Februari 28, 2013

Menjadi Saksi Keluasan Cakrawala Hidup

 Dimuat di Majalah Pendidikan Online Indonesia, Jumat/1 Maret 2013
http://mjeducation.co/menjadi-saksi-keluasan-cakrawala-hidup/

Judul: Di Simpang Peristiwa, Mencatat Peristiwa Menuai Hikmah
Penulis: Friedz Meko, SVD
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 1/ Juli 2012
Tebal:  xxxiii + 249 halaman
ISBN: 978-979-22-8590-1
Harga: Rp63.000

 

Alkisah, hiduplah seorang nenek berusia 70 tahun. Ia mempunyai tujuh orang anak, tiga putri dan empat putra. Suaminya sudah meninggal 38 tahun silam. Pasca menikah, mereka hanya sempat hidup bersama selama 18 tahun. Tatkala sang suami wafat, anak-anaknya masih kecil, tapi kini mereka sudah besar dan menjadi orang sukses. Ada yang punya jabatan di pemerintahan, ada yang menjadi pengusaha, ada yang menjadi dosen, dan ada pula yang jadi tentara.

Tak dapat dipungkiri, nenek tersebut merasakan kegetiran di tahun pertama pasca suami tercinta meninggal dunia. Hampir setiap malam ia menangis dan larut dalam kesedihan. Acap kali ia terbangun di tengah malam karena mimpi bertemu dengan arwah sang suami. Bahkan hingga pagi ia tak dapat tidur dan akhirnya memutuskan berdoa di depan arca Bunda Maria.

“Saat-saat hening berdiam diri di depan patung Bunda Maria, saya mengalami keteguhan hati. Saya memang merasa sendirian, tetapi sesungguhnya Bunda senantiasa menemani saya. Sehingga perlahan seiring bergulirnya waktu, saya mempunyai keberanian dan rasa optimis untuk berjuang membesarkan anak-anak sambil terus bekerja sebagai perawat.” (halaman 47)

Menurut Romo Freidz, nenek tersebut ialah profil single parent yang kuat dan beriman. Mereka bertemu di stasiun kereta api di Dublin. Saat itu, beliau sedang asyik membaca buku Saying YES to Life karya Catherine McCann. Walau mengenakan kacamata tebal, nenek itu tekun membaca seperti layaknya seorang mahasiswa. Setiba di kota Cork, sang nenek turun dari kereta. Perjumpaan singkat tersebut diabadikan dalam artikel, “Saya Tidak Sendirian (renungan no. 8)”.

Buku “Di Simpang Peristiwa, Mencatat Peristiwa Menuai Hikmah” memang mengisahkan perkara-perkara sederhana. Kemudian ibarat koki, penulis meramunya dengan rasa religiositas. Dr. Paul Budi Kleden, SVD turut membubuhkan apresiasi pada kata pengantar, “Saat berada di simpang peristiwa,  Freids Meko, SVD tidak hanyut di dalamnya ataupun terseret oleh arus. Ia sanggup mengambil jarak imajiner, memandang dari tempat tertentu, dan piawai memberi penilaian yang mendalam” (halaman xxxiii).

Sistematika buku ini terdiri atas 4 bab, yakni “Memaknai Realitas Sekitar”, “Memahami Raut Negeriku Merah Darahku”, dan “Membaca Pesan dari Langit Suci”. Sebagian besar artikel pernah dimuat di Majalah Bentara, Majalah Kana, Majalah Hidup, Majalah Cermin, dan Dian Ende. Total ada 44 renungan. Rentang waktu penulisannya relatif lama, yakni  dari tahun 1993-2011 (18 tahun). Ada 3 seri buku lainnya yang masih dalam proses penggarapan, “Aku Terkenang Borneo, Yesus Sang Proklamator, dan Tobat di Gerbang Doa.”

Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Ledalero Maumere, Flores tersebut juga memaparkan keintiman hubungan manusia dengan bumi. Contoh-contoh keintiman yang dimaksud antara lain karena darah pertama yang membalut manusia ketika keluar dari rahim bunda lantas meresap dalam rahim bumi. Air seni dan kotoran yang manusia buang diterima dengan rela oleh bumi, kemudian diolah menjadi pupuk alami. Selain itu, manusia juga bertahan hidup karena mengonsumsi tanaman yang tumbuh di atas bumi dan memuaskan dahaga dari air yang mengalir dari dalam perut bumi.

Kemudian, Vikaris Episcopalis Religius (Vikep Religius) Surabaya ini menguraikan evolusi batin manusia ke dalam 3 tahapan. Homo Orans, artinya manusia menyadari bahwa hidupnya dipinjamkan oleh Tuhan. Hendaknya, manusia selalu bersyukur dan mohon berkat Allah agar dapat memanfaatkan hidup bagi kebaikan diri sendiri dan sesama yang menderita. Homo Faber, artinya manusia hanya berguna jika dan hanya jika bekerja dengan jujur dan bertanggung jawab. Homo Amans, artinya manusia tidak melulu berdoa dan bekerja, tetapi juga wajib mengasihi diri, sesama, dan Tuhan Sang Pemberi Hidup (halaman 19).

Uniknya, secara khusus pria kelahiran Manamas, Timor, 21 Juni 1963 tersebut memaparkan dimensi kerja secara holistik yang bersumber dari Ensiklik Laborem Exercens. Untuk menyelami spiritualitas kerja, dalam dimensi ekonomi, manusia perlu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,  misalnya menyekolahkan anak, membeli barang-barang, membangun rumah, dll. Selain itu, dalam dimensi sosial, kehadiran seseorang dalam masyarakat untuk mengisi orang lain dengan potensi dan kemampuan yang ada dalam dirinya. Terakhir tapi penting, dalam dimensi spiritual, paderi dari Serikat Sabda Allah (SVD) tersebut menandaskan bahwa mandat kultural manusia ialah sebagai cultivator, yakni setiap pekerjaan diabdikan demi kemuliaan nama-Nya  (Labore Orare).

Buku setebal 249 halaman ini merupakan sharing sekaligus kesaksian Romo Freidz. Berkat Sang Sabda Kehidupan, hidupnya kini berubah dari tawanan keterbatasan menjadi saksi cakrawala kehidupan nan begitu luas. Selamat membaca!

Februari 27, 2013

Petualangan Multikultur di Negeri Kangguru

Dimuat di Majalah Pendidikan Online Indonesia, Kamis/28 Februari 2013

Judul: Meditasi di Sydney
Subjudul: Sebuah Perjalanan Hening di Tengah Keramaian Kota Sydney, Australia
Penulis: Krishnamurti
Penerbit: Pohon Cahaya Yogyakarta
Cetakan: 1/April 2012
Tebal: 256 halaman
ISBN: 978-602-9485-32-5
Harga: Rp50.000

Pernahkah Anda mendengar ihwal gaya menulis live in? Krishnamurti ialah salah satu praktisinya. Ia memakai kalimat-kalimat pendek dan memaparkan latar belakang lahirnya petuah bijak. Salah satu contohnya, “Ibarat sebuah sepeda, demikian juga pikiran manusia. Ada waktunya untuk diparkir sejenak. Tidak digunakan, cukup hanya didiamkan (halaman 67).”

Insight (pemahaman) tersebut diperoleh di Sydney. Penulis mengamati keberadaan tempat parkir sepeda di salah satu kota di negeri kangguru itu. Kendaraan kayuh memang mendapat tempat terhormat di sana. Pengendara sepeda memiliki hak yang sama dengan pengemudi kendaraan bermotor.

Hingga tahun 2013 ini, Krishnamurti sudah menulis 4 buku. Meditasi di Sydney  terbit pasca 3 buku lainnya, yakni Si Monyet Cerdik, Hypno Visual dan NLP ala Backpacker. Ia juga menggandeng rekan penulis lain, seperti Vanditya dan Istoto.

Bukunya kali ini memuat otokritik seorang pembicara publik. Semakin memahami cara kerja otak, serta kaitan antara kata dan bahasa, semakin takut ia berbicara. Sebab, dampaknya begitu kuat terhadap diri pendengar. Dalam konteks ini, kesadaran menjadi penting. Sistematikanya terdiri atas 25 bab, dari “Persiapan Sebelum Berangkat” sampai “Ada Awal Ada Akhir”,  isinya semacam petualangan multikultur.

Di Australia, ia bertemu dengan beragam tipe manusia dari pelbagai latar belakang budaya. Salah satunya bernama Pablo Melendez, seorang backpacker asal Chile. Sejak berusia 28 tahun, Pablo sudah memutuskan keliling dunia. Ia menjual seluruh aset kekayaan miliknya. Selama 3 tahun nonstop, Pablo blusukan dari satu negara melintasi negara lainnya. “Saya mau keluar dari jebakan kerja yang seolah membuat diri saya jadi seperti kuda,” jelasnya di halaman 182.

Buku ini juga jeli memotret hal sederhana yang membuat pembaca berdecak kagum. Salah satunya termaktub dalam puisi, “Tuhan ada dimana-mana. Ia ada di terik cerah mentari, Ia ada di empat burung yang terbang melintas di awan, Ia ada di udara segar yang melayang-layang membawa damai di dada, Ia ada di kehijauan dedaunan, Ia ada di detak nafas, Ia ada di hangat secangkir teh, Ia ada di aneka suara pelbagai bahasa dan bangsa… (Pagi di Pelabuhan Sydney, 29 Maret 2012)”

Pada bagian pengantar, penulis mengakui bahwa buku ini bukan fiksi alias semua berdasarkan kisah nyata. Tujuannya untuk menginspirasi kaum muda Indonesia, agar mereka berani keluar dari kamar dan pergi melanglang buana, “Kuasailah dunia, kibarkan Sang Saka Merah Putih di negeri-negeri yang engkau singgahi (halaman 204).”

Di buku ini terungkap pula bahwa kota Darwin berbeda 180 derajat dari Sydney. Darwin relatif sepi dan jauh lebih teduh, di sepanjang tepi jalan banyak ditumbuhi pohon besar. Di sana, penulis bertemu dengan Beth, seorang pekerja sosial dari Filipina. Pasca berbelanja buku, CD, dan beberapa potong kaos, ransel penulis penuh sesak, sehingga ia mau menyumbangkan pakaian lamanya.

Bersedekah di negara miskin itu mudah, tapi beramal di negara kaya susahnya minta ampun. Ketika pertama kali bertemu Beth, sekilas mirip orang Indonesia karena warna kulitnya hampir sama dengan WNI. Lantas, penulis bertanya di mana lokasi penampungan orang-orang miskin. Dengan senang hati Beth menunjukkan tempat untuk memberikan sumbangan. Salah satu pakaian yang diberikan berupa celana panjang dari kain batik. Para donator mengatur sendiri pakaiannya ke gantungan yang disediakan, sehingga orang-orang yang tak berpunya leluasa memilih apa yang mereka butuhkan.

Jurgen Granner, pria Jerman yang sudah menetap di Australia sejak 1969 tertarik dengan celana berkaret kolor tersebut. Dulu ia lumayan sukses, tapi pasca bercerai dengan istrinya, Granner menjadi depresi dan terlunta-lunta. Untungnya, ia boleh tinggal di tempat pelayanan sosial. Sebuah celana kain batik berkaret kolor pun menjadi tali pengikat persaudaraan antara dua anak manusia. Walau mereka berbeda bangsa dan bahasa tak jadi halangan, hanya ada rasa haru dan pelukan hangat saat itu, “Kalau manusia menjadikan dirinya sahabat, di mana-mana niscaya bertemu kerabat (halaman 69).”

Buku setebal 256 ini dapat menjadi sarana refleksi sidang pembaca. Ternyata kejadian-kejadian sederhana dalam keseharian hidup menyimpan aneka makna. Pengalaman tersebut hanya perlu dibingkai agar lebih indah. Selamat membaca!

13620330001408093423

Februari 22, 2013

Laris Manis Bisnis Wedang Uwuh

Dimuat di Majalah Pendidikan Online Indonesia, Sabtu/23 Februari 2013
http://mjeducation.co/laris-manis-bisnis-wedang-uwuh/


Musim hujan sedang deras-derasnya, hampir setiap hari cuaca di seputar wilayah Jateng-DIY relatif dingin. Alhasil warga setempat membutuhkan minuman penghangat tubuh. Wedang uwuh menjadi salah satu alternatif yang pas.

Konon minuman tradisional ini disajikan untuk raja-raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ramuannya terdiri atas rempah-rempah seperti jahe, kayu secang, kayu dan daun kulit manis (cassia vera, Cinnamomum cassia), daun dan bunga cengkeh, irisan buah dan daunpala, akar dan daunserai, sertakapulaga. Sebagai pemanis digunakangula batu ataugula jawa aren, sehingga manfaatnya sangat baik untuk kesehatan, antara lain untuk obat masuk angin.

Selain memasarkan wedang uwuh di rumah dan di daerah Jateng-DIY, penulis juga mengirimkannya ke luar kota. Kebetulan ada seorang kenalan di Madiun, Jawa Timur yang membuka usaha kedai kopi. Ternyata di sana, wedang uwuh menjadi salah satu minuman favorit pengunjung.

Biasanya, penulis kulakan di pasar Beringharjo. Di sana sudah ada bakul langganan yang menjual wedang uwuh dengan harga miring, apalagi kalau membelinya ratusan bungkus, maka ada diskon khusus. Menurut Bu Yanti, nama bakul langganan saya itu, proses pengemasan wedang uwuh dilakukannya bersama dengan keluarga dibantu oleh beberapa orang tetangganya.

Agar tahan lama dan terhindar dari cuaca lembab, bungkusan wedang uwuh ditempatkan di blek berbentuk kotak yang terbuat dari seng. Mengingat adanya gula batu dalam setiap bungkus wedang uwuh yang mudah meleleh jika dibiarkan berada di ruang terbuka.

Pasca kulakan penulis langsung mengemas dalam bentuk paketan lalu mengirimkannya kepada konsumen yang sudah memesan via pos atau jasa pengiriman barang. Untuk pengiriman keluar kota tetapi masih dalam area pulau Jawa dibutuhkan waktu maksimal selama 3 hari.

Jika wedang uwuh sudah sampai ke tujuan, maka pembeli akan mentransfer uang pembayarannya yang terdiri dari harga barang plus biaya pengiriman ke rekening bank yang telah ditentukan. Sebagai permulaan, sebaiknya pilih kenalan atau teman yang sudah kita ketahui  identitasnya secara pasti.

Lantas berapa besar keuntungan dari bisnis ini? Rata-rata dari sebungkus wedang uwuh, saya bisa memperoleh laba seribu rupiah. Bila dalam satu pengiriman bisa menjual 200 bungkus, keuntungan bersih yang diterima ialah Rp200.000. Dalam sebulan, penulis bisa mengirim 4 hingga 5 kali. Alhasil, rata-rata laba bersih satu juta Rupiah langsung masuk ke nomor rekening di bank. Jika hendak mendapat lebih banyak keuntungan, perlu mencari tambahan pelanggan lebih banyak lagi.

Cara promosi yang paling efektif adalah getog tular alias dari mulut ke mulut. Pelanggan wedang uwuh yang merasa puas dan cocok niscaya bercerita kepada keluarga dan koleganya. Kendati demikian, di era teknologi informasi ini promosi juga dapat dilakukan tanpa tatap muka ataupun bertemu langsung. Situs online, blog, jejaring sosial FB dan Twitter dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk menjajakan wedang uwuh. 

Dalam dunia tentu persaingan tak terelakkan, kompetitor utama wedang uwuh ialah produk minuman dalam kemasan yang banyak beredar di pasaran. Ada kesan terutama di kalangan generasi muda bahwa dengan mengkonsumsi minuman tersebut otomatis gengsi meningkat. Sebab minuman yang sebagian besar dikemas dalam kaleng itu berasal dari luar negeri dan bermerek internasional.  Padahal fakta ini justru sangat riskan, bukankan konsumen tak mengetahui proses pembuatan dan komposisi dalam produk impor tersebut?

Dalam konteks ini, wedang uwuh memiliki keunggulan tersendiri, selain karena diracik dari bahan-bahan alami, wedang uwuh juga produk dalam negeri sendiri. Proses pembuatannya pun terbilang sangat sederhana dan menghindari asupan zat-zat pengawet. Kendati demikian, pengemasan wedang uwuh ke depannya perlu lebih diperhatikan, sebab selama ini sekadar dibungkus dengan plastik tipis. Alangkah lebih cantik dan mengundang selera pembeli jika dibungkus dengan kertas coklat hasil daur ulang. Selain itu, bukan tidak mungkin wedang uwuh bisa go international seperti halnya gudeg. Kabar terakhir, masakan khas Yogyakarta tersebut telah diekspor ke Spanyol dan Arab Saudi.

Itulah tips singkat bisnis laris manis wedang uwuh. Selain melestarikan minuman tradisional sehat dan nikmat dari leluhur, kita juga dapat memperoleh keuntungan materi. Jateng-DIY masih memiliki seabreg minuman, makanan dan camilan khas, semuanya juga dapat dipasarkan ke luar kota di seluruh Indonesia dan bahkan dikirim ke luar negeri. Toh jasa pengiriman barang dan transfer pembayaran lewat bank ataupun PayPal semakin mudah dan murah. Selamat berbisnis dan sukses!

13615933851965873933
Sumber Foto Wedang Uwuh: 
http://resepmasak.asia/2012/04/wedang-uwuh-minuman-khas-bantul/

Representasi Perjuangan Jiwa Manusia Indonesia Modern


Aktivis spiritual lintas agama Anand Krishna telah menyerahkan diri secara sukarela kepada petugas dari Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan (Kejari Jaksel). Sebab pria kelahiran Surakarta 57 tahun silam tersebut tak ingin menyaksikan pertumpahan darah di Padepokan Anand Ashram Ubud, Desa Tegalantang, Bali pada Sabtu (16/2/2013) silam. Penulis 150 buku lebih tersebut langsung diterbangkan ke Jakarta dan dibui di LP Cipinang.

Tim eksekutor dari Kejari Jaksel dibantu 50 orang preman berbadan tegap. Menurut kesaksian Putu Puji Astuti, jalannya penangkapan terhadap Anand dinodai tindak kekerasan yang menimpa para murid dan pendukungnya. “Petugas melompati pagar dan memaksa masuk, puluhan simpatisan Pak Anand dibanting petugas sehingga mengalami luka fisik dan trauma psikis termasuk kaum perempuan,“ ujar ketua IWAG Peace tersebut. Videonya dapat disimak di http://www.ustream.tv/recorded/29316678 http://www.youtube.com/watch?v=DATXpQL3eNs
 
Kendati demikian, Puji Astuti menandaskan bahwa sesuai komitmen awal, Anand dan rekan lainnya akan terus berjuang menegakkan keadilan dan menyebarkan semangat kasih sayang dan perdamaian. “Bapak tidak ingin melihat ada tindak kekerasan, apalagi harus menimpa para sahabat yang datang dari seluruh Indonesia dan bahkan dunia,“ pungkasnya.

Kronologi kasus Anand Krishna terbilang penuh lika-liku. Majelis hakim yang dipimpin Albertina Ho pernah memutuskan pendiri Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB, 2006) tersebut tidak bersalah. Putusan bebas atas Anand dibacakan dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan (Jaksel) pada Selasa (22/11/2011).

Majelis hakim menjatuhkan putusan ini pasca mendengarkan 16 saksi dan 5 saksi ahli yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) serta 8 saksi meringankan dan empat saksi ahli yang dihadirkan pihak Anand. “Anand Krishna harus dibebaskan dari dakwaan tersebut,” ujar srikandi hukum yang dikenal berintegritas dan jujur tersebut.

Namun lantas JPU Martha Berliana Tobing mengajukan kasasi dan dikabulkan oleh Mahkamah Agung (MA). Dalam putusan terhadap Krisna Kumar Tolaram Gang Tani alias Anand Krishna tersebut terdapat kejanggalan, sebab Jaksa Penuntut Umum mencantumkan kasus pidana merek sebagai salah satu alasan kasasi.

Seperti dalam salinan putusan Anand Krishna yang diunduh detikcom dari website MA pada Rabu (14/11/2012), dalam halaman 38 muncul pertimbangan JPU mengajukan kasasi sbb:

“Bahwa sebagai bukti bagi Judex Juris tentang tidak pedulinya Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jawa Barat terhadap fakta hukum yang tertuang dalam tuntutan pidana kami dapat dilihat dari putusan yang dibuat oleh Judex Facti Nomor 20/Pid/2006/PT.Bdg tanggal 21 April 2006 yang tidak secuil pun menyinggung tuntutan pidana kami sehingga dengan demikian sungguh cukup beralasan demi tegaknya keadilan dan kepastian hukum untuk menganulir putusan Nomor 20/Pid/2006/PT/Bdg tanggal 21 April 2006 yang dibuat oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jawa Barat.”

Andi Saputra, jurnalis detikcom kemudian melacaknya, ternyata nomor perkara 20/Pid/2006/PT.Bdg tanggal 21 April 2006 adalah sengketa pidana merek. Dalam berkas perkara MA tersebut, duduk sebagai terdakwa Erik Mulya Wijaya. Erik didakwa atas perbuatan yang melanggar pasal 24 ayat 1 UU No 5/1984 tentang Perindustrian. Di tingkat kasasi, Erik dihukum 2 tahun penjara karena menggunakan merek yang sama dengan merek yang terdaftar milik pihak lain.

Nah, alasan kasasi JPU dalam perkara Anand Krishna ternyata muncul dalam salinan putusan Anand Krishna. Dalam salinan putusan Anand Krishna tersebut tertulis Panitera Pengganti adalah Dulhusin dan Panitera Muda Pidana MA Machmud Rachmi. Majelis kasasi yang terdiri dari Zaharuddin Utama dengan dua hakim agung Achmad Yamanie dan Sofyan Sitompul sepakat Anand telah terbukti bersalah mengapa bisa muncul pertimbangan pidana merek versi JPU di putusan Anand Krishna? http://news.detik.com/read/2012/11/14/100955/2091191/10/astaga-jaksa-pakai-kasus-pidana-merek-untuk-kasasi-anand-krishna

Tak berhenti sampai di situ modus pemalsuan dokumen di lembaga yudisial tertinggi di Indonesia tersebut,  beberapa waktu kemudian Majelis Kehormatan Hakim (MKH) memvonis hakim agung Ahmad Yamanie dengan sanksi pemberhentian secara tidak hormat. Ahmad Yamanie secara sah terbukti melakukan tindak pelanggaran pemalsuan berkas putusan PK terpidana bos narkoba Hengky Gunawan.

“Memutuskan, menolak pembelaan diri hakim terlapor menyatakan Ahmad Yamani melakukan pelanggaran pedoman kode etik perilaku hakim,” kata ketua majelis MKH Paulus Effendie Lotulung, dalam sidang MKH di Gedung Mahkamah Agung (MA), Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta pada Selasa (8/12/2012).

Dengan demikian Ahmad Yamanie merupakan hakim agung pertama kali di Indonesia yang dipecat oleh majelis MKH bentukan Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung. Yamanie juga melanggar putusan bersama MA-KY tentang pedoman perilaku hakim.

Kasus ini bermula, saat Henky Gunawan adalah pemilik pabrik ekstasi di Surabaya. PN Surabaya memvonis Hengky dengan 17 tahun penjara, Pengadilan Tinggi (PT) Surabaya menghukum 18 tahun penjara dan kasasi MA mengubah hukuman Hengky menjadi hukuman mati. Namun oleh Imron Anwari, Hakim Nyak Pha dan Ahmad Yamani, hukuman Hengky menjadi 15 tahun penjara.

Simpati

Kembali ke kasus Anand Krishna yang berlangsung selama 4 tahun lebih ini, Prof. M.A.S Hikam dalam situs pribadinya mengatakan, “Nasib pejuang HAM dan tokoh spiritual Anand Krishna (AK) sungguh menyedihkan. Upaya untuk menjebloskan beliau ke bui secara paksa dan kekerasan pun dilakukan oleh pihak Kejaksaan. Padahal cara-cara tersebut selain melanggar aturan hukum yang berlaku, juga menampilkan arogansi dan kesewenangan.”

Lebih lanjut, menurut Menristek pada era Gus Dur tersebut, “Kasus yang dihadapi Pak AK menjadi perhatian internasional karena begitu banyak kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan pihak Jaksa sejak masih di PN Jaksel. Bahkan, putusan bebas murni pun kemudian dilanggar dengan kasasi oleh MA yang mencabutnya. Apa yang menimpa Pak AK adalah bukti nyata bahwa kendati negeri ini telah mengalami reformasi, tetapi hukum belumlah menjadi panglima.”

“Semoga Pak AK tetap bersabar dan bertahan dalam melawan kesewenang-wenangan. Dan para pendukungnya pun tidak terprovokasi oleh prilaku aparat. Saya yakin kebenaran pada akhirnya akan menang, kendati kejahatan ditopang oleh kekuasaan sebesar apapun,” tandas pria yang pernah bekerja sebagai peneliti LIPI tersebut http://www.mashikam.com/2013/02/pemanggilan-paksa-dg-kekerasan-thd.html?spref=twv .

Sedangkan dari luar negeri, Sacha Stone yang berada di lokasi eksekusi turut menyampaikan pernyataan sikap, “In this country, we cannot identify what is law or no law, what is just or unjust. That’s why we have to bring this case to the international court.” (Di sini, kita tak bisa membedakan mana yang sesuai hukum dan mana yang melanggar hukum, apa yang adil dan apa yang tak adil. Itulah sebabnya kita harus membawanya ke mahkamah internasional).”

Lebih lanjut menurut pendiri Humanitad Foundation, lembaga independen yang aktif mengadvokasi di 90 negara ini berpendapat, “Anand Krishna represents the struggle for the modern Indonesian soul - and must therefore be protected and defended.” (Anand Krishna merepresentasikan perjuangan jiwa manusia Indonesia modern, oleh sebab itu ia harus dilindungi dan diadvokasi.”

Akhir kata, penulis bersepakat dengan keyakinan Andreas Susetya berikut ini, “Yang putih tetaplah putih, yang bersih tetaplah bersih. Permata tetaplah sebuah permata, yang kilau sinarnya akan tetap ada sepanjang masa. Sebagaimana hukum tabur-tuai yang bersifat universal, setiap “tangan-tangan kotor” pastilah akan mempertanggungjawabkan tindakan yang dilakukan, cepat atau lambat. Sama seperti bejana timbangan yang digunakan untuk menghakimi, itu pula yang akan diterimanya. Kiranya nilai keadilan dan kebenaran yang sejati akan dapat ditegakkan dalam diri kita masing-masing. Juga dalam sistem pemerintahan di negara kita tercinta.” Semoga

13615298862111367677

Februari 20, 2013

Belajar Kerendahan Hati dari Messi

Dimuat di Majalah Pendidikan Online Indonesia, Kamis/21 Februari 2013

Para pecinta sepak bola tentu mengenal Lionel Andres Messi. Pemain bernomor punggung 10 dari Barcelona FC tersebut baru saja menyabet penghargaan Ballon d’Or (2012) di Zurich, Swiss. Bahkan, prestasi ini merupakan raihan keempatnya secara beruntun sejak 2009. Dalam polling yang dilakukan kapten dan pelatih anggota FIFA plus jurnalis media massa, Messi meraup 41,60% suara. Sedangkan Ronaldo dan Iniesta berada di posisi kedua dan ketiga. Masing-masing meraih 23,68% dan 10,91% voters.

Pemain mungil berjuluk La Pulga alias “Si Kutu” tersebut juga sukses memecahkan rekor Gerd Muller yang telah bertahan selama 40 tahun. Muller mencetak 85 gol dalam setahun (60 pertandingan). Sedangkan Messi bersama Barcelona dan Timnas Argentina sepanjang 2012 membukukan 91 gol di papan skor, sampai-sampai Arsene Wenger, pelatih Arsenal FC menyebutnya sebagai pemain dari planet lain.

Namun ternyata perjalanan karir Messi di lapangan hijau tak semulus dan selurus jalan tol. Ketika berumur 8 tahun, tubuhnya sangat kurus. Bahkan saat berumur 11 tahun, ia sempat divonis dokter mengidap penyakit yang berkaitan dengan hormon pertumbuhan. Tinggi badannya diprediksi tak akan melebihi 150 cm.

Padahal postur tubuh sangat penting bagi seorang pesepakbola profesional. Lantas, pria kelahiran Rosario, 24 Juni 1987 tersebut mulai bergabung dengan Barcelona pada 2000. Direktur Olahraga Barca, Charles Rexach mencium bakat terpendam Messi. Rexach memboyongnya ke La Masia, akademi sepakbola Barcelona FC di Spanyol. Selain giat berlatih, Messi juga menjalani terapi kesehatan yang menelan dana US$ 900 per bulan.

Alhasil, tinggi badan Messi mencapai 168 cm, kepiawaiannya menggiring si kulit bundar juga mengundang decak kagum, dan otot-otot tubuhnya pun mulai terbentuk secara proporsional. Pada tahun 2004, Messi mendapat kepercayaan dari Frank Rijkaard untuk bermain bersama tim senior Barcelona di La Liga. Debut perdananya melawan Espanyol dalam laga derby yang relatif panas. Ia tercatat sebagai pemain ketiga termuda tim senior Barca. Kenapa? Karena usianya saat itu masih 17 tahun 144 hari.

Kemudian, pada musim kompetisi 2008-2009 Messi mulai menunjukkan tajinya. Ia membobol lawan sebanyak 38 kali dalam 51 kali penampilan. Barcelona sukses merebut Treble Winners. Piala Liga, Liga Spanyol, dan Liga Champion diboyong oleh tim asal Catalan tersebut. Messi kembali menorehkan rekor baru. Ia menjadi top skorer termuda dalam sejarah kejuaraan bergengsi antarklub Eropa dengan total 9 gol.

Hebatnya, walau bergelimang prestasi dan disebut-sebut setara dengan legenda hidup Pele dan Maradona, Messi tetap rendah hati. Selain itu, ia tergolong sebagai a nice guy. Roger Federer, petenis nomor 2 terbaik dunia mengatakan, “Lionel Messi membuktikan bahwa pria santun bisa sukses dalam menjalani karir profesional.”

Bahtera rumah tangga Messi juga relatif stabil. Ia baru saja kedatangan anggota keluarga baru pasca Thiago lahir pada 2 November 2012 lalu. Setiap anak membawa rejekinya sendiri-sendiri, sejak kelahiran putra pertamanya itu, Messi kian piawai mencetak gol. Ia sukses melesakkan 19 gol dalam 1.202 menit. Artinya, rata-rata pesepakbola berusia 25 tahun tersebut mencetak 1 gol setiap 63 menit.

Selain itu, mantan pelatih Barcelona FC, Carles Rexach yang dulu mengontrak dan membiayai pengobatan Messi mengungkapkan resep mujarab La Pulga agar dicintai penggemarnya, “Salah satu kekuatan Messi adalah dia mau mendengarkan dan tak banyak bicara. Itu sangat penting dalam sepakbola dan kehidupan. Tak ada rekan Messi yang cemburu dengan kehebatannya karena memang ia tak pernah menyombongkan diri.”

Salah satu rekan setimnya di Barcelona FC, Jodhi Alba juga mengagumi kerendahan hati Messi tersebut, “Ia bukan cuma sosok yang hebat di atas lapangan, Messi juga kawan yang menyenangkan karena tidak pernah besar kepala. Ia pribadi yang sangat membumi meski sudah memenangi segalanya.”

Kendati demikian, Messi masih menyimpan satu obsesi. Ia bercita-cita tim "Tango" dapat merebut Piala Dunia. Kesempatan paling dekat telah menanti di 2014 mendatang. "Memenangi Piala Dunia adalah suatu hal yang belum pernah saya rasakan. Saya bersedia menukar Ballon d'Or dengan trofi Piala Dunia, ya saya selalu merasa seperti itu," ucap Messi seperti dilansir The Sun.

Akhir kata, tak ada salahnya para pengurus KPSI dan PSSI belajar rendah hati dari Lionel Messi. Kendati Messi memiliki segudang prestasi, tetap seperti padi, kian berisi kian menunduk. Sebaliknya, pengurus sepak bola di tanah air, walau nir-prestasi, begitu jumawa seperti tong kosong nyaring bunyinya. Inilah ironi sepak bola nasional. Semoga segera ada perbaikan demi mengharumkan nama bangsa di kancah internasional!


Sumber Foto: thesun.co.uk

Februari 19, 2013

Mengukuhkan Pancasila sebagai Ruh Zaman

Dimuat di Kompas.com, Selasa/19 Februari 2013

Judul: Pancasila Kekuatan Pembebas
Penulis Bersama: Andreas Doweng Bolo, Bartolomeus Samho, Stephanus Djunatan, Sylvester Kanisius Laku
Penerbit: Pusat Studi Pancasila Universitas Katolik Parahyangan dan Kanisius Yogyakarta
Cetakan: 1/ Oktober 2012
Tebal: 272 halaman
ISBN: 978-979-21-3360
Harga: Rp40.000

Hasil survei BPS (Badan Pusat Statistik) yang digelar pada 27-29 Mei 2011 di 33 provinsi di Indonesia membuat tersentak.  Ternyata dari 12.000 responden di 181 kota dan kabupaten dari Sabang sampai Merauke, peran media (termasuk buku) dalam sosialisasi Pancasila (hanya) 2%. Selebihnya, 30% dari sekolah/universitas, 19% dari teladan pejabat pusat dan daerah, 14% dari penataran P4, dan 10% dari ceramah keagamaan.

Artinya, perlu ada upaya lebih intensif untuk merevitalisasi nilai-nilai Pancasila lewat media tertulis (written text). Buku “Pancasila Kekuatan Pembebas” ini menjawab kebutuhan tersebut. Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung tergolong relatif rajin mendiseminasi falsafah bangsa ini. Perintisnya ialah Prof. Mr. Soediman Kartohadiprodjo. Dosen dan Dekan Fakultas Hukum (FH) Unpar itu pernah menulis buku “Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia (1961).” Lantas, diterbitkan ulang pada 2010.

Menurut Sylvestre Kanisius Laku, latar belakang penulisan referensi MKU (Mata Kuliah Umum) Pancasila ini karena kesadaran mahasiswa dan masyarakat Indonesia terhadap eksistensi Pancasila sebagai dasar negara mulai mengalami polarisasi. Ada segelintir kelompok yang tak setuju, bahkan hendak menggantinya dengan ideologi agama. Tapi di sisi mayoritas, terdapat banyak elemen bangsa yang mendesak Pancasila mutlak dipertahankan.

Dalam konteks ini, perlu ada kajian ilmiah untuk menelaah nilai-nilai Pancasila. Metode yang ditawarkan ialah hermeuneutika (penafsiran teks berdasarkan konteks). Alasannya ada 2. Pertama, Pancasila lahir dalam sejarah pergulatan yang dinamis dan kompleks. Dinamisitas dan kompleksitas historis tersebut meniscayakan friksi dan konflik mendasar.

Kedua,  kelima sila Pancasila merupakan hasil refleksi terhadap realitas Indonesia yang luas dan besar dalam seluruh aspek kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya, agama, dsb yang terumus secara singkat dan padat. Senada dengan tesis Prof. Dr. N. Driyarkara, SJ, Pancasila ialah dasar filosofis yang merumuskan realitas manusia dalam semesta realita, jadi merupakan weltanschauung (halaman 29).

Sistematikanya, Pancasila Kekuatan Pembebas terdiri atas 8 pokok bahasan. Bab I memaparkan justifikasi dasar negara Republik Indonesia (RI) tersebut, baik dari aspek yuridis (hukum), filosofis (makna), historis (sejarah), maupun kultural (budaya). Lantas, bab II menziarahi dinamika sejarah Pancasila, yakni sejak periode (29 Mei 1945-17 Mei 1945), (18 Agustus 1945-26 Desember 1949), Orde Baru (Orba) hingga era reformasi. Pada bab III, IV, V, VI, VII berturut-turut fokus mengkaji filosofi kelima sila Pancasila. Bagian penutup, bab VIII mengkontekstualiasikannya dengan isu terkini.

Bung Karno dan Pancasila ibarat 2 sisi dari sekeping mata uang yang sama. Presiden I RI tersebut merupakan “penemu” 5 mutiara tersebut. Buku ini juga menyuguhkan kerendah-hatian Ir. Soekarno tatkala menerima gelar Doktor Honoris Causa di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, “Oleh karena saya, dalam hal Pancasila itu, sekadar menjadi “perumus” dari pada perasaaan-perasaan yang telah lama terkandung bisu dalam kalbu rakyat Indonesia, sekadar menjadi “pengutara” dari pada keinginan-keinginan dan jiwa bangsa Indonesia turun-temurun…saya menganggap Pancasila itu corak karakternya bangsa Indonesia (halaman 24).”


Selanjutnya, keempat penulis buku ini (kebetulan semuanya dosen) bersepakat bahwa proses perumusan Pancasila oleh para bapa bangsa (founding fathers) tidak dengan cara pandang monodimensional. Pun lebih dengan perspektif multidimensional. Artinya, Pancasila lahir dari rahim pengalaman keberagaman Ibu Pertiwi. Mempelajari serta mendalami Pancasila di bangku kuliah merupakan salah satu cara merawat dan memelihara keberagaman itu sampai akhir masa.

Dinamika akademis tersebut niscaya mengkristalisasikan Estetika Pancasila sebagai representasi 5 lokus penting dalam kehidupan manusia. Dari aspek religius, aspek humanum, aspek sosial, aspek demokrasi, dan aspek keadilan. Menurut Andreas Doweng Bolo, mengejawantahkan kelima nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari sinonim dengan mengarahkan hidup menuju kepenuhan dan keutuhan martabat sebagai manusia (halaman 41). Buku setebal 272 halaman ini merupakan saripati refleksi dan diskusi mendalam ihwal hakikat Pancasila. Penting dibaca oleh para akademisi, pejabat publik, pengusaha, dan masyarakat luas yang bertekad mengukuhkan Pancasila bukan sekadar sebagai ideologi negara, tapi lebih sebagai panduan hidup (way of life) dan ruh zaman (zeitgeist). Selamat membaca!



Februari 18, 2013

Pernyataan Sikap LBH Manusia Merdeka terhadap Eksekusi Paksa Anand Krishna


LBH MANUSIA MERDEKA
Truth, Righteousness, and Justice Oriented
Sekretariat: Jl. Pura Mertasari 45 Sunset Road Area Kuta, Telp. 0361-8622757, 0812398926
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"At his best, man is the noblest of all animals;separated from law and justice he is the worst."
Manusia adalah yang paling mulia diantara makhluk-makhluk hidup lainnya;
namun ketika tidak mengindahkan hukum dan keadilan,maka ia adalah makhluk yang paling nista.
Aristotle


PERNYATAAN SIKAP

Menunjuk:
  1. Kemerdekaan adalah hak setiap bangsa seperti diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.
  2. Bahwa Mahkamah Konsitusi RI pada tanggal 22 Nopember 2013 telah mengeluarkan putusan bahwa pemidanaan yang tidak memenuhi Pasal 197 ayat (1) KUHAP adalah batal demi hukum.
  3. Bahwa pada tanggal 14 Februari 2013 dan diulang kembali pada tanggal 16 Februari 2013, berdasarkan Surat Perintah Penangkapan dari Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan No. PRINT-54/0.1.14./Ep.3/02/2013 tanggal 8 Februari 2013 pihak Kejari telah melakukan upaya paksa untuk menangkap Anand Krishna, dengan dasar Putusam Mahkamah Agung RI No. 691 K/Pid/2012, Tanggal 24 Juli 2012 atas nama Terdakwa KRISHNA KUMAR TOLARAM alias ANAND KRISHNA.

LBH Manusia Merdeka dengan ini menyatakan sikap:

  1. Mengecam keras tindakan Kejari Jakarta Selatan yang telah melakukan eksekusi atas putusan yang telah BATAL DEMI HUKUM. Eksekusi tersebut telah melanggar Pasal 333 yakni dengan sengaja dan melawan hukum merampas kemerdekaan seseorang, yang diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
  2. Mengutuk keras perilaku oknum eksekutor di lapangan yang telah melakukan kekerasan kepada para pecinta Anand Ashram khususnya kepada beberapa wanita.
  3. Demi tegaknya keadilan dan hak asasi manusia, meminta seluruh komponen masyarakat khususnya para penegak hukum untuk membersihkan institusi Kejari Jakarta Selatan, serta melengserkan oknum-oknum yang telah melecehkan hukum, menginjak-injak keadilan, dan menodai citra dan wibawa lembaga-lembaga negara yang kita hormati.

Demikian pernyataan kami sebagai bentuk kepedulian kami terhadap hancurnya kehidupan dan tatanan hukum di negeri ini, demi tegaknya hukum dan kemuliaan bangsa dan negara yang kita cintai.



Denpasar, 18 Februari 2013


Agung Sudarsa, SE, SH
Direktur

"Justice will overtake fabricators of lies and false witnesses."
Keadilan pasti mengalahkan para pedusta dan para saksi palsu.
Heraclitus

Februari 16, 2013

Blusukan dalam Dunia Pendidikan

Dimuat di Majalah Pendidikan Online Indonesia, Minggu/17 Februari 203

Belakangan ini istilah “blusukan” menjadi sedemikian populer. Jokowi berperan besar dalam menasionalisasikan terminologi bahasa Jawa tersebut.  Bahkan tatkala banjir bandang menggenangi ibukota, mantan walikota Solo tersebut tetap berkeliling menyapa warganya di barak-barak pengungsian.

Menurut Wijayanto Samirin, asal kata blusukan dari kata ”keblusuk” alias ”tersesat”. Jadi “blusukan” sinonim dengan ”sengaja menyesatkan diri untuk mengetahui sesuatu.” Pertanyaannya, apakah blusukan dapat diterapkan juga di ranah pencerdasan kehidupan bangsa?

Ternyata ada beberapa guru yang telah mempraktikkannya, salah satunya  bernama Herman Joseph Sriyanto. Selain aktif mengajar subjek Matematika di SMA Kolese de Britto Yogyakarta, alumnus Advanced Teacher Program (ATP) di St. Ignatius College Riverview Australia tersebut pernah berkunjung ke Colegio De Sao Jose. Letaknya jauh di pelosok Timor Leste sana.

Dalam perjalanan ke daerah Maubara,  ia menyaksikan pemandangan menggetarkan. Para guru duduk berdesak-desakan di bak terbuka di belakang truk yang melaju kencang. Selama 3 jam nonstop mereka terpanggang terik sinar matahari. Syahdan, H.J Sriyanto teringat kepada para koleganya di pulau Jawa. Mereka acap kali berkeluh-kesah meski pergi ke sekolah dengan naik sepeda motor atau mobil ber-AC. Padahal wajah para guru di Dilli itu, tak sekilas pun menyiratkan rasa keputusasaan (Sekolah itu Surga, 2012).

Praktisi pendidikan lain yang “hobi” blusukan ialah St. Kartono. Dosen bahasa Indonesia dan Jurnalistik di PBSID (Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah) Universitas Sanata Dharma (USD), Yogyakarta tersebut intens berbagi semangat dan teknik menulis. Buah pena-nya antara lain Menebus Pendidikan Yang Tergadai (2002), Reformasi Pendidikan (2003, dkk), Seri Pendidikan Budi Pekerti (2003-2004, dkk), Sekolah Bukan Pasar (Juni, 2009), dan Menulis Tanpa Rasa Takut (Juli, 2009).

Tatkala melawat ke pesisir utara daerah tengkuk kepala burung di bumi Papua, St. Kartono pernah ditanya seorang murid bernama Paul, “Pak guru, saya sudah mencoba menulis, tetapi sering tersendat atau berhenti, bagaimana usaha mengatasi itu?” Paul berasal dari daerah pedalaman, desanya berjarak 7 hari jalan kaki dari asrama sekolah.

Pak guru menjawab, “Paul, menulis tersendat itu karena bahan di kepala kita habis. Bisa juga pikiran tidak mampu mengaitkan masalah yang kita bahas dengan lentur.” Senada dengan pendapat Romo Baker, menulis ibarat membongkar tabungan berupa bacaan di kepala (Menjadi Guru Untuk Muridku, 2011).

Semangat Muda

Lantas dari generasi muda Ryan Singgih Prabowo (23) membagi ilmu di SDN 10 Dusun Mak Dewa, Pulau Rupat, Bengkalis, Riau. Jaraknya 11 jam perjalanan darat dan laut dari kota Pekanbaru. Setahun penuh ia menjadi pengajar muda yang diutus Yayasan Indonesia Mengajar besutan Anies Baswedan.

Ternyata yang memotivasi Ryan ialah anak-anak didiknya. “Mereka membuat saya piawai melewati titik jenuh. Tugas saya sekadar menjembatani orang miskin yang berpotensi luar biasa menjadi semakin luar biasa.” Ia lebih suka mengajar sambil bermain. Bahkan terkadang ia menggunakan alam sekitar sebagai media mengajar. Intinya, pakai apa saja yang bisa dijadikan media, sehingga anak tak menyadari ternyata yang sedang dilakukan adalah proses belajar, bukan sekadar bermain (Psikologi Plus, Desember 2012).

Kemudian ada juga kisah siswa SMA Kolese de Britto yang menjadi relawan gempa di seputaran Jateng - DIY pada Mei - Agustus 2006 silam. Di tengah kesibukan sekolah, ia masih bisa menyempatkan diri berbagi dengan sesama yang menderita. Wahyu Purwawijayanto merasakan pengalaman magis ketika berada di rumah sakit (RS), “Bau yang sangat tidak enak berasal dari luka yang membusuk. Aku merasa ragu. Nuraniku berkata untuk segera menolong kakek itu. Namun, indra penciumanku tidak tahan dengan bau busuk. Belum sempat mundur satu langkah ada seorang relawan yang meminta bantuanku untuk memindahkan sang kakek ke tempat tidur. Entah kekuatan apa yang menggerakkanku, yang jelas seketika aku mengabaikan rasa takutku dan berani mendekati kakek itu” (Sekolah Gempa - Sekolah Hati, 2008).

Akhir kata, blusukan tak harus bepergian secara fisik ke luar kota ataupun turba (turun ke bawah). Tapi dapat juga dilakukan di lingkungan sekolah kita masing-masing. Sekadar menyapa, meluangkan waktu, dan bercakap-cakap dengan anak didik ialah jurus mujarab untuk mengetahui situasi konkrit mereka. Sehingga bisa lebih menunjang proses pembelajaran. Menyitir pendapat Winston Churchill, “Kita hidup dari apa yang kita dapatkan, tapi manusia bahagia dari apa yang ia berikan kepada sesama.” Salam Pendidikan!


Keunikan Bahasa Apresiasi Manusia

Dimuat di Seputar Indonesia, Minggu/17 Februari 2013
http://www.seputar-indonesia.com/news/keunikan-bahasa-apresiasi-manusia


Judul: 5 Bahasa Apresiasi dalam Dunia Kerja
Penulis: Dr. Gary D. Chapman, Ph.D dan Dr. Paul White
Alih bahasa: Slamat Parsaoran Sinambela
Penerbit: Visipress
Cetakan: 1/September 2012
Tebal: 285 halaman
ISBN:  978-602-8073-76-9

Presisi alias ketepatan menjadi kata kunci dalam buku ini. Bayangkan pada suatu siang yang terik, seorang rekan sekerja Anda merasa kehausan. Kemudian, datanglah seorang karyawan lain menawarkan pertolongan seturut pemahamannya sendiri. Alih-alih menyuguhkan segelas air es, ia justru menyodorkan kursi untuk diduduki. Insiden miskomunikasi tersebut niscaya membuat frustasi, baik dalam diri si pemberi maupun si penerima bantuan (halaman 26).

Oleh sebab itu, buku “5 Bahasa Apresiasi dalam Dunia Kerja” mendedah 5 macam bahasa apresisasi manusia. Mulai dari bagian hulu hingga ke hilir. Sehingga interaksi antar individu menjadi lebih lancar. Pun kerjasama antar lini dalam perusahaan terjalin kian harmonis.

Ada sebuah kisah nyata, Claricia menghadiahi tiket gratis pertandingan Yankees di akhir pekan kepada Mike. Karena koleganya tersebut telah bekerja secara professional dan optimal. Mike bersedia lembur untuk merampungkan proyek tertentu. Anehnya, Mike tetap bermuram durja. Bahkan ia justru beranggapan pihak managemen perusahaan tak menghargai jerih payahnya sama sekali.

Ternyata Mike tak menginginkan tiket gratis itu. Sebab bahasa apresiasi primernya ialah act of service alias tindak pelayanan. Mike lebih suka teman-temannya membantu tatkala proyek tersebut musti dikebut. Pun ia tak suka bekerja sendirian. Dalam hati ia berharap mereka dan supervisornya turut kerja lembur dan bahu-membahu menyingsingkan lengan baju. Sekadar mengucap terimakasih ataupun memberi hadiah nyata (tangible gift) tak akan memuaskan dahaga emosional Mike untuk dihargai.

Menurut Gary Chapman dan Paul White ada 5 model bahasa apresiasi, yakni, “Kata-kata Penghargaan”, “Waktu Berkualitas”, “Tindak Pelayanan”, “Hadiah Nyata”, dan “Sentuhan Fisik”. Tak dapat dipungkiri bahwa mayoritas pegawai mendambakan kenaikan gaji, tapi faktor utama kepuasan kerja bukan materi semata. Apresiasi merupakan kebutuhan eksistensial manusia. Jiwa para pekerja - dari Direksi, CEO sampai cleaning service dan bagian rumah tangga – memberontak jika tak dihargai.

Buku ini juga memaparkan hasil penelitian Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat. Temuannya cukup mengagetkan, ternyata 65 persen orang Amerika meninggalkan pekerjaan mereka bukan karena urusan finansial an sich, tapi karena ketiadaan penghargaan batin (baca: apresiasi). Dalam konteks ini, tesis almarhum Stephen R. Covey menjadi relevan, “Setelah keberlangsungan fisik, kebutuhan terbesar manusia ialah keberlangsungan psikologis, yakni untuk dipahami, diakui, dihargai, dan dicintai.” (Halaman 22).

Sebelumnya, Gary Chapman telah menulis buku The Five Love Languages: The Secret to Love That Lasts (Lima Bahasa Cinta: Rahasia Mengasihi Yang Langgeng). Penerbitnya The New York Times. Buku tersebut terjual sebanyak enam juta kopi versi bahasa Inggrisnya. Bahkan kemudian diterjemahkan pula ke dalam 40 bahasa.

Lantas, banyak pembaca meminta Direktur Marriage and Family Life Consultant, Inc tersebut menulis topik senada tapi fokusnya lebih dalam dunia kerja. Singkat cerita, konselor keluarga berjam terbang 40 tahun lebih tersebut menggandeng Dr. Paul White. Selama 3 tahun terakhir, mereka berkolaborasi dalam Motivating by Appreciation Project (Proyek Memotivasi dengan Apresiasi).

Terkait sistematika buku ini,  “5 Bahasa Apresiasi dalam Dunia Kerja” terdiri atas 4 bagian. Ibarat bangunan rumah diawali dengan fondasi, “Apa itu apresiasi?” Lantas, tiang-tiang penyangganya ialah penjelasan runut ihwal 5 model bahasa apresiasi. Pun dilengkapi dengan ornamen penerapan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir atapnya, penulis menyajikan tips praktis untuk mengatasi tantangan yang biasa menghadang.

Keunggulan buku ini memberi porsi besar bagi pengembangan karakter positif. Antara lain ketekunan, keberanian, kerendahan hati, disiplin diri, welas asih, kesediaan mengampuni, kejujuran, integritas, kesabaran, kebajikan, dan pengorbanan. Butir-butir mutiara nilai keutamaan tersebut niscaya tak lekang oleh waktu.

Seorang pemimpin juga perlu loyal dalam memberi pujian bagi pegawai yang berprestasi. Penulis menceritakan pengalamannya sendiri ketika disanjung secara verbal oleh bosnya, “Saya belum pernah menyampaikan hal ini namun saya mengagumi Anda. Anda salah satu orang terbaik yang pernah saya temui. Saya memerhatikan cara kerja Anda membantu rekan kerja ketika mereka kewalahan dengan tugasnya. Anda sebetulnya tak perlu melakukan semua itu sebab memang bukan bagian dari tugas pekerjaan Anda. Tapi pengorbanan Anda tersebut menyiratkan karakter Anda yang sungguh mendalam.” (halaman 49).

Selain kata-kata penghargaan ada juga karyawan yang suka menerima hadiah “liburan”. Menurut observasi penulis yang kerap menjadi narasumber di hampir seluruh 5 benua ini, pekerja muda dari generasi muda (Gen X, Gen Y, dan Millennial) sangat mengapresiasi waktu senggang. Namun tentu syaratnya, mereka harus merampungkan dulu proyek besar perusahaan.

Akhir kata, buku setebal 285 halaman ini sebuah referensi berharga untuk menyelami keunikan bahasa apresiasi manusia. Sepakat dengan pendapat Prof. Lyle W. Dorsett dalam kata pengantar, “Jika wawasan dan kebijaksanaan yang ditawarkan Chapman dan White dipraktikkan di dunia kerja niscaya terjadi revolusi yang gemilang dalam hubungan antarmanusia.” Selamat membaca!























Prof. M.A.S Hikam Dukung Perjuangan Anand Krishna

Terkait insiden eksekusi paksa terhadap Anand Krishna oleh pihak kejaksaan, Sabtu (16/2/2013) di Anand Ashram Ubud, Bali, Prof. M.A.S Hikam langsung angkat bicara dan memberikan dukungan moril.

Pada intinya Menristek pada era Gus Dur tersebut menyayangkan penangkapan paksa dan cara-cara kekerasan yang dilakukan oleh para oknum kejaksaan berpakaian preman tersebut.
1361010226574391738
Prof. M.A.S. Hikam (Sumber Foto: http://www.facebook.com/photo.php?fbid=602389569777960&set=a.160492323967689.41260.127924197224502&type=1&theater)

Sumber: http://www.mashikam.com/2013/02/pemanggilan-paksa-dg-kekerasan-thd.html?spref=tw

Nasib pejuang HAM dan tokoh spiritual Anand Krishna (AK) sungguh menyedihkan. Upaya untuk menjebloskan beliau ke bui secara paksa dan kekerasan pun dilakukan oleh pihak Kejaksaan. Padahal cara-cara tersebut selain melanggar aturan hukum yang berlaku, juga menampilkan arogansi dan kesewenangan. 

Kasus yang dihadapi Pak AK menjadi perhatian internasional karena begitu banyak kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan pihak Jaksa sejak masih di PN Jaksel. Bahkan, putusan bebas murni pun kemudian dilanggar dengan kasasi oleh MA yang mencabutnya. Apa yang menimpa Pak AK adalah bukti nyata bahwa kendati negeri ini telah mengalami reformasi, tetapi hukum belumlah menjadi panglima. 

Semoga Pak AK tetap bersabar dan bertahan dalam melawan kesewenang-wenangan. Dan para pendukungnya pun tidak terprovokasi oleh prilaku aparat. Saya yakin kebenaran pada akhirnya akan menang, kendati kejahatan ditopang oleh kekuasaan sebesar apapun.

Selanjutnya baca tautan ini:
http://news.okezone.com/read/2013/02/16/340/762705/tak-ingin-ada-pertumpahan-darah-anand-khrisna-putuskan-tak-melawan

Februari 15, 2013

Anand Krishna Melapor ke Polda Bali

1360998988899614172
Anand Krishna (Sumber Photo : Beritabali.com )

Sabtu, 16 Februari 2013 (11:30 Waktu Bali), Anand Krishna sedang menuju Polda Bali untuk melaporkan tindakan sewenang-wenang dari Kejari melakukan eksekusi paksa.

Menurut Muslihah Razak langsung dari lokasi kejadian, “Banyak para peserta Ashram dipukuli, digebuki dan dibanting termasuk para perempuan, tanpa ada perlawanan sama sekali.”

Berikut ini link video yang diunggah oleh Su Rahman di You Tube, tindak pelanggaran HAM tersebut telah menjadi sorotan dunia internasional.

Sacha Stone aktivis international pendiri Humanitad Foundation berteriak menghentikan aksi biadab itu. Simak langsung di http://www.youtube.com/watch?v=lPRy8iPgpzs&feature=youtu.be

Oh Tuhan… berikan kami rasa aman dan damai untuk tinggal bekerja dan berkarya di negeri ini. Lindungilah kami dari upaya-upaya oknum penguasa yang mencoba membungkam suara kebangsaan dan perdamaian Anand Krishna.

Dukungan lain datang dari Prof. M.A.S Hikam. Dalam jejaring sosial twitter @mashikam:

13609938341390470807

Menurut Sacha Stone, ”Anand Krishna telah mengabdikan dirinya bagi pelayanan kemanusiaan, melakukan lebih banyak untuk menggaungkan keselarasan (harmony) lintas agama/kepercayaan, perdamaian, dan keadilan sosial dibandingkan orang lain dalam sejarah peradaban Indonesia.

Tapi sungguh ironis orang baik itu sekarang harus menjadi korban penyalahgunaan/penyelewengan hukum, skala ini tidak sesuai dengan lembaga hukum lainnya di negara-negara demokrasi saat ini.

Sejatinya, itu tidak tercermin dengan baik di negara yang indah ini, di negara muda yang mulia ini, ini tidak tercermin dalam keramahan sikap masyarakat Indonesia. Jadi rubahlah kalau mereka tak lagi melayanimu. Rubahlah ketika aturan dan integritas mereka yang bertanggungjawab dalam penegakan hukum bisa diajak kompromi.

Ini merupakan tanggungjawab semua orang bebas, untuk berjuang menegakkan kebebasan manusia yang sakral itu. Sehingga tetap lestari abadi, karena ini adalah hak asasi yang mendasar untuk seorang manusia di dunia bangsa manusia.

Fair, didengarkan di depan publik, oleh kelompok yang independen dan tidak memihak dalam dakwaan tuntutan kriminal ialah hak asasi yang paling mendasar untuk seorang manusia di planet ini. Dalam kasus ini, sangat jelas bahwa tidak ada satu orang pun berkehendak baik akan menganggap Mahkamah Agung (MA) yang memutuskan kasus Anand Krishna adil, terbuka pada masyarakat, independen, atau pun tidak memihak. Semuanya tidak demikian.

Oleh sebab itu, marahlah rakyat, ya marahlah melihat hal ini terjadi. Karena kalau ini bisa terjadi pada orang itu (sambil menunjuk ke Pak Anand) maka bisa pula terjadi pada kamu, kamu, kamu, kita semua!

Ketika hak asasi manusia dilanggar seperti ini, tak ada seorang pun yang bisa aman hidup di dunia ini, tidak ada!

Ada 197 negara di seluruh dunia, 90 di antaranya kami perjuangkan penegakan hukumnya, dan benar dokter, anda benar, ada agenda besar di sini, agenda politik, agenda agama, agenda filosofi, agenda intelektual, dan mereka mempermainkan isi pikiran dan hati kalian semua.

Orang baik itu, maafkan saya Pak, orang baik itu (sambil menujuk ke Pak Anand) dipakai untuk bisa menyetir agenda itu, kalau orang itu pun sampai kalah, itu akan membuat kita semua ketakutan, ini akan membuat kita semua dengan penuh ketakutan (seperti ini sambil memperagakan gesture mengkeret).

Tidak! Tidak! Tidak! Marahlah sekarang juga! Karena bisa jadi tidak ada hari esok untuk berjuang. Dan saya bicara tentang amarah yang berasal dari dalam hati, yang sungguh disebut cinta…

Ya! Pemerintahanmu semestinya melayanimu, lembaga peradilan juga seharusnya melayanimu, MA ialah yang paling tinggi dalam lembaga peradilan. Ketika ia tidak berfungsi dengan baik, rubahlah sekarang!” (Sumber: http://hukum.kompasiana.com/2012/08/08/suara-dari-bali-untuk-keadilan-dan-hak-asasi-manusia-ham/)

Mohon Doa dan Dukungan Saudara/i Semua untuk Anand Krishna dan Tegaknya Keadilan di Bumi Nusantara _/♥_ Terimakasih

Komentar Warga Negara dan Inspirasi para Tokoh terhadap Upaya Eksekusi Paksa Anand Krishna di Ubud, Bali (14/2/2013)

1. Muhammad AS Hikam melalui account Twitter-nya mengatakan : "Upaya eksekusi paksa terhadap Pak Anand Krishna adalah kesewenang-wenangan dan arogansi kekuasaan, karena dilakukan tanpa prosedur hukum yg berlaku"


**

2. Martin Luther King Jr, "Ekspresi penghormatan dan penghargaan tertinggi bagi hukum itu sendiri justru terjadi ketika seseorang mampu menolak dan melawan hukum yang tidak adil!“


**

3. David Ezsar Purba, “Eksekusi pakai preman. Kemarin Kajari Jaksel menfitnah, sekarang orang2 tak dikenal mau menjemput paksa! Ini namanya PENCULIKAN! Karena tanpa surat resmi! Kajari harus dimintai tanggungjawab nya nih! Tanpa surat, dan putusan yg cacat hukum, maka ini namanya Penculikan! Lembaga Internasional mesti tahu ini! Ayo sebarkan!”


**

4. Norma Liesje Tanoko, “Bangsat dan koruptor merajalela di biarkan hidup Bebas!!!!!! Ngapain sih robot2 gk jelas ini!!!!!!!! Otak mu dimana bung!!!!!!!”


** 

5. Danny Yogasmara, "koq eksekusi bawa preman sih, ini negara beneran atau negara preman!!"

fbid=572566522755818&set=a.283467158332424.80542.100000074253389&type=1&theater

**

6. Nina Rawinah: @tempodotco @Beritasatu @komar_hidayat, “Pantas serangan pd Anand Krishna dahsyat. Ternyata rapatnya di kantor @JimlyAs #Dewi-Yogo-keceplos-di-FB


** 

7. Solikin Kendal, "Pasukan susur bajing menyusup? Itu pasti pake uang rakyat utk menuju ke ubud. Padahal rakyatnya sedang membangun istana perdamaian. Itu antek2 penjajah mas nug. Tdk pro kebajikan tp pro kebatilan. Kasihan betul tu org.. Lawan...!


**
8. Gus Indra memperingatkan, jika eksekusi benar-benar dilakukan, dirinya bersama barisan tokoh-tokoh Bali, akan terus melakukan perlawanan sebagaimana disuarakan lewat press conference, aksi damai, doa, eksaminasi.

“Kami tahu dan sadar apa yang kami lakukan. Jika eksekusi terhadap Pak Anand Krishna ini dipaksakan, akan dapat menimbulkan gejolak sosial dan merupakan ancaman terhadap kebersamaan, kebhinekaan dan kehidupan ketatanegaraan kita,” kata putra almarhum Ibu Gedong, tokoh wanita Bali.

Gus Indra melanjutkan, baru saja Bali sebagai tempat digelarnya pertemuan dunia Bali Democracy Forum (BDF) ke-V, mestinya mengedepankan prinsip, nilai dan praktek berdemokrasi yang benar.

Dia mempertanyakan apakah, bangsa di dunia juga ikut mengatasi konflik yang mengancam kemanusiaan dari perspektif Demokrasi. Kasus yang menimpa tokoh multikultur Anand, adalah ironi saat ini dimana dia mendapat ketidak adilan dari pemangku kebijakan.

Seharusnya, dari keindahan serta semaraknya BDF yang baru saja digelar dan dipimpin Presiden SBY, MA bisa berkaca dari itu sehingga bisa memberangus perilaku oknum jajarannya yang telah memainkan hukum seenaknya dengan putusan tidak adil terhadap Anand.


**

9. Krishna Chang, “jaksa koq guoblok, uteke nang endi?”


**

10. Tiwuk Suwantini, “prihatin...”        


**

11. Yulianto Swn, “koplax???”


**

12.  Triwidodo, “Jaksa eksekusi pakai celana pendek tanpa baju dinas tanpa kartu identitas. Mau dibawa kemana negeri ini?”


**

13.  Sunu Purnama, “ Sebuah keanehan bila sebuah institusi terhormat mengirimkan petugasnya tanpa sebuah kepantasan dan keterangan jelas. Makin menambah kejanggalan kasus ini,mas nugraha.
salam keadilan…


**

14.  Marhento, “Ulah perilaku para celeng yang terusik sarangnya……Hajar dan lawan para celeng - celeng liar !!


**

15. Su Rahman, “Tulisan ini sebagai dukungan atas perjuangan Anand Krishna melawan kesewanang-wenangan kejaksaaan, aparat hukum yang dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk membungkam suara Anand Krishna memperjuangkan pesan-pesan universal, nilai-nilai Humanitas "One Earth One Sky One Humandkind".

Sekarang Anand terus berusaha untuk melawan esekusi paksa oleh atas tuduhan yang sama sekali tidak pernah dilakukan olehnya. Bahkan semua tuduhan tersebut sudah mendapatkan ketetapan hukum bebas oleh hakim Albertina ho pada bulan november 2011.

Anand tetap melawan kesewenang-wenangan hukum yang digunakan oleh segelintir oknum untuk membuktikan kekuasaannya, Anand sendiri telah menyurati presiden SBY sebanyak 2 kali untuk mengadukan nasibnya sebagai warga negara Indonesia yang dicedarai harkat dan martabatnya oleh oknum-oknum penegak hukum yang tidak amanah. Seperti yang dilakukan oleh Jaksa penuntiut umum dengan menggunakan kasus sengketa merek di dalam memory kasasi yang cacat hukum.
Namun sang presiden membukam, entah karena apa. Bukan kah seorang presiden seharusnya mengetahui apa yang terjadi kepada rakyatnya, sebagai seorang rakyat - sebagai seorang warga negara Anand sudah mendedikasikan hidupnya untuk membangun masyarakat berkesadaran dan kecintaan terhadap ibu petiwi.

Anand tetap berjuang dan akan terus berjuang, hingga malam ini esekusi terhadap Anand yang tidak pada tempatnya karena tidak menyertakan surat tugas masih terus diupayakan.
Doa untuk Anand Krishnapun dipanjatkan, sebagai wujud terima kasih atas perjuangan bapak dari 2 anak yang pemberani ini.


**
16.Timur Suprabana, “MENGAPA ORANG ITU TIDAK LANGSUNG DIMASSA DAN DISEMBELIH DI TEMPAT SAJA? BARANGSIAPA MENCOBA BERLAKU SEWENANGWENANG TERHADAP SIAPA PUN: HABISI! geger yo ayo.”


**

17. Retno Pembayun,  “anand krishna...lives righteously but in the wrong time ...under the wrong president of indon.”


**

18. Prabu Dennaga, “negara auto pilot.”


**

19. Ahmad Syukri, “Sudah saatnya anak bangsa Ini bangkit melawan kesewenangan aparat yang tidak lagi berpijak pada kebenaran. Jangan sampai Anand Krishna jadi korban seperti Antasari dan Susno Duaji dimana saksi kunci dibunuh satu persatu. We Need All Men & Women to RISE and Speak..


**

20. Dewa Putra, “prisidennya lg sibuk ngurusin partainya”


**

21. Bramantyo Prijosusilo, “Seperti ada konspirasi bahwa Anand Krishna harus dihukum atas kasus pelecehan seksual meski sudah dibebaskan, meski bukti-bukti justru menegaskan ia tak bersalah, dan meski para hakim yang pada menyalahkan dia kena kasus gede. Kelompok Salah Paham sangat dirugikan kegiatan Anand Krishna ...”


**
21. Barry Grossman, “Oknum melanggar hukum tapi, seperti biasa, aparat tinggal diam karena meraka lebih peduli sama kolega dan lebih takut sama yang nakal dari pada menghormati sama hak manusia dan hukum negara ini. Aneh - perintah dari siapa saja bisa jadi lebih kuat dari pada hukum dan hak manusia. Kalau hari ini mereka bisa bawa Anand Krishna, besok mereka bisa bawa kamu!”

**
Fotografer: Yudha Rene