April 19, 2010

Universalitas Ajaran Sufi


Resensi buku ini dimuat di Jurnal Fenomena, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Vol.VII/No.1/Maret 2010

Judul: Sufi Soluitions to World Problems
Bahasa: Inggris
Penulis: Anand Krishna
Penerbit: Koperasi Global Anand Krishna
Cetakan: 1, 2008
Tebal: 110 halaman

Al Beruni mengatakan istilah "Sufi" berasal dari bahasa Yunani "Pailosopa." Artinya cinta kebijaksanaan. Lantas sejarawan kondang Arab tersebut mengakaitkannya dengan kata "Safi", yang artinya kesederhanaan. Seorang Sufi ialah ia yang hidup sederhana dalam cinta dan kesederhanaan.

Buku ini sejatinya berupa makalah panjang. Anand Krishna mempresentasikannya dalam Conference on Sufi Movements in Contemporary Islam yang dihadiri perwakilan dari 5 benua. John M. Daniels, wartawan Bali Update mengeditnya agar enak dibaca khalayak ramai. Perhelatan akbar tersebut digelar di Singapura pada 14-15 Agustus 2008 silam. Bertindak sebagai tuan rumah ialah National University of Singapore (NUS) dan Institute of South East Asian Studies (ISEAS).

Anand Krishna seorang penulis produktif 120 buku lebih. Ia dilahirkan di Surakarta, Jawa Tengah. Aktivis spiritual lintas agama ini mengenyam pendidikan dasar di Lucknow India. Di sanalah Anand remaja berjumpa dengan Sheikh Baba, Murshid (Baca: Guru) Sufi yang bekerja sebagai penjaja es balok. Tokoh yang satu ini mempunyai peranan besar dalam pembentukan watak pendiri Yayasan Anand Ashram yang berafiliasi dengan PBB pada tahun 2006 (http://www.un.org/News/Press/docs/2006/ngo608.doc.htm) tersebut

Sang Ayah tercinta, Baba Tolaram juga memperkenalkan ajaran Sufi kepada Anand kecil, yakni melalui puisi-puisi Shah Abdul Latief, seorang Sufi besar dari peradaban Sind (wilayah peradaban yang membujur dari Gandahar (kini Afganistan) sampai Astraley (kini Australia)). Misalnya pada halaman 21, "As breath pervades everywhere, so Sufis live in every heart." Seperti udara yang berada di mana-mana, begitulah spirit Sufi ada di setiap hati manusia. Sufi bukanlah monopoli satu kelompok/sekte tertentu, melainkan anugerah bagi siapa saja yang sudi membuka diri, belajar dan menerima kebhinekaan cara pandang.

Ironisnya, saat ini banyak negara di dunia terserang "virus" fanatisme. Virus ekstrim radikalisme ini lebih berbahaya faripada visus H1N1. Menurut Dr. Hisman dari University of Warwick UK ajaran Sufi begitu disambut baik oleh masyarakat Barat. Kenapa? karena universalitas ajarannya menjadi antitesa atas kecenderungan fasis berkedok agama dan kepercayaan di abad ke-21 ini.

Misal terkait penyalahgunaan kata "Jihad" (Sufisme and the War on Terror, 2008). United Nation Support Facility for Indonesia (UNSFR) mencatat terjadi 3.608 tindak kekerasan dengan dalih "jihad" sepanjang tahun 1999-2003 di Indonesia tercinta. Dalam konteks inilah redefinisi kata "Jihad" menjadi urgen.

Kaum militan mengidentifikasikan dengan perang "suci". Kedangkalan berpikir tersebut berbanding terbalik dengan konsepsi Asghar Ali Engineer, seorang pemikir Islam progresif, ia menguraikan makna lain dari "jihad". Sebagai sebuah spiritual exercuse alias laku batin untuk mengatasi keliaran pikiran manusia itu sendiri.

Ada sebuah kisah menarik. Suatu hari, sepasukan prajurit baru kembali dari perang Badar. Nabi Muhammad SAW bersabda kepada mereka, "Kamu baru pulang dari "jihad" kecil (al-jihad al ashgar), sekarang saatnya "jihad" besar (al jihad al-akbar)." Salah seorang pengikut Nabi bertanya, "Apa arti "jihad" besar Yang Mulia?" Beliau menjawab," Jihad" akbar ialah upaya sungguh untuk melampaui ego dan iri dengki (mujahadat al-abdi hawah)."

Dalam tradisi Kejawaen ada piwulang yang begitu indah. "Menang tanpa ngasorake." Pemenang sejati tak menindas orang lain. Kenapa? karena mereka mempunyai keluasan cakrawala pandang. Senada dengan slogan Yayasan Anand Ashram, "One Earth, One Sky and One Humankind." Kita berpijak di bumi yang sama, bernaung di bawah langit yang sama, sesama umat manusia. Apa yang kita perbuat pada orang lain dan lingkungan niscaya berdampak kepada diri kita sendiri.

Akhir kata, buku ini ialah sarana untuk hidup damai dalam cinta dan harmoni. Bukankah itu yang dibutuhkan dunia kita saat ini? mengutip petuah bijak Hazrat Inayat Khan, pendiri Sufi Order, "The Sufi does not call a person away from a bleief, it calls one to live it." Ajaran Sufi tidak mengajak orang meninggalkan agama atau kepercayaannya, melainkan untuk mempraktekkan ajaran luhur yang terkandung dalam setiap agama di dunia dan kepercayaan lokal setempat dalam keseharian ziarah hidup ini.

Tidak ada komentar: