November 23, 2013

Potret Kerukunan Umat Beriman di Cilacap, Mau Naik Haji Pun Minta Doa Restu Romo Carolus OMI


1384996717386949261
Narasumber dan Tamu Undangan Berfoto Bersama

Dimuat di TARGETABLOID, Selasa/19 November 2013

Cilacap,Targetabloid-Jumat (15/11/2013) cuaca kota Cilacap cerah. Pasca semalaman diguyur hujan, matahari pagi tersenyum ramah. Ratusan peserta dan tamu undangan telah memadati lantai II Aula SMA Yos Sudarso di Jl. Ahmad Yani No.54 sejak pukul 08.00 WIB. Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS) mengadakan acara peluncuran buku “Mafia Irlandia di Kampung Laut,  Jejak-jejak Kemanusiaan Romo Carolus OMI Memperjuangkan Kemanusiaan” karya Anjar Anastasia dkk.

Sebagai narasumber hadir Romo Carolus OMI selaku tuan rumah, Anastasia Anjar mewakili tim penulis buku dari Bandung, dan Nugroho Angkasa dari Yogyakarta sebagai peresensi buku di media massa. Stephanus Mulyadi, koordinator pelayanan bidang pendidikan YSBS bertindak sebagai moderator diskusi.

Tampak pula para tamu undangan, antara lain Wakil Bupati Cilacap, Akhmad Edi Susanto; Anggota DPRD Cilacap, Parsiyan; Ketua FKUB (Forum Kerukunan Umat Beriman) Cilacap, Taufick Hidayatulloh; Panglima Laskar FPI (Front Pembela Islam) Cilacap, Ustadz Suryo Haryanto; perwakilan warga Kampung Laut, Taryono; para dosen dan mahasiswa di AMN (Akademi Maritim Nusantara), para guru, siswa-siswi Jeruklegi, Pius, Yos Sudarso; dan lain-lain.

Menurut Anjar Anastasia menulis karya sosial kemanusiaan Romo Carolus OMI di Kampung Laut menyajikan tantangan tersendiri. “Sebab buku ini masuk kategori non fiksi, padahal biasanya saya menulis fiksi,” ujarnya. Kendati demikian, ia berpegang pada motonya dalam menulis, yakni menulis ialah berbagi hidup.

Saat ditanya oleh Suksma, salah satu siswa peserta diskusi, apakah ada kendala dalam proses penulisan buku “Mafia Irlandia di Kampung Laut,  Jejak-jejak Kemanusiaan Romo Carolus OMI Memperjuangkan Kemanusiaan” terbitan Gramedia Pustaka Utama ini, penulis kelahiran Bandar Lampung tersebut menjawab ada, yakni terkait jarak. “Saya berdomisili di Bandung sedangkan Romo Carolus tinggal di Cilacap. Puji Tuhan, syukurlah saya dibantu juga oleh tim penulis lainnya, yakni Mira dan Peter. Selain itu, saya sangat terbantu dengan materi, cerita, dan data-data yang diberikan oleh Romo Carolus dan YSBS,” imbuhnya.

Selanjutnya, Nugroho Angkasa, peresensi buku dari Yogyakarta mengatakan bahwa kekuatan buku  “Mafia Irlandia di Kampung Laut” terletak pada aspek human interest yang dikemas dengan bahasa sederhana. “Menyelami dokumentasi karya sosial peraih Maarif Award 2012 tersebut mengajak sidang pembaca untuk berefleksi. Nilai-nilai keutamaan yang terkandung di dalam buku setebal 180 halaman ini niscaya menyentil nurani kemanusiaan,“ ujarnya.

“Misalnya pasca ditasbihkan menjadi Imam dari ordo OMI (Oblat Maria Imaculata) di Biltown, Irlandia, Romo Carolus ingin ditempatkan di Brazil. Karena di negara benua Amerika Latin tersebut masih banyak kemiskinan. Beliau bertekad meringankan penderitaan kaum papa dengan apa yang ada di dalam dirinya. Tapi keputusan dari atasan menentukan lain, Romo Carolus justru ditempatkan di benua Australia untuk memperkuat Provinsi OMI di sana. Perasaan kecewa pastinya timbul dalam hati, tapi Romo Carolus taat dan meyakini itu sebagai bagian dari rencana Tuhan.”

Menurut Nugroho, awal perantauan Romo Carolus pada tahun 1971 sungguh unik. Sebab beliau tahu kalau biaya perjalanan dari Dublin ke Australia menyeberangi lautan luas dengan menaiki kapal sangat mahal. Ongkosnya mencapai Rp1.000.000 saat itu. Daripada pihak biara OMI harus mengeluarkan uang sebesar itu, Romo Carolus mendaftarkan diri sebagai imigran. Jadi beliau hanya perlu membayar Rp30.000. Sisa uang tersebut dapat dipakai untuk pelayanan sosial lainnya (halaman 133).

Selanjutnya, Romo Carolus OMI memaparkan alasan kenapa sampai saat ini tidak memiliki barang elektronik seperti laptop, HP, dll. Pria kelahiran 8 April 1943 tersebut berkelakar begini, “Saya tak memiliki laptop agar tidak membuka situs porno.” Jawaban tersebut sontak dijawab dengan tepuk tangan dan tawa riuh hadirin. Romo Antonius Rajabana OMI pun pernah menulis di bagian kata pengantar buku “Mafia Irlandia di Kampung Laut.” Intinya, Romo Carolus memang memiliki sense of humor yang tinggi.

Secara lebih mendalam, Romo Carolus mengatakan, “Dengan memainkan alat elektronik tersebut di depan orang yang saya jumpai berarti saya menomorduakan orang yang hadir di depan kita. “Padahal bisa jadi orang yang datang tersebut membutuhkan pertolongan yang mendesak,” imbuhnya.

Sebagai pastor OMI, beliau mengaku mengidolakan Yesus atau Nabi Isa. Romo Carolus hendak menjadi saksi Kristus di dunia dengan mengasihi semua orang. Bahkan, beliau juga menceritakan pengalamannya diundang KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) beberapa waktu lalu di Jakarta untuk memberikan ceramah tentang etika dan spiritualitas. Di hadapan Abraham Samad dkk, Romo Carolus menganjurkan agar tidak membenci para koruptor karena pencuri uang rakyat tersebut pasti tak bahagia. “Jadi sebenarnya mereka harus dikasihani. Tapi tentu saja proses melalui jalur hukum tetap harus dilaksanakan,” ujarnya.

Pada sesi kedua, dari floor, Taufick Hidayatulloh selaku Ketua (Forum Kerukunan Umat Beriman) Cilacap sangat mengapresiasi terbitnya buku ini. “Mafia Irlandia di Kampung Laut” bisa  menginspirasi para tokoh agama untuk menjalin kerukunan umat beriman di Cilacap dan juga di seluruh Indonesia. Ia lalu mengutip kata-kata Romo Carolus OMI di halaman 84, “Saya dari dulu tidak mau membedakan agama. Saya percaya semua orang masuk surga. Tanpa pengecualian. Allah mengasihi tanpa batas, tanpa syarat. Tidak membeda-bedakan orang.”

Ustadz Suryo Haryanto, Panglima Laskar FPI Kabupaten Cilacap mengisahkan pengalamannya mengawal Romo Carolus ke Sidareja. Karena aksinya tersebut, ia sempat dipanggil ke kantor FPI Pusat di Jakarta. Ia lalu mengatakan kepada Habib Rizieq Shihab bahwa karya Romo Carolus OMI tidak ada unsur Kristenisasi, intensinya murni untuk kegiatan sosial.

Taryono selaku perwakilan dari masyarakat Kampung Laut juga turut urun rembug ( partisipasi -Red ). Karya kemanusiaan di kampung halamanannya sangat bermanfat. Mulai dari pelayanan di bidang pendidikan dan kesehatan, pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, bendungan, reklamasi, peternakan, pertanian, aksi tanggap darurat bencana, pelestarian lingkungan hidup, dll. “Saya adalah salah satu warga asli yang sudah naik haji. Sebelum berangkat saya pamitan dan mohon doa restu dari Romo Carolus,” ujar pria berkumis tebal tersebut .( Red )

Reporter: Nugroho Angkasa
Fotografer: Anjar Anastasia dkk

Tidak ada komentar: