Lima Detik Mengubah Cara Pandang terhadap Hidup
Dimuat di Koran Jakarta, Sabtu/9 Juni 2012
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/92939
Sejatinya,
kemampuan bersyukur merupakan mukjizat karena membantu manusia
melarutkan kecemasan, mengubah sikap negatif menjadi positif, dan
energi yang menghubungkan manusia dengan Tuhan (hlm 61).
Begitulah
tiga pesan kunci dalam buku ini. Neale Donald Walsch mengajak pembaca
bereksperimen dalam keseharian ziarah hidup. Tatkala berhadapan dengan
hasil atau pengalaman tak mengenakkan, berhentilah! Apa pun yang
sedang dikerjakan, kapan pun dan di mana pun, rehatlah sejenak.
Setelah
itu, duduk santai, pejamkan mata, dan ucapkan dalam hati, "Terima
kasih Tuhan." Ambil napas dalam-dalam sampai rongga perut mengembang
dan ulangi sekali lagi, "Terima kasih atas segala anugerah dan karunia
yang senantiasa Engkau limpahkan kepadaku."
Seketika itu
pula, rasa syukur menggantikan kecenderungan menghakimi dan berkeluh
kesah. Alhasil, kedamaian menyebar ke seluruh raga, kelembutan
melingkupi jiwa, dan kebijaksanaan mengisi benak (mind). Dalam konteks
ini, hanya butuh lima detik untuk mengubah cara pandang terhadap
kehidupan.
Buku ini terdiri atas 28 bab, antara lain,
"Anda Sedang Menyaksikan Sebuah Mekanisme yang Luar Biasa", "Pertanyaan
Terpenting yang Pernah Ditanyakan", "Pilihan Sadar Vs Pilihan Tak
Sadar" , dan "Kebebasan yang Anda Miliki adalah Anugerah Tuhan yang
Terbesar." Happier than God merupakan karya terbaru Neale Donald
Walsch. Sebelumnya, ia menulis buku Conversation with God yang sudah
diterjemahkan ke dalam 37 bahasa.
Ada resep praktis untuk
bahagia. Bernyanyilah di kamar mandi setiap pagi. Rumusan Walsh itu
masuk akal karena manusia tidak bisa bernyanyi dengan watak yang buruk
dan orang tak bisa menyembunyikan watak buruk ketika sedang bernyanyi.
(hlm 219).
Happier than God mengungkap pula hukum
universal yang berlaku di alam semesta, hukum kebalikan. Tatkala
manusia memilih hasil, objek, atau pengalaman tertentu, kebalikan dari
sesuatu yang dipilih itu niscaya muncul pertama kali dalam kehidupan
dengan beragam cara (hlm 67). Menurut Walsch, alasan yang mendasari
manifestasi tersebut karena kehidupan tak bisa dialami dalam ruang
kosong. Ia mensyaratkan sebuah konteks untuk memperkaya kehidupan.
Ironisnya,
belum banyak orang memahami mekanisme kerja ini sehingga tak
mengherankan jika manusia mudah berputus asa tatkala menghadapi suatu
tantangan. Padahal, sejatinya, saat itu alam semesta sedang bersiap
menganugerahkan segala sesuatu yang mereka butuhkan dalam hidup ini.
Pada
hakikatnya, sesuatu yang berkebalikan dengan yang diharapkan merupakan
sinyalemen bahwa manusia berada di jalur tepat. Ia sedang mengarah ke
tujuan yang memuliakan. Analoginya sederhana. Ibarat menghantamkan
kepala ke tembok, padahal sebenarnya tamu sedang berada di depan pintu
masuk.
Itulah kenapa para bijak mengajarkan untuk tidak
menolak kejahatan. Jangan melawan, berkawanlah! Namun, bukan berarti
manusia harus berdiam diri menyaksikan ketidakadilan merajarela. Buku
ini juga memuat kritik keras terhadap pemuja paham pikiran positif yang
notabene cenderung memfokuskan diri untuk memperoleh uang, mobil, dan
rumah mewah (saja).
"Bagian yang sangat menjengkelkan
dari kecenderungan ini ialah pendapat yang mengatakan bahwa orang-orang
yang sengsara dalam kehidupannya akibat perbuatan mereka sendiri.
Korban perkosaan di Darfur tidak minta diperkosa. Warga Afrika tidak
meminta kelaparan. Pendapat bahwa kesalahan cara berpikir merekalah
yang menjadi penyebab kesengsaraan itu sungguh memuakkan" (hlm 47).
Buku
setebal 241 halaman ini niscaya memberi pencerahan budi. Ternyata
penderitaan masyarakat tertentu disebabkan pula oleh kesadaran kolektif
masyarakat lain yang tidak menderita sebab banyak orang yang tak
menderita membiarkan penderitaan sesama terus berlanjut alias bersikap
cuek. Walsch berpendapat, "Saya percaya bahwa seharusnya manusia
menggunakan pikiran positif untuk menemukan makna keberadaan ini, yakni
untuk memperkaya kehidupan spiritual dan berbagi dengan sesama."
Selamat membaca!
Diresensi Nugroho Angkasa, tinggal di Sleman
Judul : Happier than God, Mengubah Kehidupan Biasa Menjadi Luar Biasa
Penulis : Neale Donald Walsch
Penerbit : Bhuana Ilmu Populer
Cetakan : 1/ Mei 2012
Tebal : x 241 halaman
ISBN : 978-979-074-776-0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar