Dimuat di Majalah Utusan edisi Februari 2013
Judul: Pancasila Kekuatan Pembebas
Penulis Bersama: Andreas Doweng Bolo, Bartolomeus Samho, Stephanus Djunatan, Sylvester Kanisius Laku
Penerbit: Pusat Studi Pancasila Universitas Katolik Parahyangan dan Kanisius Yogyakarta
Cetakan: 1/ 2012
Tebal: 272 halaman
ISBN: 978-979-21-3360
Buku
ini menelaah 2 aras pandangan ihwal filsafat Ketuhanan. Pertama, dari
kelompok yang menegasikan Tuhan. Kedua, kelompok yang mengafirmasikan
keberadaan-Nya.
Kelompok pertama (kontra) antara lain
Ludwig Feurbach, Karl Marx, Friedrich Nietzche, dan Sigmund Freud.
Nietzche, pemikir Jerman, misalnya melontarkan kritik pedas seputar
pelembagaan agama, “Gott ist tot! Gott bleibt tot! Un wir haben ihn getole!” (Allah telah mati…Allah terus mati! Dan kita yang telah membunuh-Nya.”
Sementara
kelompok kedua (pro) ialah Ibn Sina, Abbas, Anselmus, dan
Aristoteles. Anselmus (1903) misalnya, ia mendefinisikan Allah sebagai
“hal yang dibanding dengan-Nya tidak ada yang dapat dianggap lebih
sempurna (aliquid quo nihil maius cogitari posit).
Buku Pancasila Kekuatan Pembebas
terdiri atas delapan bagian pokok. Pada bab pertama dipaparkan
justifikasi atas dasar negara Republik Indonesia (RI) tersebut. Yakni,
dari aspek yuridis, filosofis, historis, dan kultural. Bab kedua
diuraikan dinamika sejarah Pancasila. Berturut-turut pada bab ketiga
sampai ketujuh, fokus pada kajian filosofis kelima sila Pancasila.
Pada bagian penutup mengkontekstualiasikan nilai-nilai tersebut dalam
kekinian. Yakni, bagaimana menjadikan Indonesia (sungguh) beridentitas
Pancasila.
Keunggulan buku ini tidak melulu menyampaikan teori yang njlimet dan
memusingkan kepala pembaca. Sebab, para penulis memberikan ilustrasi
konkret atas implementasi nilai-nilai Pancasila. Misalnya lewat media
film dokumenter, “Anak Naga Beranak Naga, Gambang Kromong: Akulturasi
budaya Tionghoa-Betawi” (2006, produser dan sutradara: Ariani
Darmawan).
Buku ini kaya referensi akademis terkait
Pancasila, baik dari kajian tokoh-tokoh di dalam negeri dan juga
peneliti mancanegara. Di tengah maraknya suara sumbang yang hendak
menggantikan dasar negara kita dengan ideologi lain, karya ilmiah
ini relevan untuk didiskusikan dan dipraktikkan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar