Dimuat di Suara Merdeka, Sabtu/14 September 2013
Kini aktivitas mendongeng jarang
dilakukan oleh para guru. Padahal banyak manfaat dongeng bagi pendidikan
karakter siswa. Selain itu, karena disampaikan lewat balutan cerita
jadi tak terkesan menggurui.
Survei yang dilakukan pada 500 anak
usia 3-8 tahun di Inggris mengungkapkan bahwa hampir 2/3 siswa
menginginkan para gurunya dapat meluangkan waktu membacakan mereka
dongeng sebelum pelajaran.
Menurut psikolog Efrie Indrianie,
M.Psi, anak mulai dapat mengikuti kisah yang disampaikan sejak umur 3,5
tahun. Pada usia tersebut anak sedang menstimulasi pendengaran mereka
sehingga dongeng membantu mereka berpikir lebih baik.
Anak yang dibiasakan mendengar dongeng memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) lebih baik dibanding anak yang tidak. Stimulasi tersebut akan merangsang pembentukan lipatan pada otak anak (girus) yang
berfungsi menyimpan informasi lebih banyak, sehingga mereka bisa jadi
lebih pintar. “Kepintaran yang dimiliki bukan hanya kepandaian secara
kognitif, tapi juga kecerdasan emosional dan sosial,” tandas Efrie.
Beretika
Sebuah penelitian ilmiah juga
menemukan satu fakta menarik. Ternyata siswa yang terbiasa mendengarkan
dongeng memiliki tingkat kecerdasan berbahasa lebih baik dibanding yang
tidak. Kisah-kisah yang disampaikan niscaya membantu anak bertutur kata
dengan sopan dan secara tidak langsung belajar beretika (unggah-ungguh).
Ibarat es krim, dongeng tetap
disukai para siswa. Mereka menikmati cerita yang disampaikan oleh
gurunya. Pesan moral yang disampaikan melalui dongeng dapat memasuki
ruang memori murid secara langsung.
Misalnya jika hendak mengajarkan
pesan kerjasama. Kita bisa menceritakan tentang semut yang
bergotong-royong mengumpulkan makanan.
Awam Prakoso, seorang pendongeng
dari Kampung Dongeng yang piawai menirukan aneka suara binatang berbagi
tips praktis, “Mendongeng itu mudah, ceritanya bisa diambil dari
kejadian sehari-hari atau hal-hal yang menarik di sekitar kita. Yang
paling penting para guru harus pandai mengkreasikan cerita tersebut dan
menyusun alur dongeng dengan hubungan sebab-akibat, sehingga lebih mudah
dicerna oleh siswa.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar