Dimuat di TARGETABLOID.COM, Jumat/29 November 2013


Tepat
pukul 21.00 WIB acara dimulai. Kiai Muzammil memaparkan harapannya
atas acara kolaborasi Salawat Padang Bulan ini. Yakni agar manusia,
makhluk yang bukan manusia, pasir, ombak, alam, laut pantai selatan
bisa bersalawat bersama kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW sebagai bukti
kebesaran Allah SWT.
“Selama ini pantai Parangtritis
merupakan primadona tujuan wisata. Pendapatan terbesar Kabupaten Bantul
berasal dari di sini. Tapi manusia selalu meminta dari alam dan
mengambil manfaatnya saja. Oleh sebab itu, saatnya kita membalas
kebaikan alam dengan bersalawat bersama,” ujar Kiai Muzammil dengan
dialek Madura yang khas.

Menurutnya, Cak Nun
merupakan titik temu antara kaum abangan dan kaum mutihan. “Ilmunya Cak
Nun adalah ilmu hakikat, bahasanya ialah bahasa budaya dan sosial,
bukan syariah. Walau kita memahami Islam dari berbagai sisi, toh kita
semua sama-sama hamba Allah SWT,” ujar Kiai Muzammil sambil
mempersilakan Cak Nun untuk berbagi cerita.

“Di
dekat pantai Parangtristis ini dulu juga ada keturunan Raja Brawijaya V
dari Majapahit, namanya Syekh Belabelu. Sekarang makamnya ada di atas
perbukitan sana. Beliau itu yang menyebarkan Islam di pantai utara
Jawa,” imbuhnya lagi.
Cak Nun juga memaparkan kenapa Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat berdekatan dengan Masjid Agung Kauman dan Pasar Beringharjo. Yakni agar manusia memerhatikan hal-hal yang rohani dan duniawi. “Nak bojomu ra iso tuku beras ojo wiridan wae, iso-iso dipathok mertuo, kowe yo kudu bakulan neng pasar (kalau istrimu tak bisa membeli beras jangan hanya berdoa, bisa-bisa dimarahi mertua, jadi kamu ya harus bekerja - terjemahan bebas reporter),” ujar Cak Nun dengan bahasa Jawa ngoko yang merakyat.

Andaikan
dunia mengusir aku dari dunia / Tak akan aku merintih dan menangis /
Ketidakadilan yang ditimpakan oleh manusia / Bukan alasan untuk
membalasnya…

Pada
akhir acara Habib Husein Assegaf memimpin doa bersama. Para hadirin
yang semula duduk lesehan di tepi pantai serempak berdiri. Di depan
panggung juga tersedia aneka tumpeng sebagai ucapan syukur kepada Allah
SWT. Selepas tengah malam, pasca acara tumpeng-tumpeng tersebut
dibagikan kepada seluruh peserta yang hadir untuk dibawa pulang ke rumah
masing-masing.( Red )
Editor dan Foto : Nugroho A-Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar