Memperhatikan yang Kecil agar Menjadi Hebat
Resensi Buku ini dimuat di Rubrik Perada Koran Jakarta, Kamis/3 Mei 2012
Sumber: http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/89998
“Cinta bisa berbicara meskipun mulut tertutup.” ( halaman 44).
Apa manfaat sebutir kacang tanah?
Sekilas tampak tiada berarti. Namun, ternyata, hanya dari kulitnya,
kacang dapat diracik menjadi plastik, cat, minyak, dan aneka produk
lain. Sebelumnya, George Washington Carver harus meneliti anasir
pembentuk kacang itu di laboratorium. Ia menemukan ratusan elemen alami
dalam benih dan kulit kacang. Tokoh ini menjadi pelopor revolusi
agraria di Amerika dengan penemuannya tersebut (halaman 139).
Begitulah salah satu kisah reflektif
yang termaktub dalam buku ini. Sidik Nugroho menyampaikan satu fakta
unik. Sesuatu yang sekilas dipandang sebelah mata bisa menjadi luar
biasa. Guru SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo tersebut mengutip wejangan
gitaris favoritnya, Eric Johnson, “The smallest thing makes the hugest
difference.” Terjemahan bebasnya, “Kesederhanaan menyimpan potensi
menakjubkan.”
Buku 366 Reflections of Life memuat
pengalaman pribadi penulis. Saat itu, Sidik akan memberi kado ulang
tahun ke-57 untuk ayahnya. Ia mencari buku rohani di sebuah toko buku.
Setelah menemukan yang dirasa sesuai, Sidik membeli kertas kado. Tapi,
dia justru memilih pembungkus yang paling murah, tanpa memperhatikan
motifnya.
Sesampai di rumah, dia baru menyadari
bahwa kertas kado tersebut bergambar para tokoh Meteor Garden seperti
Ming Tse. Untung, dia masih menyimpan beberapa kertas kado di kamar. Ia
dulu membeli untuk wanita idaman yang ingin direbut hatinya. Saat itu,
Sidik begitu teliti memilih motif dan warnanya agar pas.
Bagi seseorang yang telah membesarkan
dengan keringat dan kerja keras, Sidik merasa lupa mempersembahkan yang
terbaik. Ini memang terlihat sepele, hanya masalah kertas kado. Namun,
lewat kisah di atas, Sidik Nugroho mengingatkan diri sendiri bahwa
momen penting-ulang tahun seorang bapak-sepantasnya disikapi dengan
lebih cermat. Sebagai bentuk apresiasi kepadanya (halaman 198).
Sebagai seorang pendidik, Sidik banyak
berinteraksi dengan para murid di kelas. Keseharian pembelajaran itu
menjadi sumber inspirasinya. Ia bersepakat dengan pendapat seorang
teman. “Menjadi guru anak-anak kecil membuat tidak stres karena melihat
kepolosan dan kelucuan apa adanya, tidak dibuat-buat.” Tan Malaka
pernah mengucapkan bahwa mendidik anak usia dini adalah pekerjaan paling
mulia.
Suatu hari, saat mengajar, Sidik
berjanji memberi beberapa bungkus cokelat untuk para murid yang
menghargai temannya yang bernyanyi di depan. Inisiatif ini dipilih
karena mereka kerap gaduh setiap ada teman yang maju. Hasilnya, kelas
yang biasanya seperti pasar tumpah mendadak sunyi. Akhirnya, semua
siswa makan cokelat bersama-sama (halaman 111).
Dalam pandangannya, ancaman, sanksi,
atau hukuman tidak efektif untuk menanamkan perilaku baik pada diri
anak. Para guru dan orang tua menghukum karena lelah menghadapi
“keliaran” anak. Padahal, bila mereka mau sedikit kreatif, metode
pemberian hadiah dan pujian justru lebih ampuh. Ini senada dengan
ungkapan, “Nilai suatu pemberian harus dilihat maksudnya, bukan harga
atau kemewahannya.”
Buku ini juga mengungkap pentingnya
keluasan suatu visi. Analoginya menarik sekali. Jangan saklek menjawab
pertanyaan karena harus dapat menjelaskan lebih menarik.
Sidik mengutip pendapat P Korter, “Visi
adalah gambaran realitas akan masa depan yang logis dan menarik.”
Tingkat kelogisan dan keunikan sebuah visi berbanding lurus dengan
keterlibatan banyak orang dalam mewujudkannya (halaman 175). Seseorang
yang piawai menjelaskan hal-hal menarik dalam suatu perjalan, misalnya,
dari Yogyakarta-Jakarta, dia berpotensi menjadi pemandu wisata
jempolan.
Buku setebal 384 halaman ini memang
lebih bernuansa rohani. Pembaca perlu meluangkan waktu sejenak di
tengah rutinitas hidup, misalnya, pagi hari, setelah jeda makan siang,
ataupun malam hari menjelang tidur. Dalam kata pengantar, Sidik
Nugroho mengakui mayoritas renungan ini lahir justru ketika dia tak
berencana untuk menulis. Ia sekadar ingin berbagi hasil pengamatan,
pendengaran, pembacaan, tontonan, dan perasaan.
Diresensi Nugroho Angkasa, guru bahasa Inggris di PKBM Angon (sekolah alam), tinggal di Yogyakarta
Judul : 366 Reflections of Life, Kisah-kisah Kehidupan yang Meneduhkan Hati
Penulis : Sidik Nugroho
Editor : Leo Paramadita G
Penerbit : Bhuana Ilmu Populer (BIP)
Cetakan : 1/Februari 2012
Tebal : x 384 halaman
ISBN : 979-978-074-893-0
Harga : Rp54.000
Penulis : Sidik Nugroho
Editor : Leo Paramadita G
Penerbit : Bhuana Ilmu Populer (BIP)
Cetakan : 1/Februari 2012
Tebal : x 384 halaman
ISBN : 979-978-074-893-0
Harga : Rp54.000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar