagian. Yakni Refleksi, Anugerah,
Selamat, Rindu, dan Didikan. Lintong Simaremare mengangkat nilai
adiluhung yang bertaburan dalam relasi dua individu, sang ibu dan
putrinya.
Ada juga kisah tentang Nanda. Ia dulu
berpamitan kepada ibu hendak kuliah sembari bekerja di Jakarta. Tapi
Nanda justru hijrah ke luar negeri menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia)
di Arab Saudi. Ia sudah dipecat oleh perusahaan tempatnya bekerja karena
kedapatan berselingkuh dengan bosnya.
Akibat hubungan gelap tersebut, Nanda
sampai memiliki anak. Tapi si buah hati diambil oleh istri majikannya.
Karena mereka sejak menikah belum memiliki anak. Awalnya, Nanda berusaha
mempertahankan anaknya, tapi istri bosnya mengancam akan memenjarakan
kalau Nanda mengambil anak hasil hubungan gelap dengan suaminya.
Akhirnya, sang ibu mengetahui kalau
Nanda yang selama ini ia rindukan telah berada di negeri seberang.
Hebatnya, sang ibu bisa menerima kepahitan hidup tersebut. Ia tetap
menanti Nanda kembali pulang ke rumah. “Tolong sampaikan salam kami
untuk Nanda. Ibu akan selalu merindukan Nanda, merindukannya untuk
pulang, dan selalu mencintainya dengan segala apa yang telah terjadi.”
(Halaman 109).
Manusia tentu pernah memiliki keburukan hati, namun balasannya adalah cinta. Para ibulah yang memberikan semua itu. Masih banyak kisah-kisah menggetarkan
lainnya. Dengan menyelami isi buku ini niscaya sidang pembaca diliputi
rasa syukur. Terutama terkait kehadiran sosok mulia yang bernama ibu.
Sebab seperti kata pepatah, cinta ibu memang sepanjang jalan. (T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Privat Bahasa Inggris di Jogja).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar