November 29, 2011

Sekolah Alam Jadi Alternatif

Dimuat di Rubrik Peduli Pendidikan KR, Selasa/22 November 2011

13225592591053128721

Nusantara alias Noonan

Semula seorang teman kecil siswa kelas 1 SD Joannes Bosco Baciro Yogyakarta enggan memegang adonan abu, garam dan bata. Ia takut kukunya menjadi kotor. Tapi akhirnya berani juga. Dengan penuh keceriaan ia membawa pulang sebungkus bakal telur (bebek) asin. “Ini untuk mama dan papaku di rumah,” ujarnya.

Begitulah pengalaman penulis tatkala menjadi fasilitator bahasa Inggris di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Angon. Sekolah alam ini terletak di Dusun Mustokorejo Dukuh Setan Maguwoharjo (sebelah barat pasar Setan) Sleman, Yogyakarta. “Wait until 15 days, so the salty egg will be ready to be eaten (tunggu sampai 15 hari, maka telur itu siap di makan,” para fasilitator mengingatkan sebelum mereka pulang.

Sekolah alternatif yang didirikan Drs Istoto MM CHt ini memang lebih sering menggunakan pengantar Bahasa Inggris. Karena anak-anak lebih mudah belajar pada usia 3 tahun ke atas. Selain itu, PKBM Angon mengajak mereka kembali ke alam. Misalnya, dengan menanam cabai, menangkap ikan di kolam, mengumpulkan telur bebak, dan bermain Cublak-cublak Suweng.

Aktivitas di alam terbuka dengan kaki telanjang tanpa alas kaki membuat mereka lebih dekat dengan lingkungan. Karena selama ini, mereka lebih banyak menghabiskan waktu dalam ruangan dengan bermain playstation dan game on line.

Dalam menyampaikan materi, para fasilitator juga acap kali menggunakan teknik mendongeng. Sehingga dapat men-delete (hapus) programming yang keliru selama ini. Entah dari orang tua maupun sekolah. Sebab - sadar atau tidak sadar - tuntutan kurikulum nasional membuat anak didik tersiksa dengan begitu banyak tugas. Ihwal sitilah PR (Pekerjaan Rumah), kami lebih sering menyebutnya sebagai Permainan Rumah.

Kembali ke awal cerita dalam tulisan ini, siswa tadi mengajukan pertanyaan kreatif, “Kalau kita ganti garam dengan gula, bisa jadi telur legi (manis) ya Kak?” Penulis menjawab, “Ok let’s try to make a sweet egg!” (Ok, mari kita coba membuat telur manis!).

Ternyata, bila anak (dan juga orang dewasa) menikmati proses belajar niscaya terlahir banyak ide baru nan cemerlang. Senada dengan pendapat filsuf besar George Bernard Shaw, “We don’t stop playing because we grow old, we grow old while stop playing.” Terjemahan bebasnya ialah, “Kita tak berhenti bermain karena menjadi tua, tapi kita menjadi tua kalau berhenti bermain.”

T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Bahasa Inggris di PKBM Angon (Sekolah Alam) Yogyakarta

November 27, 2011

Memasuki Tahap Evolusi Baru

Dimuat di Koran SINDO, Minggu/27 November 2011

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/446761/

1322453046503029428

Judul : Karma Yoga Bagi Orang Modern, Etos Kerja Transpersonal untuk Zaman Baru

Penulis : Anand Krishna Ph.D

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : I, Oktober 2011

Tebal : xxi +248 halaman

ISBN : 978-979-22-7628-2

Harga : Rp 50.000

Kepulauan Nusantara dikelilingi air. Lalu di bawah perairan tersebut, jauh di dasar laut, terdapat rings of fire. Patahan kerak bumi yang senantiasa beringsut dinamis ini menyebabkan gempa tektonik dan aktivitas vulkanik di seluruh Indonesia.

Air dan api merupakan 2 unsur alam yang saling bertentangan. Dan kita semua hidup di tengah dominasi kedua elemen tersebut (halaman 49). Begitulah pengamatan jeli Anand Krishna yang diungkap dalam buku ini. Penulis 140 buku tersebut memaparkan kenapa manusia Indonesia cenderung emosional. Memang, emosi berlebih, di satu pihak, membuat kita berpotensi menjadi seniman kelas dunia.

Menurutnya, bila penulis kita menguasai bahasa Inggris dengan baik, kita dapat berdiri sejajar dengan sastrawan dari India dan Pakistan sehingga karya tulis kita bisa dibaca di negeri manca. Di sisi lain, pengaruh unsur air dan api membuat kita cepat tersinggung. Ketika ingin marah, elemen api terkalahkan oleh anasir air, tak jadi marah. Namun, luapan amarah tersebut masih terpendam di dalam diri.

Akibatnya, setiap sekian tahun, kita menjadi beringas dan melampiaskannya secara kolektif. Istilah “amuk” hanya ditemukan dalam kamus bahasa Indonesia. Kadang bangsa ini gontok-gontokan karena alasan PKI (1965). Selanjutnya karena berbeda suku, agama, ras, antar golongan (SARA) (1998) dst. Bila ditelisik secara mendalam, akarnya ialah benturan elemen air dan api tadi. Para leluhur kita menyadari kondisi geografis dan suasana batin ini.

Oleh sebab itu, mereka menganjurkan gotong-royong sebagai laku hidup. Sehingga secara konstruktif, kita dapat menyalurkan energi hasil friksi kedua unsur tersebut untuk mencapai tujuan bersama. Senada dengan definisi Paul Martin Taylor, “Gotong royong is cooperation among many people to attain a shared goal.” Sejak usia dini anak-anak mesti dididik untuk hidup berdampingan dalam keberagaman.

Di pinggiran Kota Yogyakarta terdapat Sanggar Anak Alam. Pendiri Sanggar tersebut ialah Wahyaningsih dan Toto Raharjo. Menurut Dra Nadlroh As Sariroh - yang masih kerabat dekat Cak Nun - di sekolah alam tersebut, sejak masih playgroup anak-anak sudah diajari multikulturalme alias saling apresiasi kemajemukan. Tentu cara penyampaiannya disesuaikan dengan usia mereka. Misal lewat media dongeng dan story telling agar lebih menarik sekaligus mengena pesannya.

Buku ini semula berupa catatan doktoral untuk meraih Ph.D. Anand meraih gelar dalam bidang comparative religions (perbandingan agama-agama) dari Univeristy of Sedona (USA) pada 2011. Judul asli disertasinya adalah “Transpersonal Way of Action”. Isinya terinspirasi oleh ajaran Sheikh Baba, Sri Sathya Sai Baba, Maharishi Mahesh Yogi, J Krishnamurti, Anthony de Melo, Maulana Wahiduddin Khan, Gus Dur,dll.

Selain itu, pendiri Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB) ini menjadikan tulisan Rumi, Blavatsky, Ramakrishna, Vivekanada, Yogananda, Ranggawarsita, dan Mangkunegara IV sebagai referensi (halaman 57). Pada Hari Kesukarelawanan Sedunia (International Volunteer Day) 5 Desember 2008, Ban Ki-moon menyatakan bahwa semangat kesukarelawanan atau altruisme-lah yang bisa menyelamatkan dunia kita.

Sekjen PBB tersebut menandaskan, “Kita membutuhkan orang yang dapat melayani masyarakat tanpa memikirkan keuntungan bagi dirinya sendiri.” (Sumber: www.inis.unvienna.org/unis/pr essrels/2008/unissgsm087.html) Dalam buku ini istilah ilmiah untuk semangat berkarya tanpa pamrih (karma yoga) di atas ialah transpersonal (halaman 84). Cabang psikologi ini pertama kali dipopulerkan oleh filsuf William James pada 1905–1906. Namun, setelah itu sempat terlupakan.

Baru pada 1969 mulai diperkenalkan kembali oleh psikolog kondang Abraham Maslow. Terobosan Maslow memberi warna baru pada ranah psikologi. Para psikolog mulai beralih dari ego-centered menuju egotrancendent (halaman 86). Tokohnya ialah filsuf modern Ken Wilber. Menurut Wilber, manusia bukanlah fisik, pikiran, emosi, roh atau jiwa saja. Ia adalah suatu keutuhan yang terdiri atas seluruh lapisan kesadaran itu. Di Indonesia, praktisi transpersonal yang terkenal ialah Hendro Prabowo, S.Psi, M.Si, dan Kwartarini Wahyu Yuniarti, M.Med Sc, Ph.D.

Keduanya mengajar di Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Buku Karma Yoga bagi Orang Modern, Etos Kerja Transpersonal untuk Zaman Baru ini memberi nuansa spiritual. Apa pun yang kita lakukan, pikirkan juga untuk kepentingan orang lain. Entah itu di lokus keluarga, tempat kerja, lingkungan sosial atau masyarakat luas. Sebab berkarya dengan semangat transpersonal merupakan esensi ajaran agama dan kepercayaan manusia di seluruh dunia.

Sepakat dengan pendapat Michael Bernard Beckwith, tokoh new thought dan pendiri Agape Interenational Spiritual Center, “Yang penting adalah menciptakan suatu sistem di mana manusia tidak lagi bekerja untuk uang atau kepentingan dirinya saja, tetapi untuk membantu planet ini bersama seluruh penghuninya memasuki tahap evolusi selanjutnya.”

T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Bahasa Inggris di PKBM Angon (Sekolah Alam) Yogyakarta

Dapatkan discount 30% Program E-Learning Neo Transpersonal Psychology http://www.oneearthcollege.com/index.php?option=com_content&view=article&id=69&Itemid=97 dengan membeli buku “Karma Yoga Bagi Orang Modern” ini. Terimakasih :-)

November 17, 2011

Sang Tarzan pun Kalah oleh Anak Ingusan


HMINEWS – Tulisan ini terinspirasi oleh moderator di kelas meditasi Neo Self Empowerment Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB), “Latihan sempurnalah yang membuat sempurna, bukan latihan yang membuat sempurna.” Awalnya saya kaget mendengar kalimat tersebut. Sebab biasanya latihanlah yang membuat sempurna, bukan latihan sempurna. Berikut ini saya ceritakan kenapa demikian.

Alkisah beberapa hari lalu (15/11). Pada Selasa itu moderator menceritakan ihwal Johnny Weismuller. Beliau seorang perenang berkebangsaan Amerika Serikat. Weismuller tak pernah terkalahkan. Bahkan ia sempat meraih medali emas berturut-turut. Ia juga langganan juara Olimpiade. Karena selalu menang, pelatihnya sampai harus menyarankan agar ia istirahat dari membuat rekor.Selain itu, ia dikenal sebagai aktor tampan dalam puluhan film. Bentuk tubuh Johnny Weismuller memang atletis. Alhasil, ia menjadi pujaan banyak wanita dari seluruh pelosok Amerika Serikat. Film seri yang dibintanginya antara lain: Tarzan the Ape Man, Tarzan and His Mate dan masih banyak lagi. Oleh sebab itulah, ia lebih dikenal dengan nama Tarzan.

Namun tak disangka-sangka, Tarzan yang begitu populer dan digandrungi para penggemar itu akhirnya harus terkalahkan. Ternyata ia takluk oleh seorang anak ingusan. Anak itu masih sekolah di bangku SMA. Si anak behasil mengalahkan rekor dunia Tarzan dalam sebuah lomba renang.

Sontak kekalahan tersebut membuatnya kaget. Pun seluruh rakyat Amerika terpana. Sebab, selama ini tidak pernah ada satupun atlet yang berhasil mengalahkan rekor dunia kecepatan renangnya. Uniknya lagi, yang mengalahkan Tarzan adalah seorang anak yang belum lulus SMA. Si anak biasa berlatih renang di sungai belakang sekolahnya. Peristiwa ini langsung menjadi headline di mana-mana.

Tatkala anak tersebut ditanya oleh para wartawan, “Apa rahasia kemenangannya?” Ia sempat terdiam sebentar, lalu menjawab, ” Saya tidak pernah berfokus pada menang atau pun tekad mengalahkan Tarzan. Saya hanya berfokus pada gerakan kaki dan harus berapa kali kayuhan tangan saya, serta tak lupa mengambil nafas pada saat kayuhan yang kesekian.” Ternyata, anak SMA ini tidak memikirkan untuk mengalahkan siapapun. Ia hanya berfokus pada proses berenangnya agar meluncur dengan sempurna.

Lebih lanjut, ada sebuah penelitian ilmiah di Amerika Serikat. Para juara dari pelbagai cabang olahraga dikumpulkan. Lantas, mereka dibagi menjadi 2 kelompok. Pertama adalah kelompok medioker alias “rata-rata”. Kedua ialah kelompok para pemenang. Setelah itu, masing-masing orang diwawancarai satu-persatu.

Giliran para medioker, pertanyaannya, “Sebelum pertandingan Anda memikirkan apa?” Jawaban para medioker sama, mereka semua memikirkan target tertentu. Misalnya, saya harus dapat nilai 100 poin.

Lalu, kelompok pemenang mendapat giliran menjawab pertanyaan serupa. Mereka ternyata tidak memikirkan poin, mereka hanya berusaha melakukan secara sempurna di setiap gerakan atau pada satu sudut tertentu. Misalnya, seorang pemain basket juara NBA berbagi tip sederhana, “Saya hanya berusaha miring 45 derajat saat menembakkan bola ke arah keranjang.”

Jadi menurut kesimpulan saya yang bodoh ini, itulah rahasia sukses para juara. Lakukan latihan secara sempurna, bukan hanya sempurna pada saat pertandingan. Kenapa? Karena seperti layaknya hidup ini, semua ditentukan dalam kegiatan kita sehari-harinya, bukan pada saat kita tutup buku pada akhir usia.

Penulis teringat satu pesan dalam buku Karma Yoga (Anand Krishna, 2011), “Berkaryalah tanpa mengharapkan hasil, karna proses itulah yang penting.” Artinya, apabila kita menjalani latihan dengan sempurna dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya otomatis mengikuti, keberhasilan pasti mencium kaki kita dengan sendirinya.

Demikian corat-coret bisikan hati saya, semoga ada manfaatnya. Terimakasih telah menyempatkan diri membacanya.

Penulis: Isti Astari, Editor: T. Nugroho

One Earth School and Sari Husada’s Nutrition Education 13 November 2011

RIMANEWS-One Earth School (OES) and Sari Husada’s Nutrition Education “Let’s be Alert about Nutrition” at the fourth meeting on Nov 13, 2011 at East PAUD venue, Taman Pintar delivered material about the importance of maintaining a healthy diet and how to develop the love to ourselves. Through a simple exercises to empower love, both for children and parents. They were asked to touch their own body as a first step toward a holistic health.

In the final segment of this meeting, to reinforce about the healthy eating habit and also to maintain the value of universal peace, love, and harmony, the parents and children worked together to color a worksheet about healthy eating and write various universal values from the culture of this archipelago, such as mutual cooperation (gotong-royong), peace, love, and harmony.

Maintaining a healthy diet habit and develop the value of peace, love and harmony in our daily life is like a vehicle that can bring us to be the world class citizens.

______________________

(Reporter: Amira Fawzia, Translator: T. Nugroho)

Kasus Anand Krishna: Jaksa Martha Berliana Tobing SH Tebang Pilih

JAKARTA, RIMANEWS- Tim kuasa hukum Anand Krishna menilai Jaksa Penutut Umum (JPU) tebang pilih dalam mengambil fakta-fakta persidangan. JPU hanya mencari pembenaran atas dakwaannya. "Di sini semestinya kita cari kebenaran, bukan pembenaran semata," ucap Kuasa Hukum Anand, Humprey R Djemat usai persidangan tertutup di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada Selasa (15/11) lalu.

Humprey menambahkan bahwa Anand - dalam duplik setebal 114 halaman - menyampaikan, "JPU mengabaikan fakta hukum dari pemeriksaan para saksi, barang bukti, dan terdakwa yang terungkap selama persidangan."

Padahal, menurut kuasa hukum Anand lainnya, Darwin Aritonang berdasarkan keterangan para saksi dalam persidangan itu terungkap adanya konspirasi. Karena telah berlangsung pertemuan para saksi berkali-kali sebelum dan sesudah pelaporan.

"Semoga tidak ada lagi seorang anak bangsa yang mengalami nasib seperti Anand Krishna. Semoga tidak ada lagi seorang JPU yang turut menzalimi seorang anak bangsa, sesama saudaranya, hanya untuk membenarkan dakwaan," imbuhnya

Majelis Hakim yang diketuai Albertina Ho akan membacakan keputusan atas kasus terpanjang dalam kasus (dugaan) pelecehan seksual ini pada Selasa (22/11) mendatang.

November 14, 2011

The 3rd International Bali Meditators’ Festival (IBMF)

RIMANEWS-For the third time, Anand Ashram Foundation (affiliated with UN) gathered Bali meditators who have international level. Such as Peranda Made Gunung, I.A Utami Pidada, Peranda Sebali Tianyar, Ki Nantra, Ketut Arsana, Ngurah Harta and other meditators on November, 10-13, 2011 at Ubud, Bali, Indonesia.

Besides, this annual event also attended by the meditators from the foreign country. Including Swami Anubhavananda, Swami Satya Vedan, Jagad Guru Purushottam, and Sacha Stone. The event lasted from morning till evening. In the morning, it was held a panel discussion. Then, followed by a meditation workshop. Finally, it was ended with the evening devotion and sacred art.

This event was initiated by a spiritual activist Anand Krishna. This time, it was held in Puti Lukisan Museum, Ubud, Bali, Indonesia. The 1st and 2nd IBMF was succeeded because of the support from Penglingsir Puru Ubud and all Ubud’s people.

According to the chairman of the 3rd IBMF, Made Edy, this event was also attended by the staff of Indonesian Tourism Ministry.

______________________

(Reporter: Made Mulia, Translator: T. Nugroho)

11-11-11, Kontributor RIMANEWS Nikah di Yogya

YOGYAKARTA, RIMANEWS - Banyak pasangan menikah pada Jumat (11/11/'11). Salah satunya Tarsisius Nugroho Angkasa dan Emiliana Mawarni. Mereka berdua menerima Sakramen Perkawinan dari Romo FX. Murdi Susanto Pr di Gereja St. Petrus dan Paulus, Klepu, Jalan Godean pada jam 12.00-13.30 WIB.

Dik Bangun membacakan bacaan pertama. Diambil dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (5:22-33). Judulnya, "Kasih Kristus sebagai dasar hidup suami-istri." Isinya menandaskan bahwa suami harus mengasihi isterinya. Sama seperti ia mengasihi tubuhnya sendiri. Mengasihi isteri sama dengan mengasihi diri sendiri. Itulah kenapa laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu dengan sang isteri.

Selanjutnya dalam bacaan Injil, Romo Murdi mengingatkan inti ajaran Kristiani, "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi. Seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada Kasih yang lebih besar dari Kasih seorang yang memberikan nyawa untuk sahabat-sahabatnya."

Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba. Kenapa? karena hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya. Tetapi aku menyebut kamu sahabat. Mengapa? sebab Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku (bdk, Yohanes, 15:12-17).

Bahtera

Pada sesi kotbah, Romo Murdi mengilustrasikan hidup (ber)keluarga ibarat mengarungi samudera kehidupan dengan bahtera. "Saat ini jangkar telah dilepaskan, saatnya kalian berlayar menuju pantai kebahagiaan abadi. Jadikan bintang Kasih sebagai pedoman sehingga kalian bisa mengatasi badai dan topan yang menghadang," pesannya pada kedua mempelai.

Lantas, tibalah saat yang ditunggu. Yakni pengucapan janji perkawinan di hadapan Allah, Imam, saksi, keluarga, dan umat. Semuanya hadirin berdiri dan terdengarlah sebuah janji, "Saya Tarsisius Nugroho Angkasa menyatakan dengan tulus ikhlas bahwa Emiliana Mawarni mulai saat ini menjadi istri saya."

"Saya berjanji akan setia kepadanya dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit, dalam suka dan duka hidup bersama. Saya akan mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Serta bersedia menjadi Bapak yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada saya," ujar Nugroho sembari menempelkan tangannya di atas Alkitab. Setelah itu, giliran Emiliana yang berjanji setia.

Selanjutnya, prosesi pemberkatan cincin pernikahan. Kedua cincin menjadi lambang kesetiaan dan cinta. Sehingga dapat senantiasa mengingatkan mereka akan janji perkawinan suci ini. "Mas Nugroho, terimalah cincin ini sebagai lambang cinta kasih dan kesetiaanku kepadamu," ujar Emiliana sembari menyematkan cincin emas di jari manis tangan kanan Nugroho. Tentu sebelumnya, mempelai pria melakukan hal serupa kepada mempelai wanita.

T. Nugroho seorang Puja Kesuma (Putra Jawa kelahiran Sumatra) tepatnya dari Bandar Lampung. Ia merupakan salah satu kontributor RIMANEWS. Nugroho suka menulis di rubrik Resensi Buku karena ia memang hobi membaca. Tapi selama setahun terakhir, Nugroho lebih banyak menulis di rubrik Jurnalisme Warga. Terutama terkait kasus Anand Krishna. Sebab, ia berkeyakinan kasus tersebut hanya rekayasa. Tak ada satu bukti pun. Bahkan menurut hasil visum RSCM, Tara Pradipta Laksmi masih perawan ting-ting.

Sedangkan, Emiliana Mawarni ialah putri kelahiran Jawa. Hobi Emi - begitu nama panggilannya - ialah memasak dan menyanyi. Keduanya berkenalan 2 tahun silam. Saat itu, Nugroho - yang merupakan Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta - memberikan les privat bahasa Inggris kepada dua keponakan Emiliana. Sejak saat itu benih cinta terus bersemi hingga kini.

Mengalah

Pak Tugiyo, seorang sesepuh desa, memberikan wejangan saat resepsi pernikahan di rumah. "Hidup berumah tangga itu mirip dengan mendaki gunung. Dari jauh terlihat begitu indah. Tetapi begitu kita mulai mendaki, banyak belukar, akar yang melintang di sepanjang jalan setapak," ujar pensiunan PNS yang sehari-hari berprofesi sebagai petani organik.

Ayah 4 putra tersebut memberi solusi praktis, "Bila terjadi beda pendapat. Perlu ada salah satu pihak yang mau mengalah. Niscaya semua akan terselesaikan dengan baik."

Petuah itu senada dengan lirik tembang Jawa Lungiting Asmoro. Para hadirin menikmati jamuan makan sore di tepi areal persawahan. Mereka ditemani semilir angin dan alunan langgam gubahan Sugeng TS dan Harrie S tersebut, "Ukuraning tresno dudu bondho nanging lungiting asmoro." Terjemahan bebasnya kira-kira ialah, "Bila cinta dapat diukur, maka patokannya bukan harta, tapi cinta di hati."

Replik JPU, Martha Berliana Tobing Abaikan Fakta Persidangan Selama 1 Tahun 8 Bulan

RIMANEWS- Pada Kamis (10/11) persidangan Anand Krishna kembali digelar di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. Agendanya ialah pembacaan Replik oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Martha Berliana Tobing SH. Ironisnya, dalam Replik, JPU Martha justru mengabaikan seluruh fakta persidangan yang notabene telah berlangsung selama 1 tahun 8 bulan.


Darwin Aritonang, kuasa hukum Anand Krishna, tidak dapat menyembunyikan rasa heran dari wajahnya, “Jadi untuk apa kita bersidang selama 1 tahun 8 bulan ini? jika semua itu diabaikan oleh JPU Martha Berlaina Tobing.”


Lebih lanjut, Darwin menjelaskan, "JPU Martha mengatakan di dalam Repliknya, fakta persidangan diabaikan karena telah menggunakan hasil pemeriksaan polisi. BAP itu sudah cukup untuk melakukan dakwaan."


Hal itu membuat tercengang penasehat hukum Anand Krishna dan juga anggota majelis hakim. Bahkan ketua majelis hakim Albertina Ho sempat mengatakan, “Laporanmu ini membuat pusing!"

Bebas Murni


Pada kesempatan yang berbeda, penasehat hukum Anand Krishna lainnya, Nahod dari Kantor Pengacara Gani Djemat SH, mengatakan, “Apa yang dilakukan oleh JPU Martha menandakan bahwa tidak ada satu halpun yang dapat digunakan untuk menjerat Pak Anand. Semua itu terbukti di dalam pemeriksaan persidangan. Terlebih lagi ketika hakim Albertina Ho dan seluruh anggota majelis hakim meninjau lokasi di Ciawi.”


“Dari pemeriksaan di Ciawi tersebut nampak jelas keterangan saksi-saksi bertentangan dengan kesaksian dalam persidangan. Bahkan para saksi kerap kali merubah kesaksiaannya. Hal itu dapat dilihat dengan jelas oleh hakim. Kami yakin bahwa hakim Albertina Ho dapat memberikan keputusan bebas murni kepada Pak Anand,” imbuhnya.


Selain itu, Nahod juga sangat menyayangkan kenapa JPU Martha mengabaikan puluhan orang saksi. Mereka semua menerangkan keberadaan Anand Krishna pada tanggal 21 Maret. Kliennya sedang berada di Sunter, Jakarta dalam acara Open House. Anehnya, pada tanggal tersebut pula Tara mengaku telah dilecehkan di Ciawi.


“Kasus ini digulirkan hanya berdasarkan laporan 1 orang tanpa ada saksi mata. Padahal dalam prosesnya ada 4 orang yang juga mengaku telah dilecehkan, semua juga tak ada saksinya. Dari aspek legal hukum, kasus ini memang sangat dipaksakan," tandas Nahod.


Agar lebih jelas, Nahod memberi ilustrasi, "Sebagai contoh ada 5 orang mengaku telah diancam oleh Mr. X. Namun tidak ada saksi yang memperkuat kesaksian 5 orang tersebut. Selain itu, kesaksian 5 orang itu berdiri sendiri-sendiri. Maka hal tersebut tidaklah cukup untuk mempidanakan Mr X. Karena bisa saja kesaksian kelima orang itu bohong. Artinya, Mr X sendiri tidak pernah melakukan pengancaman, semua hanya fitnah belaka,” papar Nahod.


Jadwal persidangan selanjutnya akan digelar pada Selasa (15 /11) mendatang. Agendanya ialah Duplik dari penasehat hukum Anand Krishna.

__________________________

(Reporter: Su Rahman, Editor: T. Nugroho)

November 08, 2011

Kasus Anand Krishna, Strategi Pembunuhan Karakter

RIMANEWS-Persidangan Anand Krishna - yang sudah memakan waktu 1 tahun 3 bulan - memasuki babak pembacaan Pledoi (pembelaan) di Pengadilan Negeri (PN) Jaksel (7/11). Sebelumnya JPU Martha Berliana Tobing menjatuhkan tuntutan 2 tahun 6 bulan terhadap terdakwa.

Dalam konferensi persnya, Otto Hasibuan, penasehat hukum Anand Krishna menerangkan duduk perkara kasus ini, “Kasus ini sempat mengalami pergantian majelis hakim. Hakim ketua yang terdahulu Hari Sasangka diganti Hakim Ketua Albertina Ho. Karena ada laporan ke Komisi Yudisial (KY), ia diduga keras melanggar etika hakim karena bertemu dengan salah satu saksi korban.”

“Hal tersebutlah yang membuat kasus ini menjadi panjang. Sebab majelis hakim yang baru memutuskan untuk memeriksa ulang saksi-saksi,” imbuh Otto.

Lebih lanjut, Otto menjelaskan isi pledoi. Yakni tidak terbuktinya tuduhan yang dituduhkan terhadap Anand Krishna. Anand dilaporkan oleh seorang saksi bernama Tara Pradipta Laksmi. Dalam pemeriksaan Tara Pradipta Laksmi mengatakan bahwa telah terjadi tindak pelecehan seksual yang dilakukan oleh terdakwa dengan saksi Maya M.

Namun ketika diperiksa di dalam persidangan, Maya membantah semua tuduhan Tara Pradipta Laksmi. “Jadi seorang saksi itu sebenarnya bukan saksi,” tandas ketua Peradi tersebut.

Sementara itu, Andreas Nahot, pengacara Anand Krishna lainnya menerangkan bahwa tuduhan JPU Martha Berliana Tobing mempermasalahkan kapasitas terdakwa yang seorang Guru dari aspek psikologi. Padahal saat ini definisi Guru sudah sangat jelas dalam aspek legal hukum. "Artinya seseorang tidak dapat dianggap sebagai Guru meski dipanggil oleh ribuan orang sekalipun," ujar Nahot.

Anand sendiri mengatakan bahwa dirinya telah dizolimi berbulan-bulan lamanya. Bahkan tidak hanya dirinya sendiri, orang-orang yang membantu dirinya juga ikut dicatut namanya.

Anand mensinyalir ada konspirasi di balik semua ini. Dalangnya ialah seseorang bernama Muhammad Djumaat Abrory Djabbar.

Anand menuturkan bahwa kasus ini strategi untuk melakukan pembunuhan karakter dan menghakimi pemikirannya. Hal ini terungkap di dalam persiangan. Tetapnya ketika Abrory mengatakan bahwa dirinya harus dibunuh. Meski kemudian Abrory meralat bahwa pemikiran Anand-lah yang harus dibunuh.

Darwin Aritonang, penasehat hukum terdakwa, juga menerangkan saat konferensi pers tersebut. "Seseorang dapat dijatuhkan hukuman pidana jika sudah memiliki dua alat bukti. Serta ditambah dengan ketetapan hakim yang menyakini telah terjadi tindak kejahatan yang dituduhkan.”

“Jika Anand Krishna dapat dipenjarakan oleh sekolompok orang. Hanya atas tuduhan yang berdasarkan keaksian satu orang. Maka kita semua harus berduka," imbuh Darwin

Darwin menandaskan pula, "Bagaimana mungkin JPU Martha Berliana Tobing masih dapat melakukan tuntutan walau sudah tidak ada lagi alat bukti?”

____________________________

(Pengirim: T. Nugroho A, Fotografer: Prabu Dennaga)

Menciptakan Mentalitas Berbagi

RIMANEWS-“Lahirnya buku ini saya sambut dengan senyuman dan ironi. Ironi karena hal semacam Karma Yoga ini sebenarnya hal yang sangat dekat dengan bangsa ini tapi terlupakan, sampai tokoh seperti Anand Krishna harus menulis buku untuk mengingatkan kita tentang nilai luhur tersebut!” demikian salah satu komentar Muhammad AS Hikam dalam acara Bedah Buku Karma Yoga “Etos Kerja Transpersonal bagi Orang Modern” yang diadakan di Gramedia Matraman, Jakarta pada Minggu (6/11), pukul 14.00-16.00 WIB.

Dari awal, acara yang terselenggara berkat kerjasama Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB), Penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU), Toko Buku (TB) Gramedia Matraman, dan The Hikam Forum ini, sudah dimulai dengan cukup unik. Berbeda dari kebiasaan formal dalam bedah buku umumnya, acara dibuka dengan lagu-lagu yang menggebrak namun menyentil. Ada lagu berjudul “Damai Indonesia” dengan irama sengko-sengko Batak, “Cintailah semua makhluk”, dan “Satu Bumi Satu Langit Satu Umat Manusia” dengan irama Selayang Pandang. Seolah menegaskan tujuan diadakannya bedah buku Karma Yoga ini. Yaitu menyebarkan dan mengaplikasikan nilai-nilai Peace, Love, and Harmony dalam kehidupan.

Acara ini dipandu oleh moderator Dian Martin, pun menghadirkan pembicara-pembicara berkelas. Yaitu Mohammad AS Hikam (Menristek pada era Gus Dur), Ida Ayu Utami Pidada (Mantan anggota DPR RI), Muhammad Guntur Romli (Aktivis), serta sang penulis buku Karma Yoga sendiri, Anand Krishna. Bedah buku ini menyedot 200 pengunjung lebih. Mereka memenuhi Function Room Gramedia Matraman. Fenomena yang membahagiakan menurut Guntur Romli, “Ternyata aktivitas intelektual yang mencerahkan, tidak kontradiktif dengan aktivitas keagamaan (Idul Adha)”.

Bedah buku berlangsung seru. Kenapa? karena masing-masing pembicara mengupas dari perspektif yang saling komplementer. Sehingga makin memperkaya isi dari buku Karma Yoga. Guntur Romli membahas dari segi pemahaman beliau tentang Islam. Di mana banyak sekali surah dan hadits yang menekankan pentingnya berkarya tanpa pamrih. Guntur Romli menandaskan, “Buku Karma Yoga ini sebenarnya tidak perlu terlalu dibedah karena yang paling penting adalah aplikasinya.”

Sedangkan, AS Hikam menyoroti surutnya nilai-nilai Karma Yoga. Nilai-nilai “Rame Ing Gawe, Sepi Ing Pamrih” dalam bangsa Indonesia. "Saya yakin buku ini akan menginspirasi gerakan moral untuk memperbaiki bangsa. Seperti gerakan Occupy Wall Street yang lahir untuk mendobrak kerusakan akibat kapitalisme,” ujar AS Hikam. Beliau juga mengingatkan bahayanya “salah paham dan paham yang salah” yang belakangan makin marak terjadi di Indonesia. AS Hikam menyoroti betapa nilai-nilai gotong royong dan tanpa pamrih ini makin luntur. Karena didesak dengan kenyataan fanatisme agama dan kelompok. Ini yang membuat jurang-jurang perbedaan menganga makin lebar.

Utami Pidada lebih mengupas dari segi kesadaran berbangsa dan bernegara. Yaitu betapa bobroknya sistem politik dan ekonomi Indonesia saat ini. Hilangnya nilai-nilai luhur Karma Yoga, nilai-nilai “Rame Ing Gawe, Sepi Ing Pamrih” telah menjadikan politisi kita bekerja demi uang, demi pribadi, dan demi kelompok. Bukan lagi untuk kepentingan luas. Namun, Utami Pidada dengan enerjik menantang para hadirin untuk mendobrak kemandegan tersebut. Sehingga dapat menciptakan Indonesia yang lebih baik. “Bagaimana caranya? Dengan semangat! Pulang ke rumah, baca, dan terapkan isi buku Karma Yoga!” ujarnya. Spontan disambut tepukan meriah seluruh hadirin.

Selanjutnya, Anand Krishna berbagi pemahaman beliau tentang Karma Yoga. Yakni lewat presentasi yang dikemas dengan sangat apik. Beliau menunjukkan sekian banyak kutipan dari tradisi berbagai agama. Semuanya menganjurkan semangat Karma Koga, semangat “Rame Ing Gawe, Sepi Ing Pamrih”. Namun, “Tidak berarti ketika bekerja, tidak dapat pamrih. Menurut saya pamrihnya tetap ada, tetap ada balasan untuk karyanya, tetapi pamrihnya sepi, tidak seramai gawenya, karyanya”, ujar penulis 140 buku lebih tersebut.

Sesi tanya jawab pun berlangsung cukup seru. Hal yang luar biasa adalah para penanya semuanya menunjukkan rasa greget mereka. Semuanya merasakan ada yang tidak beres dengan masyarakat saat ini. Karena nilai-nilai Karma Yoga sudah luntur. Lantas bagaimana cara mengubahnya? Bagaimana untuk terus berkarya? Bagaimana untuk menciptakan mentalitas berbagi?

Semua pembicara dengan gayanya masing-masing menekankan pentingnya praktek dan terus berkarya. Anand Krishna bahkan memberikan satu presentasi tentang Food Crisis (http://www.facebook.com/photo.php?v=209734802428183). Betapa pentingnya menghargai makanan sebagai inspirasi bagaimana melakukan Karma Yoga. Mulai dengan berkarya tanpa pamrih dari hal yang paling sederhana. “Marilah kita berjanji pada diri kita masing-masing untuk tidak menyia-nyiakan makanan!” ajaknya.

Dimulai dengan semangat dan diakhiri dengan contoh aplikasi praktis Karma Yoga. Diskusi ini benar-benar luar biasa! Bedah buku ini juga telah diadakan di Jogja, Denpasar, Singaraja, dan kali ini Jakarta. Jadi, kota mana lagi berikutnya? (Reporter: Aiu Haryadi, Editor: T. Nugroho A)


Creating A Sharing Mentality, Karma Yoga Book’s Appreciation in Jakarta, Indonesia

http://www.rimanews.com/read/20111107/45964/menciptakan-mentalitas-berbagi

“I welcome the release of this book with a smile and an irony. An irony because indeed Karma Yoga was a part of this nation’s value, unfotunately today it is forgotten. Therefore, a figure like Anand Krishna must write a book to remind us about this noble value,” that was a comment from Muhammad AS Hikam in “Karma Yoga Book’s Appreciation, Transpersonal Working Ethos for Modern People” held at Matraman Gramedia Bookstore, Jakarta, Indonesia on Sunday (6 / 11), from 2:00 p.m. to 4:00 pm.

Wandi S Brata and Anand Krishna

From the beginning, the event – which was held in cooperation with Anand Ashram Foundation (affiliated with the United Nations), Gramedia Pustaka Utama (GPU), Matraman Gramedia Bookstore, and The Hikam Forum – has already begun uniquely. It was different from the formal way in a common book review program. It was opened with some songs. There were a song called “Peace Indonesia” with Sengko-sengko’s rhythm from Batak, North Sumatra, “Love all beings”, and “One Earth One Sky One Humankind” with the beat of Selayang Pandang song. Those songs reminded the audiences to the purpose of this book review program. To spread and apply the values ​​of Peace, Love, and Harmony in daily life.

The event was hosted by Dian Martin as a moderator. It also presented some fabulous speakers: Mohammad AS Hikam (Indonesian Research and Technology Minister during the Gus Dur’s era), Ida Ayu Utami Pidada (Former Member of Indonesian House of Representatives), Muhammad Guntur Romli (Activist), and the author of Karma Yoga book, Anand Krishna. This holiday program was attended by more than 200 visitors. They gathered in a Function Room at Matraman Gramedia Bookstore. The phenomenon was delightful said Guntur Romli, “It is great because in fact the enlightening intellectual activity, is not contradictory with the religious activity (Eid al-Adha)”.

The book’s review program lasted alive. Why? because each speaker saw from their own perspective which were mutually complementary. They enriched the contents of Karma Yoga. Guntur Romli discussed from his understanding in Islam. Where many Suras and Hadiths that emphasize the importance of working with no strings attachment. Guntur Romli also emphasized, “Karma Yoga book is actually no need to be discussed, because the most important is its application.”

Left to right: Dian Martin, Utami Pidada, AS Hikam, Mohamad Guntur Romli, Anand Krishna

Meanwhile, AS Hikam highlighted the decline of the value ​​of Karma Yoga. The value ”Rame Ing Gawe, Sepi Ing Pamrih” in the nation of Indonesia. “I believe this book will inspire the movement to improve the nation’s morality. As Occupy Wall Street’s movement that was born to break the damage, caused by capitalism,” said AS Hikam. He also warned the danger of “misunderstandings and wrong understanding” which are recently increased in Indonesia. AS Hikam also highlighted how the value ​​of mutual cooperation (gotong-royong) and selfless service is getting faded away. “Because it is urged by the fact of religious fanaticism and some radical groups. This what made the difference gap among us is getting wider.”

Then, Utami Pidada saw from the awareness of state and this nation. The political and economic system was getting worse nowadays. The loss of the noble value ​​of Karma Yoga, the value ​​of “Rame Ing Gawe, Sepi Ing Pamrih.”" The politician work ed only for money, for personal, and for their own group’s interest. It’s no longer for the broader interest. However, Utami Pidada – with an energetic spirit – challenged the audiences to break this stagnation. To create a better Indonesian society. “How to do that? With a passion! Come home, read, and apply the contents of Karma Yoga book! “she said. Spontaneous applause was greeted by the audiences.

Furthermore, Anand Krishna shared his understanding of Karma Yoga. Through a presentation that was packed well. He showed many quotes from various religious traditions. Every quotation suggested the spirit of Karma Yoga, the spirit of “Rame Ing Gawe, Sepi Ing Pamrih.” However, ” That does not means when working, we are not accepting anything. I think the thing is still there, still there is a reply to his/her work, but it is little, not as much as his/her work, ” said that author of more than 140 books.

Question and answer session

Question and answer session was held excitedly. The remarkable thing was all the questioners showed their interest. Everyone felt there was something wrong with our society today. Because the value ​​of Karma Yoga was faded away. Therefore, how could I change it? How to continue this work? How to create a sharing mentality?

All the speakers with their own style emphasized the importance of practice and on going working. Moreover, Anand Krishna gave a presentation on the Food Crisis (http://www.facebook.com/photo.php?v=209734802428183). To appreciate the food as an inspiration to do Karma Yoga. Started the selfless work from the simplest things. “Let us promise to ourselves not to waste any food!” he said.

Started with a spirit and ended with a practical application of Karma Yoga. This discussion was really amazing! This book review has also been held in Yogyakarta, Denpasar, Singaraja, and this time Jakarta. So, where is the next city? (Reporter: Aiu Haryadi, Fotografer: Prabu Dennaga, Translator: T. Nugroho)

Source: http://blog.anandashram.asia/?p=117

Rekaman Ancaman Frontal Muhammad Djumaat Abrory Djabbar di Ruang Sidang terhadap Anand Krishna Beredar Luas

Dimuat di:
http://hminews.com/news/rekaman-ancaman-frontal-muhammad-djumaat-abrory-djabbar-di-ruang-sidang-terhadap-anand-krishna-beredar-luas/

HMINEWS – Muhammad Djumaat Abrory Djabbar alias MD Abrory Djabbar mengaku sebagai seorang informan atau intelegen dari sebuah instansi. Tapi semenjak instasi itu dibubarkan disinyalir Abrory berkeliaran mencari uang sebagai freelancer. Sebab instasi yang sudah dibubarkan tersebut memang tidak memberikan gaji kepada anggotanya lagi.

Informan seperti ini banyak berkeliaran mencari informasi (data-data) tentang suatu organisasi. Lantas, data-data tersebut dijual ke pihak lain. Selain itu, informasi bisa disimpan sendiri untuk melakukan pemerasan.

Motif bisnis Abrory ini tercium tatkala salah seorang pengacara Anand Krishna, Darwin Aritonang bertemu dengannya di sebuah stasiun TV swasta. Saat itu, Abrory mengatakan, “Jika Anand ingin selamat serahkan semua aset yayasan, kemudian Anand juga harus hengkang.”

Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB) didirikan oleh Anand Krishna pada 14 Januari 1991. Sebuah organisasi spiritual lintas agama yang sudah diakui oleh dunia internasional. Organisasi besar seperti ini bisa disalahgunakan untuk mencari dana. Abrory juga bisa menyelewengkannya untuk tujuan-tujuan di luar visi dan misi organisasi tersebut. Inilah yang membuat Abrory tergiur untuk menguasai Yayasan Anand Ashram.

Dalam kedua video (link-nya lihat di bawah – Ed), nampak jelas Abrory memiliki dendam terhadap Anand Krishna. Ia bahkan sempat mengancam, “Anand Krishna mesti dibunuh”, namun kemudian diralat dengan mengatakan, “ajarannya yang mesti dibunuh.”

Ancaman frontal semacam itu tidak pantas diucapkan di dalam persidangan yang terhormat. Saat itu, Abrory mestinya ditahan oleh ketua majelis hakim Hari Sasangka yang memimpin sidang. Karena ia telah melecehkan institusi pengadilan dengan mengeluarkan ucapan yang tak pantas.

Bahkan tidak hanya Anand Krishna, pun tim penasehat hukum diancam Abrory. Anehnya, hakim Hari Sasangka – yang kemudian ketahuan menjalin ‘affair’ dengan salah satu saksi bernama Shinta Kencana Kheng - kok diam saja? Kian jelas terkuak rekayasa dalam persidangan untuk membungkam Anand Krishna.

‘Affair’ hakim Hari Sasangka akhirnya terungkap ke publik. Saat ini, kasusnya sedang diselidiki oleh Komisi Yudisial (KY). Pelanggraran etika hakim yang mencoreng wibawa korps para pengadil tersebut, membuat hakim Hari Sasangka dicopot dari kasus ini. Bahkan seluruh anggota majelis hakim juga diganti.

Kemudian sidang dipimpin oleh hakim Albertina Ho. Beliau memutuskan untuk memeriksa lagi para saksi. Sidang pun diulang kembali.

Dalam persidangan dengan hakim Albertina Ho, nampak jelas Muhammad Djumaat Abrory Djabbar gugup bukan alang-kepalang. Ia hendak menyembunyikan banyak fakta, tapi terus dicecar oleh hakim Albertina. Hakim Ho memang berupaya membongkar motif sesungguhnya di balik kasus ini.

Tim pengacara Anand Krishna menyakini hakim sekaliber Albertina Ho tidak akan terpedaya oleh akal bulus MD Abrory Djabbar. Muhammad Djumaat Abrory Djabbar hanya ingin membungkan suara Anand Krishna lewat kasus fiktif ini.

Simak 2 video ini dan monggo menyimpulkannya sendiri, seperti apakah Muhammad Djumaat Abrory Djabbar itu sebenarnya.

* Membongkar Rekayasa Kasus Anand Krishna – Saksi Abrory Djabbar Bag 1 http://www.youtube.com/watch?v=A-kr2imrT0Y&feature=channel_video_title
* Membongkar Rekayasa Kasus Anand Krishna – Saksi Abrory Djabbar Bag 2 http://www.youtube.com/watch?v=qCmh-mbqW3I&feature=share

[] Reporter: Su Rahman, Editor: T. Nugroho

Olahraga Tawa Membuat Senang dan Jarang Marah

RIMANEWS-Ibu Asinah Marbun (59) termasuk orang yang sering datang ke Monumen Nasional (Monas) untuk lari pagi. Suatu ketika ia sedang berkeliling di sekitar Monas seperti biasanya. Tiba-tiba ia melihat sekelompok orang sedang melakukan olah raga tertawa. Aneh, pikirnya. Kok tertawa rame-rame?

Penasaran, ia pun memberanikan diri melihat dan mencari tahu apa yang sedang terjadi. Ia melihat acaranya seru banget, menurut pengakuannya ketika itu. “Saya perhatikan banyak orang sedang tertawa. Dan saya melihat ada tulisan-tulisan yang menjelaskan apa saja fungsi tertawa. Ternyata fungsi olah raga tertawa itu banyak banget, ya,” jelas Ibu Asinah Marbun. Dan setelah itu, ia pun memutuskan untuk mengikutinya.

“Setelah saya mengikuti program Klub Tawa Ceria Indonesia (KTCI), rasanya sangat menyenangkan dan terasa manfaatnya. Lucunya, rasa bahagia itu, terbawa hingga ke sekolah tempat saya mengajar. Berpengaruh kepada teman-teman di sekitar saya. Kalau saya ketawa mereka jadi ikut tertawa juga. Dan kalau bertemu setiap orang, rasanya saya ingin selalu tertawa,” terang Guru SMA 100 ini bersemangat.

Ia pun mengaku teknik-teknik pemanasan dan tertawa yang dibawakan KTCI sangat menyenangkan dirinya. Ia merasa sangat surpise. “Manfaat yang saya rasakan, saya menjadi selalu merasa senang, menjadi jarang marah. Kalau ketemu teman-teman dan murid-murid saya, rasanya saya ingin selalu tertawa. Saya tertawa mereka juga ikutan tertawa karena melihat saya tertawa. Selalu begitu,” tambahnya dengan ekspresi ceria.

Ia berniat untuk mengikuti acara ini secara rutin. Dan rencananya ia ingin mengajak teman-teman sekantornya dari SMA 100 Jakarta. “KTCI harus tetap berlangsung terus!” dukungnya. (Iresh/Afni)

November 07, 2011

Rencana Pledoi Anand Krishna

1320655326972234482

Gerombolan Pemfitnah Anand Krishna

Rencana pledoi Anand Krishna ini ditulis di FB (Source: http://www.facebook.com/su.rahman.full/posts/28054530197719). Berikut ini kutipannya:

1. Setelah membaca dan mempelajari tuntutan copy-paste yang disiapkan oleh JPU Martha Berliana Tobing, saya sungguh merasa kasihan terhadap Tara Pradipta Laksmi, Ibunya; Wijarningsih, Tantenya; Ria, Omnya; Guntur Tompubolon, dan seluruh keluarga mereka. Karena mereka semua telah menjadi korban Muhammad Djumaat Abrory Djabbar dan kroninya, termasuk kuasa hukum dan staffnya yang pernah menyatakan di media bahwa “pelecehan ini hanya entry point” bagi kasus yang lebih besar, yaitu penodaan agama.

Saya juga merasa kasihan terhadap Wandy Nicodemus dan isterinya; Farah Diba Agustin (Fay) yang mau dihasut oleh Muhammad Djumaat Abrory Djabbar. Saya menyayangkan bahwa seorang Jaksa seperti Martha Berliana Tobing, yang sesungguhnya bisa menjelaskan seluruh konspirasi ini kepada Tara Pradipta Laksmi dan keluarganya, malah mem-p-21-kan perkara ini dan membawanya ke pengadilan.

2. Saya berdoa supaya mereka semua diampuni dan ditunjukkan jalan yang lurus, pikiran serta hati mereka dijernihkan. Demikian pula teman-teman mereka yg sekarang dalam keadaan gelisah karena pernah mendukung mereka dengan berdiam diri, dan membiarkan kasus ini bergulir.

Setelah pledoi nanti (Senin, 7/11 - Ed), dan konsultasi dengan kuasa hukum, saya harap dakwaan, tuntutan cut and paste JPU Martha Berliana Tobing, dan alasannya tidak memperhatikan fakta sidang selama 15 bulan ini dibuka untuk publik sepenuhnya supaya publik bisa menilai sendiri.

3. Tidak boleh lagi ada sekelompok orang bermulut manis dan berjubah manusia memperkarakan seorang anand krishna lain. Cukup sudah ketidakadilan dan kezaliman mereka.

Teman-teman kita menghadapi “pertempuran” ini dengan kepala dingin, tanpa kebencian, tapi dengan ketegasan. Kita tidak membenci siapa-siapa, tetapi kezaliman dan ketidakadilan mesti berakhir. Kita tetap pada cara-cara damai dan elegan, tapi tegas, menghadapi kezaliman ini.

4. Dalam pledoi saya nanti, walau tidak tahu hukum, saya sudah mengumpulkan belasan bahkan barangkali lebih dari duapuluhan poin kesalahan dan keberpihakan JPU Martha Berliana Tobing.

Kita TIDAK RELA SEORANG Martha Berliana Tobing MEMBAJAK dan MENODAI/MENCORENG WAJAH HUKUM dan MENGHINA INSTITUSI NEGARA, dalam hal ini, KEJAKSAAN dengan cara ini.

KITA JUGA TIDAK RELA SEORANG HAKIM Hari Sasangka MENODAI INSTITUSI PENGADILAN.

Tidak boleh lagi institusi-institusi negara dipermainkan dan dijadikan lahan basah demi kepentingannya sendiri.

5. Saya menderita penyakit jantung akut karena kezaliman ini, bahkan stroke karena sikap tidak terpuji dari JPU Martha Berliana Tobing. Tapi saya secara pribadi telah memaafkan Martha Berliana Tobing, Hari Sasangka, Shinta Kencana Kheng, Tara Pradipta Laksmi, dan lain-lain.

Perlawanan saya sekarang bukan lagi untuk membela diri tapi untuk memastikan tidak ada lagi korban lain seperti saya. Semoga Tuhan mengampuni mereka semua, semoga Tuhan akan mengampuni, karena mereka tahu apa yg telah mereka lakukan.

1320655218761232668

November 04, 2011

Anand Krishna (Hendak) Dibungkam Karena Keyakinannya pada Persatuan Umat Manusia

13203882791637099051

Gerombolan Pemfitnah Anand Krishna

Anand Krishna ialah seorang humanis, aktivis spiritual, dan penulis lebih dari 140 buku. Sebagian besar aktivitas dan tulisannya memang untuk merayakan pelangi kebhinekaan. Ironisnya, karena keyakinannya pada persatuan umat manusia tersebut, ia justru menjadi korban konspirasi dan dianiaya secara keji.

Sekomplotan orang menyeret Anand Krishna (55) ke meja hijau. Mereka menuduhnya telah melakukan pelecehan seksual terhadap Tara Pradipta Laksmi (19). Padahal sama sekali tidak ada bukti otentik dalam persidangan. Hasil visum Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) atas Tara, yang ditandatangani dr Abd Nun’im Idris, menyatakan tidak ada tanda-tanda kekerasan seksual dan persetubuhan. Visum bahkan menyebutkan bahwa selaput dara Tara masih utuh.

Kendati demikian, Anand tetap didakwa dengan pidana penjara 2,5 tahun oleh Jaksa Marta Berliana Tobing SH. Gerombolan pemfitnah itu telah mempersiapkan semuanya secara sistematis. Mereka berkomplot untuk membungkam Anand Krishna. Awalnya, dengan melakukan road-show dan kampanye pembunuhan karakter di media massa. Sebelum akhirnya melaporkan kasus fiktif ini ke kantor polisi.

Bahkan pada 9 April 2011, sebelum para saksi Anand Krishna memberikan testimoni yang meringankan, Anand langsung dibui di Rutan Cipinang oleh hakim Hari Sasangka SH. Lantas, Anand melakukan mogok makan dari dalam penjara. Aksi perlawanan tanpa kekerasan ini berlangsung selama 49 hari, sebelum akhirnya ia dibebaskan.

Selama menjalani aksi mogok makan itu, Anand sempat dibawa ke rumah sakit 2 kali. Pasca pingsan di pengadilan dan saat ambruk karena gula darahnya menurun drastis sampai angka 64. Selain itu di dalam penjara, ia juga menderita stroke tak tersembuhkan. Sehingga sampai saat ini, mempengaruhi kerja kaki kirinya.

Saat itu, jaksa Martha memerintahkan pencabutan selang infus dari tubuh Anand Krishna yang terbaring lemah karena mogok makan. Ini sungguh perbuatan yang membahayakan nyawa manusia. Jelas masuk kategori pelanggaran HAM berat dan sangat serius.

Alasan Anand Krishna melakukan mogok makan ialah memastikan agar tidak ada anand krishna- anand krishna lain di masa depan yang dianiaya seperti ini. Perjuangan Anand adalah untuk melawan ketidakadilan dan adharma/kebatilan.

Keyakinannya terbukti ketika 5 saksi dengan membawa ratusan foto mendatangi Komisi Yudisial (KY) dan Mahkamah Agung (MA). Mereka melaporkan salah satu saksi yang memberatkan bernama Shinta Kencana Kheng mengadakan affair dengan Ketua Majelis Hakim Hari Sasangka dalam mobil Suzuki Karimun Silver ber-nopol: B 1426 KT.

Akibatnya, seluruh anggota dan ketua majelis hakim diganti. Lantas, majelis hakim yang baru diketuai Albertina Ho. Sidang pun diulang dengan mendengarkan kembali keterangan 12 saksi. Ironisnya, salah satu dari mereka tidak pernah muncul. Ia adalah istri konspirator utama Muhammad Djumaat Abrory Djabbar, di rumah mereka-lah pertemuan diadakan, berbulan-bulan sebelum Anand Krishna dilaporkan. Di tempat itulah seluruh rekayasa untuk mencemarkan nama baik Anand Krishna direncanakan secara sistematis.

Pada 26 Oktober 2011, Jaksa Martha Berliana Tobing SH membacakan dakwaan ngawurnya. Ia telah menodai seluruh sistem hukum positif dan menciderai rasa keadilan masyarakat. Kenapa? karena ia tidak mempertimbangkan sama sekali testimoni para saksi dalam pengadilan yang berlangsung selama 14 bulan lebih. Tuntutan Martha hanya berdasarkan alias copy paste dari BAP awal yang dbuat di kantor polisi.

Waktu sangat pendek dan berjalan begitu cepat. Pada 7 November 2011 mendatang Anand Krishna dan tim pengacaranya akan membacakan pledoi. Menyatakan bahwa ia tidak bersalah. Tentu disertai setumpuk dokumen dan rekaman yang membuktikan bahwa Anand telah menjadi korban konspirasi. Bisakah kita duduk diam sementara ada orang dianiaya dengan cara licik semacam itu di depan mata kita?

Anand Krishna memang seorang aktivis yang vokal menyuarakan kebenaran. Ia sering berceramah, menulis buku, dan berkontribusi bagi kolom di majalah, jurnal dan surat kabar. Selain itu, ia juga aktif terjun langsung dalam aksi damai dan kampanye tanpa kekerasan (non violence). Kepeduliannya pada semua masalah manusia dan kemanusaian. Dari soal manusia itu sendiri, lingkungan, sampai dengan meningkatnya radikalisme di masyarakat, diskriminasi rasial dan agama, pendidikan, dll.

Dukunglah visi bersama kami dengan menandatangani petisi ini sekarang. Sebarkan pula ke teman-teman Anda segera. Kami harus menyerahkan hasilnya kepada Majelis Hakim pada saat membacakan pledoi pada 7 November 2011 mendatang.

Mari berbuat sesuatu sekarang juga kalau Anda juga mengamini visi: “Satu, Bumi, Satu Langit, dan Satu Kemanusiaan (One Earth, One Sky, One Humankind).”

Bila Anda percaya pada Kedamaian, Kasih dan Harmoni (Peace, Love, and Harmony) bubuhkan tandatangan segera hanya dengan meng-klik http://www.gopetition.com/petition/43856.html. Karena kasus ini bukan menyangkut Anand seorang, tapi merupakan ancaman terhadap gerakan pluralisme dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Untuk mengetahui lebih banyak tentang Anand Krishna dan karya-karyanya selama ini, Anda dapat mengklik link berikut: www.anandkrishna.org, www.aumkar.org, www.booksindonesia.com, www.oneearthschool.org, www.oneearthcollege.com

Pernyataan sikap bersama kita ialah, “Kami yang bertandatangan di bawah ini - meyakini nilai Kedamaian, Kasih dan Harmoni (Peace, Love, and Harmony). Kami tidak akan membiarkan suara kebangsaan, misi kerukunan umat bergama, dan ajaran leluhur “Bhinneka Tunggal Ika” dibungkam oleh siapapun, organisasi manapun, tak peduli siapa pun mereka.

Selain akan diserahkan ke Ketua Majelis Hakim, Albertina Ho (Judge Ho), seluruh hasil petisi ini akan dikirimkan ke Pidana Mahkamah Internasional divisi Hak Asasi Manusia (HAM). Terimakasih dan Salam Keadilan!

1320388513764959137

Kasus ini bukan menyangkut Anand Krishna seorang, tapi merupakan ancaman terhadap gerakan pluralisme dan kerukunan antar umat beragama di tanah tumpah darah: Indonesia tercinta