November 27, 2013

Menjadikan Hidup Lebih Berdampak

Dimuat di Bernas Jogja, Kamis/28 November 2013

Judul: Top Words 2, Kisah Inspiratif dan Sukses Orang-orang Top Indonesia
Penulis: Billy Boen
Penerbit: B-first (PT. Bentang Pustaka)
Cetakan: 1/Juni 2013
Tebal: xii + 200 hlmn
ISBN: 978-602-8864-80-0
Harga: Rp 50.000

Hidup ibarat setangkai mawar, ada keharuman dan duri-duri tajam yang siap menusuk jemari. Terimalah dualitas kehidupan tersebut sebagai keniscayaan. Begitulah petuah bijak dari Anand Krishna.  Tak sekadar beretorika putri promotor musik Adrie Subono sungguh mengalaminya.

Pasca menerbitkan buku Cerita Segelas Kopi Melanie Subono tak hanya menerima pujian tapi juga kritik pedas. Tatkala peluncuran buku tersebut ada orang yang mengatakan di depan publik bahwa bukunya biasa-biasa saja, sama sekali tidak ada yang istimewa. Bagaimana tanggapan penyanyi yang sempat berkolaborasi dengan Slank dalam lagu (Mumpung) Lagi Gampang tersebut?

Melanie hanya tersenyum simpul. Karena kalau tampak biasa-biasa saja memang itulah tujuan penulisan bukunya, yakni untuk mengungkap kesederhanaan. Ia sekadar menyajikan hal-hal sepele yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya tatkala Melanie terjebak kemacetan di Jakarta. Ia melihat ke sebelah kiri dan melihat sebuah mobil mewah. Di dalamnya terdapat alat hiburan lengkap. Sembari menunggu kemacetan pemiliknya bisa menonton televisi dan/atau mendengarkan lagu-lagu favorit. Melanie sempat merasa iri, jengkel, dan ingin mengeluh kepada Tuhan.

Syahdan saat ia melihat ke arah kanan, Melanie melihat ada satu gerobak sampah yang diisi oleh seorang ibu dan anak-anaknya. Sementara sang ayah mendorong gerobak itu dari belakang. Anehnya meskipun basah kuyup dan terguyur hujan lebat, mereka tampak bahagia di dalam gerobak. Alhasil, Melanie batal mengeluh karena merasa keadaannya jauh lebih baik daripada keluarga tersebut (halaman 100).

Melanie juga mengaku pernah dipermalukan oleh seorang pembicara publik. Laki-laki tersebut menyindir Melanie begini, “Perempuan layak disebut perempuan jika bisa masak, melayani suami, dan “bikin anak” Lalu, pembicara publik itu menambahi, “Lihat Melanie, jam segini masih diluar meninggalkan suami, tidak bisa masak, dan juga tidak punya anak. Anda seharusnya tak bisa disebut sebagai perempuan!”

Hebatnya, Melanie tetap tenang menanggapi “serangan” tersebut, “Walau saya tidak dilahirkan menjadi perempuan “seutuhnya” yang bisa masak dan “bikin anak”, saya lebih perempuan dibandingkan perempuan-perempuan yang membuang anaknya yang baru lahir atau bahkan mengaborsi sejak dalam kandungan. Perempuan-perempuan itu tidak mensyukri nikmat, anugerah yang mereka punya, sedangkan di luar sana banyak perempuan lain yang sulit memiliki anak, termasuk saya…” (halaman 103).

Kini selain terus menyanyi dan aktif menulis buku, Melanie juga menjadi penyiar di V Radio. Programnya bertajuk Life is Beautiful. Konsep acara tersebut ialah wahana saling berbagi antarsesama pendengar. Siapapun boleh curhat dan membantu mencari solusi bagi. Ia hendak menyebarkan “virus” bahwa semua perempuan Indonesia itu cantik dan cerdas, tak peduli warna kulitnya putih, kuning, kecoklatan, atau gelap.

Begitulah pengalaman nyata Melanie Subono dalam buku Top Words 2 ini. Masih banyak cerita dari 29 tokoh inspiratif lainnya. Mereka ialah anak-anak negeri yang berprestasi dan mengharumkan nama Ibu Pertiwi. Misalnya Riri Reza (Sutradara Film), Prabu Revolusi (Former Anchor Program “8-11”), Albert Luhur (General Manager Marketing PT Summarecon), dll. Tak heran jika banyak yang menyebut mereka sebagai ikon kreativitas, integritas, dan kegigihan.

Lewat buku setebal 200 halaman ini Billy Boen berhasil menceritakan kisah inspiratif dengan bahasa gaul ala anak muda. Layak dibaca oleh generasi penerus bangsa yang hendak menjadikan hidup lebih impactful. Dalam arti bisa berdampak positif bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.

Selanjutnya, kisah Andy F. Noya, lelaki kelahiran Surabaya, Jawa Timur pada 6 November 1960 silam. Ia tak pernah mengira bisa menjadi host kondang di negeri ini. Dulu ia sempat mengenyam pendidikan STM di Jayapura, Papua. Saat itu, ia berpikir bahwa pekerjaannya paling mentok menjadi kepala sekolah.

Menurutnya, beruntunglah anak-anak muda yang telah menemukan passion sejak masih belia. Sebab banyak mahasiswa yang sampai akhir kuliah menggarap skripsi masih bingung apa yang harus diraih. Tentu saja setiap orang tua ingin anaknya bahagia. Kalau anaknya sendiri tak yakin dengan pilihan jalan hidupnya maka orang tua justru mendikte hidup kita. Pada akhirnya hanya berujung pada penyesalan diri.

Sebaliknya, kalau sejak awal kita tahu apa yang kita sukai. Lalu, kita kerjakan dengan tekun dan sungguh-sungguh. Alhasil, setiap aktivitas pekerjaan dalam keseharian terasa seperti sebuah rekreasi saja. Itulah yang Andy F. Noya rasakan. Sejak kelas 4 SD, salah satu gurunya telah melihat kemampuan menulis dan melukisnya yang di atas rata-rata. Baginya, menulis selama 10 jam hanya terasa 2 jam (halaman 25).

Kendati demikian, secara rendah hati Andy F. Noya menyadari bahwa kesuksesannya sekarang tak lepas dukungan banyak pihak. Antara lain Rahman Toleng, Amir Daud, Fikri Jufri, dan Surya Paloh. Lewat buku ini, Andy berpesan kepada generasi muda Indonesia, “Banyak anak muda yang terjebak bahwa berkarier itu hanya bekerja sebagai karyawan di perusahaan yang mapan. Saya mengenal berbagai anak muda yang berpikir berbeda. Sejak kuliah sudah merintis usaha, bahkan ijasahnya pun tidak digunakan karena tidak berkaitan dengan usahnaya. Saya lebih suka anak-anak muda yang out of the box. Ciptakan usahamu sendiri, masa depanmu sendiri, pelajari kesuksesan dari orang-orang sukses, dan kesuksesanmu tinggal menunggu waktu saja.”(halaman 27). (T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Privat Bahasa Inggris di Yogyakarta)

13856031141841638302

Tidak ada komentar: