November 23, 2013

Memanfaatkan Barang Bekas sebagai Media Belajar

Dimuat di Suara Merdeka, Sabtu/23 November 2013

Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional pernah mengajarkan ihwal konsep 3 N. Yakni Niteni, Niroke, lan Nambahi atau dalam bahasa Indonesia berarti  Mengamati, Meniru, dan Menambahkan.

Filosofi tersebut tetap relevan diterapkan dalam konteks zaman modern. Terlebih saat ancaman pemanasan global (global warming) kian terasa.

Contoh konkretnya dengan membuat kerajinan tangan dari bahan bekas. Sebagai bagian dari praktik 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) alias Kurangi, Pakai Lagi, dan Daur Ulang.

Para guru bisa menunjukkan beberapa produk hasil kerajinan yang terbuat dari barang bekas. Salah satunya berupa tempat pensil/pena dari botol air mineral. Dokumentasi teknis cara pembuatannya dapat diamati, ditiru, dan ditambahi sendiri di http://www.youtube.com/watch?v=ckrBVVevvRA.

Bahan baku proses pembelajaran tersebut sangat mudah diperoleh dari lingkungan sekitar. Mulai dari botol bekas air mineral, kertas, lem, double tape, gunting, dan glitter warna-warni untuk aksesoris tambahan.

Langkah pertama, gunting botol air mineral setinggi tempat pensil yang hendak dibuat. Lalu, lapisi botol air mineral yang sudah dipotong tersebut dengan kertas menggunakan perekat double tape.  

Selanjutnya, latih kreativitas siswa dengan menggambar memakai glitter warna-warni. Sebagai sentuhan akhir, tempelkan alas di dasar botol agar tempat pensil/pena bisa berdiri tegak.

Aktivitas

John Medina, seorang pakar biologi molekuler mengisahkan temuan penting dalam buku Brain Rules (12 Principles for Surviving and Thriving at Work, School, and Home, 2008). Setidaknya ada 12 fakta unik ihwal cara kerja otak manusia. Salah satunya aktivitas/gerakan dapat melejitkan kemampuan inteligensia.

Ternyata otak manusia memang dirancang untuk aktif berjalan kaki. Bahkan bisa sampai mencapai 19 kilometer per hari. Tatkala seseorang bergerak, darah akan terpompa ke otak, mengalirkan oksigen dan glukosa. Intinya, aktivitas dinamis dapat memangkas resiko terkena dementia (penurunan kapasitas otak) sampai 60%.

Itulah kenapa para siswa cenderung merasa bosan duduk diam di dalam kelas. Tanpa aktivitas memadai, O2 yang mengalir ke otak akan berkurang. Sehingga otak menganggapnya sebagai sinyal untuk beristirahat. Alhasil, rasa kantuk mengampiri kalau terlalu lama duduk diam.

Kembali ke topik awal tulisan ini, membuat kerajinan tangan dari barang bekas ialah aktivitas  yang menarik bagi siswa. Selain agar tidak cepat merasa bosan, juga bisa melatih kreativitas, dan membantu bumi mendaur ulang sampah plastik. Khusus untuk kelas Bahasa Inggris, kita pun bisa menggunakan instruksi berbahasa Inggris. Selamat mencoba! (T. Nugroho Angkasa S.Pd, guru privat Bahasa Inggris di Yogyakarta)

Tidak ada komentar: