Juni 26, 2012

Ajakan Sosial yang Melampaui Kata


Dimuat di RimaNEWS, Mon, 25/06/2012
http://www.rimanews.com/read/20120625/67124/ajakan-sosial-yang-melampaui-kata
“Saya menulis kisah ini live (langsung) di atas bukit. Siang itu, matahari bersinar terik. Keringat saya deras bercucuran. Saat itu, saya setengah putus asa. Saya ingin berteriak sekeras-kerasnya. Saya lelah berjalan dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari air bersih. Sehingga bisa diminum anggota keluarga (hlm 112)”.

Erwin Puspaningtyas Irjayanti mengetiknya dengan ponsel. Sinyal telepon seluler hanya ditemukan di titik (spot) tertentu. Biasanya di puncak sebuah bukit. Ia menamai lokasi tersebut “Bukit Harapan”. Sang Guru selalu ditemani 3 murid. Mereka berlari sejauh 45 km dengan mengacung-acungkan bambu runcing. Yakni, untuk menghalau gerombolan babi hutan.

Tatkala Wiwin - begitu nama panggilan alumni Fakultas Kehutanan (FH) Institut Pertanian Bogor (IPB)  - memutuskan menjadi Pengajar Muda, ia sedang menempuh masa percobaan kerja sebagai Area Sales Manager di bank swasta terkemuka. Selain itu, dara manis ini dikenal sebagai penulis novel. Ia memiliki nama pena Waheeda El Humayra. Salah satu novelnya yang berjudul Hot Chocolate Love dicetak oleh Penerbit Malaysia. Wiwin memang hobi menulis. Pun acap kali memenangi aneka lomba.

Dalam buku “Indonesia Mengajar” ini ia turut berbagi kisah. Pada kali pertama memasuki ruang kelas SDN No. 25 Inpres Apoang di Passau, Kecamatan Sendana, Majene, Sulawesi Barat, murid-muridnya "asyik" bersembunyi di kolong meja. Kenapa? karena mereka begitu pemalu. Sebagian besar tak bisa berbahasa Indonesia. Bahkan mereka tak tahu kalau Jakarta merupakan ibukota Indonesia. Yang mereka tahu hanya Somba, dusun kecil di kaki bukit (halaman 3).

Menurut observasi singkat Wiwin, perhatian masyarakat terhadap dunia pendidikan memang relatif rendah. Selama ini, mereka tinggal di rumah-rumah panggung. Pendapatan penduduk rata-rata Rp150.000-Rp200.000 per bulan. Para guru di sana sering kali tidak masuk kelas. Sehingga meski notabene tercatat sebagai wali kelas V,  pada praksisnya Wiwin harus mengajar dari kelas I sampai VI. Total muridnya ada 28 orang.

Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) terinspirasi oleh janji kemerdekaan. Yakni, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Sebanyak 51 kaum muda terseleksi dari 1.383 pendaftar menjadi guru selama setahun (10 November 2010-10 November 2011) di daerah pedalaman. Buku ini terdiri atas 4 bab: Anak-anak Didik Pengajar Muda, Memupuk Optimisme, Belajar Rendah Hati, dan Ketulusan itu Menular. Isinya memuat 62 kisah inpiratif para Pengajar Muda.

Arief Rahman, seorang pengamat pendidikan kenamaan berpesan sebelum mereka diterjunkan ke lokasi masing-masing. Selama setahun mengajar jangan (pernah) jatuh cinta. Namun baru seminggu Ayu Kartika Dewi di titik penempatan, ia sudah dimabuk kasmaran. Sosok yang membuatnya tak bisa tidur ialah Lusiman alias Iman. Salah satu murid di kelas 6 SD di Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Alumni Fakultas Ekonomi (FE) Jurusan Managemen Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tersebut jatuh cinta pada kecerdasan Iman. Ayu melaporkan  bahwa Iman sering menghilang bila ia mengajar dengan cara konvensional. Tapi begitu ia bercerita tentang apa saja - dari dongeng antah berantah sampai konstelasi tata surya - Iman langsung duduk takzim dan memasang telinga dengan sorot mata berbinar.

Suatu ketika Ayu mengajar ihwal perputaran setiap planet. Sampailah mereka pada masa rotasi Jupiter. Lamanya 90 hari waktu Bumi. Imam menyeletuk begini, “Wah bisa mati kalau kita puasa di Jupiter ya Bu?” Betapa menakjubkan daya nalarnya. Ia mampu mengambil kesimpulan secara cerdas.

Iman juga sosok melankolis. Ia pernah menulis sebuah puisi. Lantas, Ayu menyimpannya di ponsel. Setiap kali perlu suntikan semangat baru, ia membacanya, "Bu…/Engkaulah yang memberi aku ilmu/ Untuk aku, juga teman-temanku/ Aku sangat bangga padamu/ Aku dan regu kami di sekolah senang melihat Ibu/ Di sekolahku ini ada seorang ibu di kelas enam/ Ia sangat baik hati/ Kalau aku juga ingin seperti guruku/ Oleh ibuku membuat aku pintar/ Lalu, aku punya ibu bernama Ibu? Ayu…" Ternyata huruf depan setiap penggalan puisi di atas membentuk kata BELAJAR DI SEKOLA (tanpa huruh H).

Menurut Ayu, bila ia hanya boleh mengajar di satu sekolah, ia ingin mengajar di sekolah tempat Iman belajar. Bila ia hanya boleh mengajar di satu kelas, ia ingin mengajar di kelas tempat Iman belajar. Dan, bila ia hanya boleh mengajar satu anak, ia ingin mengajar Iman (halaman 12).

"Indonesia Mengajar" merupakan kompilasi dari materi blog. Isinya bukan teori semata tapi berdasarkan pengalaman nyata. Para pengajar muda terlibat aktif mencerdaskan kehidupan bangsa. Menyitir pendapat presenter cantik Najwa Shihab, “Buku ini membuat kita tersenyum, terharu, dan berdecak kagum. Sungguh sebuah ajakan sosial dengan contoh cemerlang yang melampaui kata-kata.” Selamat membaca!
______________________________
Peresensi: T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru bahasa Inggris di PKBM Angon dan Ektrakurikuler English Club di SMP Kanisius Sleman, Yogyakarta

Judul: Indonesia Mengajar, Kisah para Pengajar Muda di Pelosok Negeri
Penulis Bersama: 51 Pengajar Muda
Pengantar: Anies Baswedan dan M. Arsjad Rasjid P.M
Penerbit: Bentang Pustaka Yogyakarta
Cetakan: IV, Maret 2012
Tebal: xviii + 322 halaman
ISBN: 978-602-8811-57-6

Tidak ada komentar: