Dimuat di Targetabloid.com, Rabu/11 Desember 2013
Akhir pekan suasana kota Gudeg sedikit mendung. Tetes-tetes hujan
membasahi beberapa ruas jalanan di Yogyakarta. Penulis meluncur perlahan
menuju ke selatan mengendarai sepeda motor. Tujuannya ke Pantai Depok,
Kretek, Bantul. Jam tangan masih menunjuk pukul 15.00 WIB, perjalanan ke
pusat kuliner makanan laut (seafood) itu kira-kira memakan waktu satu jam.
Retribusi
masuk ke areal wisata kebanggaan warga Bantul tersebut Rp 8.000 untuk
pengendara sepeda motor yang berboncengan. Sedangkan untuk ongkos
parkirnya Rp 2.000 per motor. Menurut penjaga di sana, banyak pengunjung
memilih datang sore hari, yakni sekitar jam 16.00 WIB ke atas. Mereka
hendak menikmati keindahan suasana senja di pantai laut selatan (Segara Kidul).
Sebelum
menuju ke pantai, para pengunjung berbelanja terlebih dulu di Pasar
Ikan Segar, Depok. Lokasinya tak jauh dari loket pintu masuk, lurus ke
arah selatan lalu sebelum sampai di parkiran berbelok ke barat sekitar
100 meter. Begitu sampai di sana, para pedagang sontak menghampiri dan
mengantar untuk memilih-milih ikan, udang, cumi, kepiting, kerang segar,
dan lain-lain di lapak-lapak mereka.
Beberapa
waktu lalu, lokasi pasar tepat berjajar di bibir pantai. Tapi demi
keamanan dan kenyamanan bersama lokasinya kini dipindah agak jauh.
Jaraknya sekitar setengah kilometer dari garis pantai. Oleh sebab itu,
sebaiknya kalau pengunjung hendak menyantap kuliner laut di Pantai Depok
mampirlah dulu ke pasar ikan segar. Jangan langsung menuju ke
warung-warung makan karena mereka tidak menjajakannya. Kalau toh ada, harganya relatif lebih mahal.
Sore
itu, penulis memilih menu sederhana, yakni ikan cakalang dan cumi-cumi.
Per kilogram cakalang Rp 18.000, sedangkan harga cumi-cumi per kg Rp
44.000. Karena hanya dimakan berdua dengan istri, kami hanya membeli
masing-masing setengah dan seperempat kilo. Menurut seorang pedagang di
pasar ikan segar, saat ini harga hasil tangkapan laut memang lumayan
mahal. Selain karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) juga karena
musim angin barat. Ombak di laut selatan sangat tinggi, bisa mencapai 2
meter lebih, para nelayan tak banyak yang melaut, kalau toh ada hasil tangkapannya hanya sedikit.
Setelah
membeli bahan mentahan tersebut, kami bergegas menuju warung makan
joglo Salsabila 2. Setiap kali ke Pantai Depok Parangtritis sudah
langganan ke sana. Lokasinya, dari pasar ikan segar ke arah selatan,
sesampainya di pertigaan belok ke barat kira-kira 300 meter. Bu Rapi
menyambut dengan wajah semringah. Kami masuk dari pintu
belakang langsung ke dapur menyerahkan tas kresek berisi bahan mentahan
tadi. Ikannya dibakar sedangkan cumi-cuminya digoreng tepung. Sebagai
pelengkap kami juga memesan nasi putih, lalapan, sambal, dan es degan
hijau.
Sembari menanti semua pesan tadi diracik, para
pengunjung bisa menghabiskan waktu di tepi pantai. Boleh memandangi
ombak yang bergulung di laut selatan, mendengarkan irama deburannya,
bermain-main air, atau membangun istana pasir. Sebagian besar pasir di
Pantai Depok mengandung zat besi, anak-anak sering bereksperimen dengan
menggunakan magnet. Alhasil, dari segenggam pasir saja bisa terkumpul
begitu banyak serbuk besi granit.
Warung makan joglo Salsabila 2 merupakan adik dari Salsabila 1. Kalau
Salsabila 1 sudah berdiri sejak 10 tahun silam sedangkan Salsabila 2
baru beroperasi setahun belakangan. Pemilik usaha kuliner seafood
tersebut Pak Dargon. Menurut Bu Marni, salah seorang koki di sana,
keunikan mereka masih menggunakan cara memasak tradisional, yakni dengan
bahan bakar kayu. Jadi para pengunjung harus bersabar menunggu masakan
matang. “Kendati demikian, dijamin lebih sedap dan tingkat kematangannya
merata,” imbuhnya lagi.
Warung makan joglo Salsabila 2
tak begitu luas. Ukurannya kira-kira 7 x 12 meter. Kalau dihitung dari
bibir pantai hanya berjarak 300 meter. Para pengunjung bisa lesehan di
atas tikar atau duduk di atas bangku-bangku yang telah disediakan.
Sembari menyantap makanan seafood dan menikmati minuman segar,
sejauh mata memandang tersaji hamparan pasir, cakrawala luas dan tentu
saja laut selatan yang terkenal berombak tinggi tersebut. Semilir angin
dan irama deburan ombak kian menambah nikmat cita rasa hidangan yang
disajikan.
Sembari
menyiapkan pesanan pengunjung Bu Rapi bercerita singkat. Sebelumnya, ia
pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Nyutran, Wirogunan,
Mergangsan, Yogyakarta. Tapi karena Pak Dargon membuka cabang warung
makan Salsabila 2, dibutuhkan koki tambahan. Akhirnya, ia memilih
bekerja di Pantai Depok Parangtritis, Kretek, Bantul. “Setiap hari saya
berangkat pukul 07.30 dari rumah di Jalan Parangtritis Km 21 dan baru
pulang jam 20.00 WIB setelah pengunjung terakhir pulang,” pungkasnya. (Red)
Editor dan Foto: Nugroho A - Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar