Februari 04, 2013

Direktur Cilik Bank Biji

Cerita Anak ini dimuat di Majalah Utusan, Edisi Februari 2013

Ngeng, ngeng, ngeng… terdengar suara sepeda motor Ayah di pekarangan rumah. Sore itu Ayah baru pulang dari kantor. Beliau membawa sekeranjang penuh buah kelengkeng.

“Asyik!” sorakku.

Sekarang memang sedang musim buah mungil berasa manis berkulit coklat tersebut. Aku dan Maria berlari kecil menyambut ayah di depan pintu.

“Selamat sore Ayah,” ujarku sambil mencium tangannya.

“Halo Alex, sudah pulang dari Pramuka, ya? ini ada oleh-oleh untuk kalian,” kata Ayah sembari menyerahkan keranjang kelengkeng. Lalu, Ayah menggendong Maria, adikku yang baru berusia 3 tahun.

Kemudian aku bergegas menuju ke dapur.

“Bu, ini ada oleh-oleh dari Ayah,” kataku kepada Ibu yang sedang menyiapkan makan malam.

“Letakkan saja di piring besar itu Alex, nanti kita nikmati bersama setelah makan malam,” pesan Ibu sambil terus merajang bawang merah untuk bumbu masakan.

“Makan malam kita apa Bu?” tanyaku setelah memindahkan kelengkeng-kelengkeng ke piring besar dan meletakkannya di meja makan.

“Malam ini kita makan nasi goreng dan telur dadar, Alex suka nggak?” tanya Ibu.

“Wah, suka sekali, Bu. Itu makanan kesukaanku. Terimakasih Ibu!”

***
Hari mulai gelap. Suara jangkrik terdengar di kejauhan. Kami sekeluarga berkumpul di ruang makan. Kami semua sudah mandi dan hendak makan malam bersama.

Bersama-sama menikmati makan malam menjadi acara yang paling aku tunggu-tunggu setiap kari karena kalau saat makan siang, hanya aku, Maria, dan Ibu yang ada di rumah. Tetapi, saat malam, semua anggota keluarga berkumpul karena Ayah sudah pulang dari bekerja.

Sebelum makan, kami berdoa mengucap syukur kepada Tuhan atas rezeki yang diberikan-Nya. Malam ini aku yang mendapat giliran memimpin doa.

Usai berdoa, kami pun segera menyantap nasi goreng hangat yang masih mengepulkan asap. Karena Maria belum bisa makan sendiri, maka Ibu menyuapinya.

“Bagaimana rasanya, Alex?” tanya Ibu.

“Sedap, Bu!” jawabku sambil mengacungkan jempol.

Setelah menghabiskan nasi goreng dan telur dadar, tiba saatnya menyantap buah kelengkeng oleh-oleh Ayah.
Aku suka sekali makan buah-buahan. Kata Bu Guru di sekolah, buah-buahan kaya sumber vitamin seperti jeruk, kaya vitamin C, apel kaya vitamin A, dan sebagainya.

Selain suka menyantap buah, aku juga tak pernah membuang biji-biji buah-buahan tersebut. Ketika mengikuti perkemahan Sabtu-Minggu Pramuka Siaga di Kecamatan Sukamukti, kakak-kakak Pembina dari WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) mengajari kami menyemai biji-biji buah-buahan di dalam polibag.

Begitu pula usai menyantap kelengkeng, aku meminta Ayah, Ibu, dan Maria agar mengumpulkan biji-bijinya.
“Aku mau menjadi direktur cilik bank biji!” ujarku kepada mereka.

Ayah hanya tersenyum dan mengusap kepalaku dengan lembut.

***

Esok paginya, aku bangun lebih awal agar sebelum berangkat sekolah sempat menyirami biji-biji buah-buahan yang kutanam di polibag.

Di pekarangan rumahku berjajar polibag berisi biji rambutan, mangga, kelengkeng, jeruk, apel, anggur, markisa, pepaya, jambu, dan aneka buah lainnya.

Biji-biji itu biasanya butuh waktu satu sampai dua minggu untuk menunaskan biji-biji tersebut. Perlahan tapi pasti, sat ini tunas hijau mulai menyembul dari tanah yang berada dalam polibag.

Selain menyiraminya dengan air setiap pagi dan sore, aku juga memupuk tanah di polibag tersebut. Bahannya dari kotoran kambing. Tapi bukan kotoran yang masih baru, melainkan kotoran yang sudah dibiarkan beberapa waktu.

Rasanya senang sekali jika tunas itu sudah membesar. Batangnya pun mulai kuat. Rata-rata butuh waktu 3 bulan sampai akhirnya bibit tersebut siap dipindahkan dari polibag.

Mengenai kegemaranku ini, Ayah dan Ibu tak pernah melarangku. Mereka malah seringkali mengingatkan untuk merawat tabunganku di bank biji.

Ketika liburan sekolah tiba, aku membawa bibit-bibit tersebut ke rumah nenek. Di desa masih tersedia pekarangan yang luas sehingga aku bisa menanamnya di tanah yang masih kosong. Aku pun berharap, suatu saat tabungan di bank bijiku berbunga dan berbuah lebat. Maria dan anak-anak lain pasti senang menikmati buahnya nyam nyam nyam nyam…



Sumber Foto: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2d/Dimocarpus_longan_fruits.jpg/220px-Dimocarpus_longan_fruits.jpg
13600288991279246245

Tidak ada komentar: