Dimuat di Majalah Gita Sang Surya JPIC-OFM Indonesia, Vol 6, No. 4 Juli-Agustus 2011
Judul Buku: A New Christ
Penulis: Wallace D. Wattles
Penerjemah, Re-editor dan Catatan: Anand Krishna
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I/November 2010
Tebal: xxxxii + 251 Halaman
ISBN: 978-979-22-6342-8
Buku ini terjemahan, re-editing, dan catatan Anand Krishna atas 2 karya monumental Wallace D. Wattles: A New Christ (1900) dan “Jesus: The Man and His Works”.
Menurut Anand, Wattles mengaitkan situasi dan kondisi masyarakat pada jaman Yesus dengan keadaan di abad ke-20. Yesus hidup pada masa pemerintahan Romawi yang enggan mengurusi kepentingan rakyatnya. Mereka lebih suka menunjuk raja-raja kecil di wilayah kekuasaannnya dan menarik upeti dari mereka.
Akibatnya para raja kecil itu memeras rakyatnya lewat pungutan pajak yang tinggi, sehingga menyengsarakan mereka. Situasi tersebut tak jauh beda dengan kondisi abad ke-20. Wattles sempat mengunjungi pemukiman kumuh di Chicago. Di salah satu rumah, seorang anak sakit parah dan terbaring lemah menunggu kematiannya tiba. Keluarganya terlalu miskin untuk membawanya berobat ke rumah sakit.
Ketika anak itu akhirnya meninggal Wattles meradang, “Lagi-lagi nyawa seorang anak “miskin” melayang begitu saja karena ketidakpedulian kita.” Ia menulis: “Setiap sistem, peraturan, lembaga dan apa saja yang menghalangi seorang anak kumuh untuk hidup sepenuhnya, tak direstui oleh-Nya. Kerugian materi sebesar apapun tidak sebanding dengan ketidakadilan terhadap seorang anak kecil. Inilah inti ajaran Yesus. Tidak heran, bila Ia disalibkan.”(halaman 54).
Menurut Wattles, sosialisme ala Yesus menjamin rumah hunian yang layak bagi jutaan keluarga yang belum memiliki tempat tinggal. Bukan sepetak saja tapi sebuah hunian asri nan indah, lengkap dengan pekarangan dan kebun yang luas. Tempat setiap keluarga bisa bercocok tanam dan menghasilkan sayur-mayur, buah-buahan, dan bahan pangan secara organik.
Rumah mereka memiliki perpustakaan, peralatan musik, lukisan dan apa saja yang dibutuhkan untuk pengembangan diri dan olah batin. Sosialisme ala Yesus tidak hanya menjamin kendaraan pribadi seperti mobil, tetapi juga kapal pesiar untuk tamasya bersama.
Namun sosialisme ala Yesus tak membenarkan kepemilikan pribadi atas sarana publik. Seperti jalan raya, sarana perhubungan, industri besar, dan BUMN yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Untuk itu perlu dibentuk semacam koperasi masyarakat untuk mengaturnya.
Dalam menafsirkan Yesus dan ajaran-Nya Wattles menggunakan metode naratif dan sitz im leben. Hal ini tentu melibatkan subjektifitas penulis. Kendati demikian, buah pena Wattles serta inisiatif Anand Krishna menterjemahkan, mengedit ulang, membubuhkan catatan singkat, dan memberikan latihan meditasi layak diapresiasi. Selamat membaca!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar