Dimuat di Seputar Indonesia, Minggu/17 Februari 2013
http://www.seputar-indonesia.com/news/keunikan-bahasa-apresiasi-manusia
Judul: 5 Bahasa Apresiasi dalam Dunia Kerja
Penulis: Dr. Gary D. Chapman, Ph.D dan Dr. Paul White
Alih bahasa: Slamat Parsaoran Sinambela
Penerbit: Visipress
Cetakan: 1/September 2012
Tebal: 285 halaman
ISBN: 978-602-8073-76-9
Presisi alias ketepatan menjadi kata kunci dalam buku ini. Bayangkan
pada suatu siang yang terik, seorang rekan sekerja Anda merasa kehausan.
Kemudian, datanglah seorang karyawan lain menawarkan pertolongan
seturut pemahamannya sendiri. Alih-alih menyuguhkan segelas air es, ia
justru menyodorkan kursi untuk diduduki. Insiden miskomunikasi tersebut
niscaya membuat frustasi, baik dalam diri si pemberi maupun si penerima
bantuan (halaman 26).
Oleh sebab itu, buku “5 Bahasa Apresiasi dalam Dunia Kerja” mendedah 5
macam bahasa apresisasi manusia. Mulai dari bagian hulu hingga ke
hilir. Sehingga interaksi antar individu menjadi lebih lancar. Pun
kerjasama antar lini dalam perusahaan terjalin kian harmonis.
Ada sebuah kisah nyata, Claricia menghadiahi tiket gratis
pertandingan Yankees di akhir pekan kepada Mike. Karena koleganya
tersebut telah bekerja secara professional dan optimal. Mike bersedia
lembur untuk merampungkan proyek tertentu. Anehnya, Mike tetap bermuram
durja. Bahkan ia justru beranggapan pihak managemen perusahaan tak
menghargai jerih payahnya sama sekali.
Ternyata Mike tak menginginkan tiket gratis itu. Sebab bahasa apresiasi primernya ialah act of service
alias tindak pelayanan. Mike lebih suka teman-temannya membantu tatkala
proyek tersebut musti dikebut. Pun ia tak suka bekerja sendirian. Dalam
hati ia berharap mereka dan supervisornya turut kerja lembur dan
bahu-membahu menyingsingkan lengan baju. Sekadar mengucap terimakasih
ataupun memberi hadiah nyata (tangible gift) tak akan memuaskan dahaga emosional Mike untuk dihargai.
Menurut Gary Chapman dan Paul White ada 5 model bahasa apresiasi,
yakni, “Kata-kata Penghargaan”, “Waktu Berkualitas”, “Tindak Pelayanan”,
“Hadiah Nyata”, dan “Sentuhan Fisik”. Tak dapat dipungkiri bahwa
mayoritas pegawai mendambakan kenaikan gaji, tapi faktor utama kepuasan
kerja bukan materi semata. Apresiasi merupakan kebutuhan eksistensial
manusia. Jiwa para pekerja - dari Direksi, CEO sampai cleaning service dan bagian rumah tangga – memberontak jika tak dihargai.
Buku ini juga memaparkan hasil penelitian Departemen Tenaga Kerja
Amerika Serikat. Temuannya cukup mengagetkan, ternyata 65 persen orang
Amerika meninggalkan pekerjaan mereka bukan karena urusan finansial an sich,
tapi karena ketiadaan penghargaan batin (baca: apresiasi). Dalam
konteks ini, tesis almarhum Stephen R. Covey menjadi relevan, “Setelah
keberlangsungan fisik, kebutuhan terbesar manusia ialah keberlangsungan
psikologis, yakni untuk dipahami, diakui, dihargai, dan dicintai.”
(Halaman 22).
Sebelumnya, Gary Chapman telah menulis buku The Five Love Languages: The Secret to Love That Lasts (Lima Bahasa Cinta: Rahasia Mengasihi Yang Langgeng). Penerbitnya The New York Times. Buku tersebut terjual sebanyak enam juta kopi versi bahasa Inggrisnya. Bahkan kemudian diterjemahkan pula ke dalam 40 bahasa.
Lantas, banyak pembaca meminta Direktur Marriage and Family Life Consultant, Inc tersebut
menulis topik senada tapi fokusnya lebih dalam dunia kerja. Singkat
cerita, konselor keluarga berjam terbang 40 tahun lebih tersebut
menggandeng Dr. Paul White. Selama 3 tahun terakhir, mereka
berkolaborasi dalam Motivating by Appreciation Project (Proyek Memotivasi dengan Apresiasi).
Terkait sistematika buku ini, “5 Bahasa Apresiasi dalam Dunia Kerja”
terdiri atas 4 bagian. Ibarat bangunan rumah diawali dengan fondasi,
“Apa itu apresiasi?” Lantas, tiang-tiang penyangganya ialah penjelasan
runut ihwal 5 model bahasa apresiasi. Pun dilengkapi dengan ornamen
penerapan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir atapnya,
penulis menyajikan tips praktis untuk mengatasi tantangan yang biasa
menghadang.
Keunggulan buku ini memberi porsi besar bagi pengembangan karakter
positif. Antara lain ketekunan, keberanian, kerendahan hati, disiplin
diri, welas asih, kesediaan mengampuni, kejujuran, integritas,
kesabaran, kebajikan, dan pengorbanan. Butir-butir mutiara nilai
keutamaan tersebut niscaya tak lekang oleh waktu.
Seorang pemimpin juga perlu loyal dalam memberi pujian bagi pegawai
yang berprestasi. Penulis menceritakan pengalamannya sendiri ketika
disanjung secara verbal oleh bosnya, “Saya belum pernah menyampaikan hal
ini namun saya mengagumi Anda. Anda salah satu orang terbaik yang
pernah saya temui. Saya memerhatikan cara kerja Anda membantu rekan
kerja ketika mereka kewalahan dengan tugasnya. Anda sebetulnya tak perlu
melakukan semua itu sebab memang bukan bagian dari tugas pekerjaan
Anda. Tapi pengorbanan Anda tersebut menyiratkan karakter Anda yang
sungguh mendalam.” (halaman 49).
Selain kata-kata penghargaan ada juga karyawan yang suka menerima
hadiah “liburan”. Menurut observasi penulis yang kerap menjadi
narasumber di hampir seluruh 5 benua ini, pekerja muda dari generasi
muda (Gen X, Gen Y, dan Millennial) sangat mengapresiasi waktu senggang. Namun tentu syaratnya, mereka harus merampungkan dulu proyek besar perusahaan.
Akhir kata, buku setebal 285 halaman ini sebuah referensi berharga untuk
menyelami keunikan bahasa apresiasi manusia. Sepakat dengan pendapat
Prof. Lyle W. Dorsett dalam kata pengantar, “Jika wawasan dan
kebijaksanaan yang ditawarkan Chapman dan White dipraktikkan di dunia
kerja niscaya terjadi revolusi yang gemilang dalam hubungan
antarmanusia.” Selamat membaca!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar