Mei 02, 2012

Memperhatikan yang Kecil agar Menjadi Hebat

Resensi Buku ini dimuat di Rubrik Perada Koran Jakarta, Kamis/3 Mei 2012
Sumber: http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/89998
1336014480147070382
“Cinta bisa berbicara meskipun mulut tertutup.” ( halaman 44).

Apa manfaat sebutir kacang tanah? Sekilas tampak tiada berarti. Namun, ternyata, hanya dari kulitnya, kacang dapat diracik menjadi plastik, cat, minyak, dan aneka produk lain. Sebelumnya, George Washington Carver harus meneliti anasir pembentuk kacang itu di laboratorium. Ia menemukan ratusan elemen alami dalam benih dan kulit kacang. Tokoh ini menjadi pelopor revolusi agraria di Amerika dengan penemuannya tersebut (halaman 139).

Begitulah salah satu kisah reflektif yang termaktub dalam buku ini. Sidik Nugroho menyampaikan satu fakta unik. Sesuatu yang sekilas dipandang sebelah mata bisa menjadi luar biasa. Guru SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo tersebut mengutip wejangan gitaris favoritnya, Eric Johnson, “The smallest thing makes the hugest difference.” Terjemahan bebasnya, “Kesederhanaan menyimpan potensi menakjubkan.”

Buku 366 Reflections of Life memuat pengalaman pribadi penulis. Saat itu, Sidik akan memberi kado ulang tahun ke-57 untuk ayahnya. Ia mencari buku rohani di sebuah toko buku. Setelah menemukan yang dirasa sesuai, Sidik membeli kertas kado. Tapi, dia justru memilih pembungkus yang paling murah, tanpa memperhatikan motifnya.

Sesampai di rumah, dia baru menyadari bahwa kertas kado tersebut bergambar para tokoh Meteor Garden seperti Ming Tse. Untung, dia masih menyimpan beberapa kertas kado di kamar. Ia dulu membeli untuk wanita idaman yang ingin direbut hatinya. Saat itu, Sidik begitu teliti memilih motif dan warnanya agar pas.

Bagi seseorang yang telah membesarkan dengan keringat dan kerja keras, Sidik merasa lupa mempersembahkan yang terbaik. Ini memang terlihat sepele, hanya masalah kertas kado. Namun, lewat kisah di atas, Sidik Nugroho mengingatkan diri sendiri bahwa momen penting-ulang tahun seorang bapak-sepantasnya disikapi dengan lebih cermat. Sebagai bentuk apresiasi kepadanya (halaman 198).

Sebagai seorang pendidik, Sidik banyak berinteraksi dengan para murid di kelas. Keseharian pembelajaran itu menjadi sumber inspirasinya. Ia bersepakat dengan pendapat seorang teman. “Menjadi guru anak-anak kecil membuat tidak stres karena melihat kepolosan dan kelucuan apa adanya, tidak dibuat-buat.” Tan Malaka pernah mengucapkan bahwa mendidik anak usia dini adalah pekerjaan paling mulia.

Suatu hari, saat mengajar, Sidik berjanji memberi beberapa bungkus cokelat untuk para murid yang menghargai temannya yang bernyanyi di depan. Inisiatif ini dipilih karena mereka kerap gaduh setiap ada teman yang maju. Hasilnya, kelas yang biasanya seperti pasar tumpah mendadak sunyi. Akhirnya, semua siswa makan cokelat bersama-sama (halaman 111).

Dalam pandangannya, ancaman, sanksi, atau hukuman tidak efektif untuk menanamkan perilaku baik pada diri anak. Para guru dan orang tua menghukum karena lelah menghadapi “keliaran” anak. Padahal, bila mereka mau sedikit kreatif, metode pemberian hadiah dan pujian justru lebih ampuh. Ini senada dengan ungkapan, “Nilai suatu pemberian harus dilihat maksudnya, bukan harga atau kemewahannya.”

Buku ini juga mengungkap pentingnya keluasan suatu visi. Analoginya menarik sekali. Jangan saklek menjawab pertanyaan karena harus dapat menjelaskan lebih menarik.

Sidik mengutip pendapat P Korter, “Visi adalah gambaran realitas akan masa depan yang logis dan menarik.” Tingkat kelogisan dan keunikan sebuah visi berbanding lurus dengan keterlibatan banyak orang dalam mewujudkannya (halaman 175). Seseorang yang piawai menjelaskan hal-hal menarik dalam suatu perjalan, misalnya, dari Yogyakarta-Jakarta, dia berpotensi menjadi pemandu wisata jempolan.

Buku setebal 384 halaman ini memang lebih bernuansa rohani. Pembaca perlu meluangkan waktu sejenak di tengah rutinitas hidup, misalnya, pagi hari, setelah jeda makan siang, ataupun malam hari menjelang tidur. Dalam kata pengantar, Sidik Nugroho mengakui mayoritas renungan ini lahir justru ketika dia tak berencana untuk menulis. Ia sekadar ingin berbagi hasil pengamatan, pendengaran, pembacaan, tontonan, dan perasaan.

Diresensi Nugroho Angkasa, guru bahasa Inggris di PKBM Angon (sekolah alam), tinggal di Yogyakarta

Judul : 366 Reflections of Life, Kisah-kisah Kehidupan yang Meneduhkan Hati
Penulis : Sidik Nugroho
Editor : Leo Paramadita G
Penerbit : Bhuana Ilmu Populer (BIP)
Cetakan : 1/Februari 2012
Tebal : x 384 halaman
ISBN : 979-978-074-893-0
Harga : Rp54.000

 

Tidak ada komentar: