Dimuat di Okezone.com, Rabu/21 Mei 2014
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI dan Pemda DIY mendeklarasikan gerakan Jujur Barengan di depan Kompleks Kepatihan, Malioboro, Yogyakarta, Selasa (20/5) malam.
Sebelumnya
pada sore hari telah digelar pawai budaya. Pawai tersebut diikuti
1.500 orang lebih dari 45 komunitas. Mulai dari komunitas becak anti
korupsi, pecinta satwa, bregada keraton, perwakilan pelajar, perwakilan
mahasiswa, paguyuban sepeda onthel, veteran pejuang kemerdekaan hingga seniman tradisional.

Dalam orasi budayanya, aktor yang terkenal
piawai memerankan aksi monolog dengan menirukan suara Soeharto itu
mengatakan, “20 Mei 1908 merupakan Hari Kebangkitan Nasional. Mari kita
jadikan 20 Mei 2014 sebagai Hari Kebangkitan Kejujuran Nasional!”
Sontak ajakan tersebut disambut gemuruh tepuk tangan ribuan penonton.
Menurut
Butet, korupsi di Indonesia sudah sedemikian parah. “Karena korupsi
dilakukan sesuai asas demokrasi. Keuntungannya dibagi merata, mulai
dari eksekutif, legislatif hingga yudikatif. Inilah yang disebut
korupsi berjamaah,” imbuhnya.

Sebagai
penutup, presiden guyonan Nusantara itu menceritakan petualangan anak
kecil mencari arti kejujuran. Ia berkeliling pelosok negeri. Tatkala
bertemu dengan politisi, ternyata kejujuran tergantung kawan koalisi
partai.
Saat bertemu tentara, ternyata kejujuran
tergantung perintah komandan. Ketika bertemu Gus Dur di surga, ternyata
menurut almarhum tidak ada lagi orang jujur. “Akhirnya, anak kecil
tersebut bertanya kepada kita semua di sini, mari kita jawab bersama
bahwa kejujuran adalah kita. Mari tanamkan nilai kejujuran mulai dari
keluarga sejak kanak-kanak dan dari diri kita sendiri,” pungkasnya.

Muhammad
Marzuki alias Juki, salah satu punggawa JHF mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang mendukung kampanye kejujuran hari itu. “Terima
kasih kepada pedagang lesehan dan tukang parkir yang tempat kerjanya
direlakan untuk dijadikan panggung malam ini,” ujarnya.
Sederet tembang hip-hop berbahasa Jawa sukses mengajak seluruh penonton bernyanyi dan berjingkrak bersama. Mulai dari Ngelmu Pring, Sembah Raga, hingga Jogja Istimewa. (Reporter dan Fotografer: T. Nugroho Angkasa).

Tidak ada komentar:
Posting Komentar