Dimuat di Bernas Jogja, Kamis/28 November 2013
Judul: Top Words 2, Kisah Inspiratif dan Sukses Orang-orang Top Indonesia
Penulis: Billy Boen
Penerbit: B-first (PT. Bentang Pustaka)
Cetakan: 1/Juni 2013
Tebal: xii + 200 hlmn
ISBN: 978-602-8864-80-0
Harga: Rp 50.000
Hidup ibarat setangkai mawar, ada
keharuman dan duri-duri tajam yang siap menusuk jemari. Terimalah
dualitas kehidupan tersebut sebagai keniscayaan. Begitulah petuah bijak
dari Anand Krishna. Tak sekadar beretorika putri promotor musik Adrie
Subono sungguh mengalaminya.
Pasca menerbitkan buku Cerita Segelas Kopi
Melanie Subono tak hanya menerima pujian tapi juga kritik pedas.
Tatkala peluncuran buku tersebut ada orang yang mengatakan di depan
publik bahwa bukunya biasa-biasa saja, sama sekali tidak ada yang
istimewa. Bagaimana tanggapan penyanyi yang sempat berkolaborasi dengan
Slank dalam lagu (Mumpung) Lagi Gampang tersebut?
Melanie hanya tersenyum simpul.
Karena kalau tampak biasa-biasa saja memang itulah tujuan penulisan
bukunya, yakni untuk mengungkap kesederhanaan. Ia sekadar menyajikan
hal-hal sepele yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya tatkala Melanie terjebak
kemacetan di Jakarta. Ia melihat ke sebelah kiri dan melihat sebuah
mobil mewah. Di dalamnya terdapat alat hiburan lengkap. Sembari menunggu
kemacetan pemiliknya bisa menonton televisi dan/atau mendengarkan
lagu-lagu favorit. Melanie sempat merasa iri, jengkel, dan ingin
mengeluh kepada Tuhan.
Syahdan saat ia melihat ke arah
kanan, Melanie melihat ada satu gerobak sampah yang diisi oleh seorang
ibu dan anak-anaknya. Sementara sang ayah mendorong gerobak itu dari
belakang. Anehnya meskipun basah kuyup dan terguyur hujan lebat, mereka
tampak bahagia di dalam gerobak. Alhasil, Melanie batal mengeluh karena
merasa keadaannya jauh lebih baik daripada keluarga tersebut (halaman
100).
Melanie juga mengaku pernah
dipermalukan oleh seorang pembicara publik. Laki-laki tersebut menyindir
Melanie begini, “Perempuan layak disebut perempuan jika bisa masak,
melayani suami, dan “bikin anak” Lalu, pembicara publik itu menambahi,
“Lihat Melanie, jam segini masih diluar meninggalkan suami,
tidak bisa masak, dan juga tidak punya anak. Anda seharusnya tak bisa
disebut sebagai perempuan!”
Hebatnya, Melanie tetap tenang
menanggapi “serangan” tersebut, “Walau saya tidak dilahirkan menjadi
perempuan “seutuhnya” yang bisa masak dan “bikin anak”, saya lebih
perempuan dibandingkan perempuan-perempuan yang membuang anaknya yang
baru lahir atau bahkan mengaborsi sejak dalam kandungan.
Perempuan-perempuan itu tidak mensyukri nikmat, anugerah yang mereka
punya, sedangkan di luar sana banyak perempuan lain yang sulit memiliki
anak, termasuk saya…” (halaman 103).
Kini selain terus menyanyi dan aktif menulis buku, Melanie juga menjadi penyiar di V Radio. Programnya bertajuk Life is Beautiful.
Konsep acara tersebut ialah wahana saling berbagi antarsesama
pendengar. Siapapun boleh curhat dan membantu mencari solusi bagi. Ia
hendak menyebarkan “virus” bahwa semua perempuan Indonesia itu cantik
dan cerdas, tak peduli warna kulitnya putih, kuning, kecoklatan, atau
gelap.
Begitulah pengalaman nyata Melanie Subono dalam buku Top Words 2 ini.
Masih banyak cerita dari 29 tokoh inspiratif lainnya. Mereka ialah
anak-anak negeri yang berprestasi dan mengharumkan nama Ibu Pertiwi.
Misalnya Riri Reza (Sutradara Film), Prabu Revolusi (Former Anchor
Program “8-11”), Albert Luhur (General Manager Marketing PT Summarecon),
dll. Tak heran jika banyak yang menyebut mereka sebagai ikon
kreativitas, integritas, dan kegigihan.
Lewat buku setebal 200 halaman ini
Billy Boen berhasil menceritakan kisah inspiratif dengan bahasa gaul ala
anak muda. Layak dibaca oleh generasi penerus bangsa yang hendak
menjadikan hidup lebih impactful. Dalam arti bisa berdampak positif bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Selanjutnya, kisah Andy F. Noya,
lelaki kelahiran Surabaya, Jawa Timur pada 6 November 1960 silam. Ia tak
pernah mengira bisa menjadi host kondang di negeri ini. Dulu
ia sempat mengenyam pendidikan STM di Jayapura, Papua. Saat itu, ia
berpikir bahwa pekerjaannya paling mentok menjadi kepala sekolah.
Menurutnya, beruntunglah anak-anak muda yang telah menemukan passion sejak
masih belia. Sebab banyak mahasiswa yang sampai akhir kuliah menggarap
skripsi masih bingung apa yang harus diraih. Tentu saja setiap orang tua
ingin anaknya bahagia. Kalau anaknya sendiri tak yakin dengan pilihan
jalan hidupnya maka orang tua justru mendikte hidup kita. Pada akhirnya
hanya berujung pada penyesalan diri.
Sebaliknya, kalau sejak awal kita
tahu apa yang kita sukai. Lalu, kita kerjakan dengan tekun dan
sungguh-sungguh. Alhasil, setiap aktivitas pekerjaan dalam keseharian
terasa seperti sebuah rekreasi saja. Itulah yang Andy F. Noya rasakan.
Sejak kelas 4 SD, salah satu gurunya telah melihat kemampuan menulis dan
melukisnya yang di atas rata-rata. Baginya, menulis selama 10 jam hanya
terasa 2 jam (halaman 25).
Kendati demikian, secara rendah hati
Andy F. Noya menyadari bahwa kesuksesannya sekarang tak lepas dukungan
banyak pihak. Antara lain Rahman Toleng, Amir Daud, Fikri Jufri, dan
Surya Paloh. Lewat buku ini, Andy berpesan kepada generasi muda
Indonesia, “Banyak anak muda yang terjebak bahwa berkarier itu hanya
bekerja sebagai karyawan di perusahaan yang mapan. Saya mengenal
berbagai anak muda yang berpikir berbeda. Sejak kuliah sudah merintis
usaha, bahkan ijasahnya pun tidak digunakan karena tidak berkaitan
dengan usahnaya. Saya lebih suka anak-anak muda yang out of the box. Ciptakan
usahamu sendiri, masa depanmu sendiri, pelajari kesuksesan dari
orang-orang sukses, dan kesuksesanmu tinggal menunggu waktu
saja.”(halaman 27). (T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Privat Bahasa Inggris di Yogyakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar