Oktober 16, 2013

Simulasi Belajar Menentukan Prioritas


Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Kamis/17 Oktober 2013


Tujuan utama seorang siswa adalah untuk belajar. Kendati demikian, prioritas tersebut acapkali terabaikan. Apalagi di era modern ini, begitu banyak godaan yang melenakan. Misalnya karena kecanduan bermain game online, gadget, hura-hura, pacaran, jalan-jalan ke mall, dan kondisi keluarga yang broken home.

Dalam keseharian siswa, tugas-tugas sekolah dapat dianalogikan batu-batu besar. Sedangkan, kerikil-kerikil kecil, pasir, atau air melambangkan hal-hal yang mengganggu tercapainya tujuan tersebut. Lantas, lingkungan belajar bisa diibaratkan sebuah teko yang terbuat dari kaca.

Sebuah eksperimen menarik dapat memfasilitasi siswa dalam menyusun daftar prioritas. Selain itu, siswa juga dapat mengindentifikasikan kebiasaan-kebiasaan diri yang kurang mendukung. Sehingga menyebabkan mereka tidak dapat menuntaskan apa yang telah diniatkan di awal dalam kehidupan sehari-hari.

Alangkah lebih mengasyikkan kalau teknik ini tak hanya diceramahkan, tapi juga dipraktikkan di depan kelas. Karena menurut penelitian para ahli, otak manusia dapat mengingat informasi dengan lebih optimal kalau melibatkan beberapa zona syaraf.

Penggabungan suara, gambar atau alat peraga lainnya dapat mengaktifkan beberapa pusat sensorik secara bersamaan sehingga informasi yang disampaikan lebih mudah diingat dan dipahami.  Kenapa? Karena direkam oleh aneka channel dalam beberapa bagian otak.

Pertama, tunjukkan teko dari kaca yang berkapasitas 4 liter dengan mulut teko yang terbuka lebar tanpa penutup. Pelan-pelan masukkan batu besar, satu-persatu ke dalam teko sampai penuh. Karena yang dimasukkan pertama batu-batu besar akan ada rongga antara batu satu dengan batu yang lainnya.

Kedua, guru bisa memasukkan kerikil-kerikil kecil ke dalam teko yang berisi batu besar. Tapi meskipun telah diisi kerikil-kerikil kecil, tentu saja masih ada rongga dalam teko tersebut. Ketiga, tuangkan pasir ke dalam teko, disusul air sehingga kini teko benar-benar penuh.

Kalau urutannya justru dibalik, yakni mulai dengan menuangkan air, pasir, memasukkan kerikil-kerikil kecil, maka batu-batu besar tidak akan bisa tertampung di dalam teko kaca tersebut. Begitu pula dalam proses belajar, siswa perlu mendahulukan tugas-tugas sekolah sebelum melakukan aktivitas-aktivitas sekunder lainnya.

Begitulah cara sederhana untuk belajar menentukan prioritas. Menyitir pendapat Stephen R. Covey, ”Kita harus memutuskan apa yang jadi prioritas tertinggi dan harus memiliki keberanian — dengan senang, tersenyum, dan tidak kompromi — dalam mengatakan “tidak” kepada hal-hal lain. Cara untuk melakukannya adalah memiliki lebih besar “ya” (semangat positif) dalam diri. Sebab musuh dari “yang terbaik” seringkali adalah yang baik.” (T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Privat Bahasa Inggris, Editor dan Penerjemah Lepas)
1381971462425194785

Tidak ada komentar: