Desember 02, 2011

Menjadi Pemenang Sejati

Dimuat di Koran Jakarta, Jumat 2 Desember 2011

http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/77481

13228148431957479745

Judul : Champion Mindset, How to Transform Your Life Fast!

Penulis : Andreas Susetya

Editor : A. Ranggabumi N

Penerbit : Kanisius

Tahun : 1, September 2011

Tebal : 232 halaman

Harga : Rp 40.000

Pembuahan sel telur dan sperma dalam rahim menjadi cikal-bakal terciptanya buah hati. Uniknya, proses ini mirip kompetisi maraton. Pesertanya terdiri 200-400 juta sperma yang disemprotkan saat ejakulasi. Kalau satu sperma diibaratkan seukuran tubuh manusia, maka mereka mesti berlari sejauh 14 km.

Hanya ada satu pemenang, yakni diri kita (hlm 24). Andreas Susetya melihat setiap manusia sebagai pribadi unik. Walau kembar siam sekalipun, tetap majemuk. Sebab, komposisi DNA setiap orang khas. Para ilmuwan mengklasifi kasikan ke dalam beberapa kecenderungan, antara lain: visual (penglihatan jeli), auditory (pendengaran tajam), dan kinesthetic (terampil bergerak).

Secara detail, Andreas mengungkap komposisi otak. Manusia memiliki satu triliun sel di batang otaknya. 100 miliar sel otak aktif dan 900 miliar sel otak pendukung. Selain itu, masih ditambah ratusan miliar neuron alias sambungan antarsel. Ironisnya, menurut para ahli, kemampuan adiluhung otak itu hanya dimanfaatkan dua persen saja.

Bahkan, manusia sekaliber Einstein hanya memakai lima persen kapasitas otak. Padahal otak dapat dilatih untuk memberikan solusi praktis. Sebab, ia menyimpan data-data (hlm 28). Ukuran superkomputer otak manusia setara dengan 50 kali luas lapangan bola, sedangkan tingginya seukuran patung Liberty.

Selain itu, manusia dihadiahi pula intuisi. Kombinasi hardware dan software itu mesti dimanfaatkan untuk mencecap kebahagiaan dan kepenuhan hidup. Semua merupakan anugerah Sang Pencipta. Memaksimalkan potensi tersebut menjadi tugas kita agar dapat berbagi dengan sesama dan segenap titah ciptaan.

Buku ini merupakan inti sari pengalaman dan interaksi penulis dengan banyak orang. Pada 1998, penulis mendapat kesempatan bekerja di hotel bintang lima. Hotel tersebut tergabung dalam salah satu perusahaan papan atas di Indonesia. Pun ia mengikuti banyak pelatihan di dalam dan di luar negeri. Andreas mulai bertanya pada diri sendiri. Walau relatif berkelimpahan secara materi, kenapa masih ada yang kurang.

Mengapa kita diciptakan? Apa sebenarnya makna hidup ini? Apa yang dapat kulakukan untuk membuat hidup lebih berarti? Rentetan pertanyaan itu terus menghantui benaknya. Akhirnya, ia menyadari perlu ada pemilahan waktu menanam dan menuai. Kita tak bisa memanen saat menanam dan juga sebaliknya. Keterampilan membedakan di antara kedua proses tersebut menjauhkan manusia dari rasa frustasi.

Kini ia dikenal sebagai individu yang enerjik dan berwawasan luas. Sifat itu tecermin dalam guratan pena penulis. Sebuah teks memang tak pernah muncul dari ruang hampa. Ia tercipta dari fakta historis kehidupan. Motivasi dasar penulisan buku ini ialah keinginannya berbagi dengan sidang pembaca.

Peresensi adalah T. Nugroho S.Pd, Guru bahasa Inggris di PKBM Angon (Sekolah Alam) Yogyakarta

Tidak ada komentar: