Dimuat di Koran Jakarta, Kamis/26 Juli 2012
Sejumlah pioner penelitian awal pola pengasuhan anak -seperti Erik Erikson,
Anna Freud, Dorothy Burlingham- percaya bahwa buah hati tak sekadar butuh
materi, tetapi lebih mendambakan empati. Interaksi manusiawi yang hangat dan
penuh welas asih sangat mendukung anak, terutama dalam proses pengembangan
sistem saraf pusatnya secara memadai.
Secara perinci, buku ini memaparkan penelitian mutakhir T Berry Brazelton
(TBB). Dia mengamati bayi yang baru lahir. Ternyata bayi langsung belajar
mengendalikan diri sendiri. Ia lantas merekam gerak-gerik isyarat di
sekelilingnya. Selain itu, bayi juga suka mengontraksikan keempat otot refleks
di otak tengahnya, antara lain dengan mengencangkan leher, memasukkan tangan ke
mulut, mencari-cari, dan mengisap (hlm 2).
Selanjutnya, pada usia 8 pekan, bayi bisa membedakan suara/wajah ibu dan
ayahnya. Hebatnya, ia juga dapat menanggapi secara majemuk. Dengan tenang, ia
bersiaga, menunggu ibunya atau bermain dengan ayahnya. Sejatinya, proses ini
menjadi pembelajaran awal untuk mengasah kemampuan pengendalian diri masa
depan.
Menurut Stanley I Greenspan, sistem komunikasi bayi cenderung bersifat
nonverbal seperti tertawa, menyorotkan tatapan mata, mengernyitkan dahi,
menunjuk jari, menerima dan memberi. Dari situlah terlahir sistem canggih
sebagai bekal penyelesaian masalah selama hayat dikandung badan. Jadi, sistem
nonverbal lebih dominan ketimbang kata-kata.
Bahkan, orang dewasa pun cenderung lebih percaya kepada anggukan nonverbal
atau tatapan persetujuan ketimbang kata-kata pujian yang kadang menyesatkan.
Manusia juga cenderung menjauhi seseorang yang menyorotkan tatapan permusuhan
walaupun bibirnya berucap, "Anda dapat memercayai saya..." (hlm 3).
Buku ini memuat kompilasi dialog antara Berry Brazeltin dan Stanley I
Greenspan (SIG). Tema sentralnya seputar pernak-pernik pola pengasuhan anak
sejak dalam kandungan hingga berusia 12 tahun. Sistematika buku terdiri atas 7
bab. Dari "Kebutuhan akan Perlindungan Fisik, Keamanan, dan Peraturan (hlm
77)" hingga "Melindungi Masa Depan (hlm 257)." TBB merupakan
Profesor Emiritus Kesehatan Anak Harvard Medical School, sedangkan SIG masih
tercatat sebagai Profesor Klinis Penyakit Jiwa dan Kesehatan Anak di Fakultas
Kesehatan George Washington University.
Pada bagian pendahuluan terungkap kasus penelantaran anak di Rumania. Para
bayi dan anak kecil di panti asuhan dibiarkan tanpa pengasuhan, jauh dari
kehangatan insani dan minim interaksi sosial. Akibatnya, mereka berkembang
dengan banyak kekurangan baik fisik, intelektual, maupun emosional. Walau sudah
berusia 5 tahun, mereka hanya dapat berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
Jika marah, anak-anak tersebut akan berulang kali memukulkan tangannya atau
bahkan menggigit pergelangan tangan sendiri. Mereka tak memiliki perbendaharaan
kata untuk mengomunikasikan kebutuhan dasar sekalipun. Solusi penyembuhannya
pun membutuhkan waktu lama. Bahkan, defisit perhatian pada masa awal pertumbuhan
sulit pulih 100 persen.
Keunggulan buku ini terletak pada kejelian pengamatan dan validitas data.
Ada kecenderungan baru yang melanda Amerika Serikat dan dunia. Menurut penulis,
terjadi pergeseran pola asuh anak di era modern. Pada tahun 1970-an sampai
2000-an, jumlah keluarga yang menyerahkan bayi, batita, dan anak-anak usia
prasekolah kepada orang lain melonjak pesat.Durasinya mencapai 35 jam atau
lebih per minggu. Alhasil, 50 persen anak tidak dibesarkan oleh orang tua
biologis.
Buku setebal 313 halaman ini dapat menjadi referensi bagi orang tua, guru,
pekerja sosial, pengasuh bayi, dan semua orang yang peduli pada proses
tumbuh-kembang buah hati tercinta. Dengan membaca ini, mereka dapat mengerti
pola asuh sesuai kebutuhan psikososial anak.
Judul : Smart Parents, Happy Children, Kiat Praktis Membentuk Anak Sehat, Cerdas, dan Bahagia
Penulis : T Berry Brazeltin MD dan Stanley I Greenspan MD
Alih Bahasa : Peusy Sharmaya Intan Paath
Penerbit : Bhuana Ilmu Populer
Cetakan : 1/Mei 2012
Tebal : xxvi 313 halaman
ISBN : 9797984346
Tidak ada komentar:
Posting Komentar