Juli 18, 2014

Menyelami Kedalaman Cinta

Dimuat di Majalah Hidup, Tahun ke-68, Edisi 25, 22 Juni 2014

Judul: Cara Menguji Ketulusan Cinta
Penulis: A. Setyawan, S.J
Penerbit: Kanisius
Cetakan: I/ Oktober 2013
Tebal: 303 halaman
ISBN: 978-979-21-3620-3

Di era modern ini ada satu kecenderungan yang membahayakan peri kehidupan bersama. Karena sadar atau tidak sadar manusia terdorong untuk memanfaatkan orang dan lebih mencintai barang. Dalam lingkup keluarga, misalnya, ada orangtua yang memiliki paham bawah sadar bahwa anak adalah aset. Menurut penulis buku ini, A. Setyawan, S.J, seorang anak juga memiliki martabat pribadi.

Lebih lanjut, penulis memaparkan konsekuensi dari cara pandang yang kurang tepat tersebut. Akibatnya, orangtua akan menghadapi anak seolah-olah sedang berhadapan dengan barang yang bisa dipakai seturut keinginan mereka. Sebaliknya, tatkala berhadapan dengan barang, orangtua tersebut berperilaku seolah barang itu adalah person yang harus dicintai.

Berikut ini nukilan dialog yang menyiratkan contoh konkretnya. Seorang ayah menunggu mobil yang sedang dipakai anaknya. Seperempat jam terlambat sudah membuat sang ayah merasa resah. Tiba-tiba si anak masuk ke rumah sambil memegangi tangannya yang berlumuran darah. Wajahnya pucat pasi dan kelihatan ketakutan sekali. Alih-alih menolong dan segera mengobati, sang ayah malah bertanya dengan ketus, “Mana mobilnya?” Si anak tadi menceritakan bahwa mobilnya menabrak tiang listrik. Mendengar hal tersebut sang ayah marah besar, “Kamu itu, kamu pikir mbetulin mobil itu murah apa?” (halaman 152).

Sebagai alternatif, penulis menawarkan perspektif lain yang lebih tepat (baca: manusiawi). Tujuannya untuk menumbuhkan cinta dalam diri si anak. Orangtua jangan sekadar mementingkan keselamatan mobil, karena anak tetap lebih bernilai daripada barang. Alangkah lebih mengena jika sang ayah berkata, “Kamu terluka? Syukurlah tidak terlalu parah. Kita masih bisa perbaiki mobil tersebut. Tapi ayah tak bisa mendapatkan kamu yang lain kan?” Dalam konteks ini, artinya anak sebagai pribadi dipandang unik. Ia tiada duanya di dunia.

Buku setebal 303 halaman ini sebuah referensi berharga untuk menyelami kedalaman cinta. Sebab cinta merupakan bagian terpenting dari kedalaman kemanusiaan kita.

1405751415696635040

Tidak ada komentar: