Membongkar Mitos Angka 13
Dimuat di RIMANEWS, Senin/4 Juni 2012
http://www.rimanews.com/read/20120604/64744/membongkar-mitos-angka-13
Selama
ini angka 13 ibarat hantu nan menakutkan. Pun bahasa Indonesia
mengadopsinya dalam frase "celaka tiga belas". Bahkan pernah ada serial
film horor berjudul, "Friday the13." Padahal menurut penulis buku ini,
semua itu sekadar asumsi. Yang pertama menganggap angka tersebut jelek
ialah para penjajah. Semacam mitos pembawa sial yang notabene membuat
bangsa ini dieksploitasi selama 350 tahun lebih.
"13 Kiat Hidup Sukses" menyajikan pemahaman baru ihwal hakikat sukses.
Isinya membongkar mentalitas inferior bangsa Selatan yang dihegemoni
para cowboys dari Utara. Buku ini merupakan “metamorfosis” karya tulis
"Kiat Hidup Sukses". Sebelumnya terbit pada 1994. Dulu disajikan
dengan gaya seriosa yang relatif serius, kini dihadirkan kembali dengan
nuansa bossanova nan riang dan ceria.
Dewasa ini, para motivator beken mengkaitkan kata "sukses' dengan DPG.
Yakni akronim dari Duit, Popularitas, dan Glamor. Wisnubroto Widharso
melontarkan pertanyaan reflektif, "Apakah benar hanya DPG yang
mencirikan manusia itu sukses? (halaman 11).
Dosen Akademi Bahasa Asing St. Pignatelli, Surakarta tersebut
berpendapat lain. Jika membaca koran dan menonton televisi, hampir
selalu mendengar berita kasus korupsi. Pengusaha menyuap pejabat tinggi.
Mereka berkomplot merampok uang rakyat. Selain itu, tak sedikit artis
yang dipuja jutaan penggemar, tapi acapkali kawin-cerai. Mereka
mengantongi predikat DPG, tapi sama sekali belum sukses menjadi manusia.
Untungnya, ada pula selebritis yang berjiwa sosial. Salah satunya
ialah Oprah Winfrey. Pada 2007. Presenter berkulit hitam ini menjadi
salah satu orang terkaya di Amerika Serikat versi majalah Forbes.
Kekayaannya mencapai Rp13,5 trilyun lebih. Tapi bukan hanya kekayaan
materi yang ia miliki, Oprah pun mempunyai sikap welas asih.
Hartanya dikembalikan kepada masyarakat. Ia sering mengundang wong
cilik ke acara talkshow-nya. Oprah juga menghadiahi para tamu dengan
uang tunai, tiket plesir, mobil, dan rumah mewah. Tercatat pada acara
bulan September 2004 bertepatan dengan perayaan 19 tahun The Oprah
Winfrey Show, ia memberikan masing-masing hadirin sebuah mobil Pontiac
seri terbaru. Sebagai catatan kecil, satu unit mobil harganya $28.000
dan total tamu ada 276 orang (halaman 31).
Masih ada misi altruistik Oprah lainnya. Pada 2003, ia membeli lahan
11 hektar di Meyerton, Provinsi Guateng, Afrika Selatan. Kemudian, ia
membangun The Oprah Winfrey Leadership Academy for Girls. Hanya 2 tahun
berselang, sekolah tersebut menampung 450 siswi setingkat SMP. Oprah
memang memiliki kepedulian terhadap sesama. Terutama anak-anak yang
hidup serba berkekurangan di benua Afrika.
Buku ini terdiri atas 13 subbab. Antara lain: Mengenali Orang Sukses,
Menjadi Diri Sendiri, Mempunyai Komitmen, Tetap Belajar, Terbuka dan
Fleksibel, Mempunyai Sahabat-sahabat, Pandai Berkomunikasi, dan
Bersyukur. Selain menulis buku pengembangan diri, Wishnubroto Widarso
juga piawai menulis puisi dan cerpen. Kumpulan puisinya berjudul,
"Amsterdam Selayang Pandang" dan kumpulan cerpennya, "Tergoda oleh
Manisnya". Keduanya karya sastra tersebut dicetak secara independen.
Secara blak-blakan, penulis buku ini membuka kartu hidupnya. Ketika
masih muda, ia pernah bekerja di kapal pesiar. Pangkalannya ada di
Miami, Florida, Amerika Serikat. Artinya, selama setahun penuh ia berada
jauh di perantauan. Rasa rindu acapkali mengiris hati. Dalam
kesepian, ia mengharapkan datangnya surat dari tanah air. Ketika itu,
belum ada HP atau laptop. Selain surat dari ayah dan ibunya, ia
mengharapkan surat dari Agoes. Kenapa? Karena isi surat sahabat dari
sejak SMP itu menarik dan jenaka. Sehingga ia bisa sedikit mengobati
rasa kangen pada kampung halaman. Hatinya pun tidak kebat-kebit tertiup
angin laut (halaman 53).
Ia juga
mengenang sahabat sekaligus dosennya di bangku kuliah. Namanya Romo
Bolsius SJ. Paderi Jesuit ini kini bermukim di Negeri Tulip dan Kincir
Angin. Tatkala salah satu buku Wisnubroto terbit (10 Kiat Menjadi
Bahagia, 1991), Romo memberi komentar dan sedikit pujian yang wajar,
"Saya kira buku kecil ini cukup tepat, terutama untuk muda-mudi.
nasihat-nasikah yang kamu berikan pada mereka itu sehat dan sederhana,
sehingga anak muda yang berpikir tepat bisa melaksanakannya." (Haren
tertanggal 25 Maret 1991, halaman 54).
Lewat kesaksian tersebut, ia hendak menandaskan manusia tidak hidup
sendirian di dunia ini. Kita memang harus hidup bersama sesama. Pun
tidak sekadar bersama, tapi saling menyapa, melayani, menguatkan, dan
mengapresiasi. Itulah arti seorang sahabat sejati. Dalam konteks ini,
tamsil John Donne tetap relevan. Penyair Inggris dari abad ke-17 itu
mengatakan, "No man is an island." Manusia ibarat benua dan lautan yang
tak terpisahkan satu sama lain.
Bahkan tak hanya dengan sesama manusia. Tapi juga dengan segenap titah
ciptaan. Pada subbab 12 "Ikut Melestarikan Alam", terdapat kutipan
petuah Chief Seattle. Beliau merupakan tetua Suku Indian Suquamish.
Mereka dulu tinggal di kawasan yang kini masuk ke dalam negara bagian
Washington, "Setiap jengkal bumi ini adalah sakral bagi bangsaku. Setiap
pucuk cemara yang berkilau, setiap hamparan pantai berpasir, setiap
tetes embun di hutan-hutan yang rimbun, setiap dengung serangga adalah
kudus dalam kenangan dan pengalaman bangsaku. Air yang kemilau dan
mengalir di sungai-sungai bukanlah air semata namun darah leluhurku.
Gemericik air adalah desah nenek moyangku." (halaman 74). Chief Seattle
mengirimkan surat tersebut kepada Franklin Pierce, Presiden A.S ke-14.
Yakni, sebagai jawaban atas keinginan sang presiden yang hendak
"menjarah" tanah leluhur suku Squamish.
Buku setebal 88 halaman ini ibarat suplemen makanan bagi astronot.
Sebab walau berkemasan mini(mal) tapi berfaedah maksi(mal). Hakikat
sukses bukan melulu material, melainkan lebih pada mekarnya kepedulian
pada sesama yang menderita. Selamat membaca!
______________________________
Peresensi: T. Nugroho Angkasa S.Pd, guru bahasa Inggris di PKBM Angon (Sekolah Alam)
Judul: 13 Kiat Hidup Sukses
Penulis: Wisnubroto Widarso
Editor: C. Erni Setiyowati
Penerbit: Kanisius
Cetakan: II/2012
Tebal: 88 halaman
Harga: Rp16.500
ISBN: 978-979-2-21-3045-4
Penulis: Wisnubroto Widarso
Editor: C. Erni Setiyowati
Penerbit: Kanisius
Cetakan: II/2012
Tebal: 88 halaman
Harga: Rp16.500
ISBN: 978-979-2-21-3045-4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar