Dimuat di Majalah Pendidikan Online Indonesia, Jumat/11 Januari 2012
http://mjeducation.co/antologi-dongeng-untuk-anak/
http://mjeducation.co/antologi-dongeng-untuk-anak/
Judul: Kumpulan Dongeng Motivasi (Stories of Great Virtue)
Penulis: Arleen Amidjaja dkk
Ilustrator: Sherly Gunawan dkk
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Cetakan: 1/Juni 2012
Tebal: iv + 200 halaman
ISBN: 979-974-906
Dewasa ini buku-buku bergenre self help bermunculan ibarat
cendawan di musim hujan. Tapi dapat dihitung dengan jari buku yang
memuat dongeng motivasi anak. Apalagi yang ditulis dengan dua bahasa (bilingual),
yakni Indonesia dan Inggris. Jadi seperti kata pepatah, sekali
mendayung dua pulau terlampaui, dengan membaca/dibacakan buku ini, sejak
dini buah hati dapat belajar nilai-nilai budi pekerti sekaligus
mengasah kemampuan verbal.
Stories of Great Virtue dilengkapi dengan ilustrasi gambar
aneka warna pula, sehingga memudahkan pemahaman si kecil menangkap pesan
cerita. Terdiri atas 10 dongeng dari negeri antah-berantah, yang
sejatinya cerminan dinamika sehari-hari manusia. Nilai-nilai keutamaan
hidup termaktub di dalamnya. Kisah pembuka berjudul “Jujurlah dalam
Segala Hal (Be Honest!) (halaman 1)” dan dipungkasi dengan “Bersyukurlah Senantiasa (Be Grateful!) (halaman 181).”
Dalam bab “Berusahalah dengan Gigih” (Be Persistent!) misalnya,
Arleen Amidjaja dan Antonius Agung Pranoto berduet mengisahkan
perjuangan peri kecil bernama Fila. Sejak lahir, ia memiliki kelainan
bawaan karena sepasang sayapnya terlalu mini, sehingga ia kesulitan
untuk bisa terbang tinggi.
Tatkala hendak mendaftar ke sekolah formal, Fila ditolak
mentah-mentah. “Maaf kami hanya menerima murid yang memenuhi standar
kami,” ujar Bu Guru para bangsa peri (halaman 63). Peri-peri sebaya
lainnya menyaksikan penolakan tersebut, mereka pun beramai-ramai
mengejek Fila.
Hebatnya Fila, si peri bersayap mungil itu tetap tabah dan berbesar
hati. Keesokan hari, ia datang lagi ke sekolah. Kali ini tidak mendaftar
menjadi murid, melainkan sebagai petugas kebersihan (cleaning service). Karena tidak ada peraturan yang melarang peri bersayap cacat bekerja di sana, akhirnya ia diterima sebagai tukang sapu.
Proses belajar Fila nan unik pun dimulai. Sembari menyapu dan mengepel
lantai koridor sekolah, ia mengintip dari jendela ihwal teori
terbang yang diajarkan para guru di kelas. Kemudian, saat peri-peri
lainnya berlatih di lapangan, ia juga mengamati setiap gerakan kepakan
sayap mereka secara seksama. Sepulang sekolah, saat sudah mulai sepi,
ia belajar seorang diri. Selain itu, Fila juga berangkat lebih pagi,
sehingga bisa berlatih sekali lagi tatkala para murid lainnya belum
datang ke sekolah.
Ironisnya, ketika peri-peri lain sudah bisa terbang setinggi
semak-semak, Fila belum bisa melayang se-inci pun di atas tanah. Tapi
ia terus gigih berlatih siang dan malam. Saat peri-peri lain sudah bisa
terbang setinggi pohon, Fila baru bisa melayang setinggi semak-semak.
Baginya, yang penting tetap ada kemajuan walau perlahan (alon-alon waton kelakon).
Kendati demikian, peri-peri lain tetap memandang rendah Fila. Mereka
menganggapnya seperti anak bawang, sehingga tak masuk dalam
perhitungan.
Namun tibalah saat paling mendebarkan. Seorang peri muda terperosok ke
dalam lubang yang dalam dan sempit. Kucing liar musuh bebuyutan
bangsa peri menggali perangkap maut itu. Tak ada peri-peri lain yang
bisa masuk ke lubang itu. Kenapa? karena rentangan sayap mereka terlalu
besar dan lebar.
Kemudian tanpa diminta, syahdan Fila meloncat masuk tanpa ragu. Hanya
dalam hitungan detik, ia berhasil menyelamatkan peri muda itu lolos
keluar lubang sebelum si kucing datang menyergap. Ternyata, sayap
mungilnya tetap berfungsi dengan baik walau berada di dalam lubang
sempit sekalipun. Sejak saat itu, tiada lagi orang yang memandang remeh
Fila. Kegigihannya selama ini berbuah manis.
Sederhana
Karena diperuntukkan bagi anak-anak, gaya bahasa dalam buku ini sangat
sederhana, sehingga mudah sekali dipahami. Ada juga kisah seorang
raksasa baik hati, namanya Gigi. Semula warga desa takut kepadanya.
Tapi karena ia suka menolong dan membalas caci-maki dengan kebaikan,
akhirnya Gigi diterima sebagai bagian dari keluarga besar mereka
(halaman 39).
Sebenarnya dengan kekuatannya Gigi bisa menghancurkan seisi desa. Tapi
ia lebih ingin bersahabat dengan bangsa manusia. Gigi sudi menjadi
seorang baby sitter (pengasuh bayi), membantu warga
menyeberang sungai yang ambrol jembatannya, mengeringkan jemuran
pakaian dengan cara meniupnya, dan membuat bendungan penangkal banjir.
Tatkala menceritakan pengalaman tersebut kepada raksasa lain yang
tinggal di atas gunung, Gigi ditertawai. “Mengapa kamu berbuat baik pada
mereka? Mereka toh pernah berbuat buruk padamu. Jika aku jadi kamu,
aku akan menghukum dan meluluhlantakkan seluruh isi desa.” Namun Gigi
tak terpengaruh, ia yakin bahwa sekeras apapun hati seseorang bisa
diluluhkan dengan tetesan air kebajikan nan tulus.
Pada setiap akhir cerita, penulis selalu menyelipkan wejangan
kehidupan, sebagai benang merah dari rangkaian cerita sebelumnya. Misal
pada bab “Setialah pada Janji (Be Loyal!) (halaman 60)”.
Apakah arti menjadi setia? Menjadi setia artinya memberi dukungan
kepada seseorang walaupun sulit. Teguh memegang janji yang telah kita
buat, tidak pernah mengecewakan seseorang walau dalam keadaan sulit
sekalipun.
Ada juga kisah tentang suksesi kepenyihiran. Fadra seorang penyihir
kondang. Ia memiliki 2 orang murid, namanya Idri dan Odra. Karena Sang
Guru semakin renta, ia hendak mencari penerus dari kalangan muda. Saat
itu jabatan penyihir memang sangat penting. Mereka membantu warga desa
memperbaiki atap yang bocor, mencari perabot yang hilang atau
terselip dan aneka pekerjaan berguna lainnya, sehingga warga desa
sangat menghormati para penyihir.
Romantis
Buku ini juga dibumbui dengan kisah romantis. Adalah seorang putri
duyung bernama Sisi dengan Pangeran tampan dari Kerajaan Laut. Daya
tarik Sisi tidak semata secara fisik, tapi lebih pada inner beauty (kecantikan batin).
Sisi menjahit sendiri gaun malam untuk pesta dansa. Sisi memahat
sendiri kerajinan ukiran kerang yang hendak dijadikan hadiah untuk Sang
Pangeran. Sedangkan, putri-putri duyung lainnya cenderung malas dan
mencari jalan pintas. Mereka cukup membelinya di butik dan toko souvenir kerajinan tangan.
Selain itu, tatkala putri-putri duyung lainnya beramai-ramai mengecat
kuku-kuku mereka, Sisi justru asyik duduk diam membaca sendirian. Ia
mencari buku-buku di perpustakaan, terutama yang terkait dengan sejarah
kerajaan mereka, sehingga ketika berjumpa dengan Sang Pangeran, ia
relatif memiliki cukup banyak materi pembicaraan. Alhasil, Sang Pangeran
jatuh hati dan melamarnya menjadi permaisuri.
Tiada mawar tanpa duri, begitu pula buku ini. Alangkah lebih baik jika
penulis juga menggali khasanah kearifan lokal. Cerita rakyat dari
kepulauan Nusantara dapat dijadikan sumber referensi berharga karena
memuat nilai-nilai keutamaan yang universal pula, misalnya kisah Malin
Kundang, Dayang Sumbi, Timun Mas, dll.
Tokoh penyihir, raksasa, peri, putri duyung, dll terasa asing di
telinga kita. Dalam konteks ini, perlu ada akulturasi dengan konteks
Indonesia, semisal dalam bentuk wayang. Sukses (Alm) R.A Kosasih
mengadaptasi kisah Ramayana dan Mahabarata dari India secara njawani dapat menjadi contoh nyata.
Terlepas dari kelemahan tersebut, buku setebal 200 halaman ini dapat
menjadi pegangan bagi orang tua, pendidik, dan siapa saja yang peduli
pada perkembangan generasi penerus bangsa. Tak hanya berkembang secara
fisik tapi juga matang aspek mental, sosial dan emosionalnya.
Aktivitas mendongeng di kelas, di bawah pohon, di pos ronda, ataupun
di rumah sendiri menjelang tidur dapat kembali digencarkan. Nilai-nilai
budi pekerti memang sangat efektif disampaikan lewat media cerita.
Selain menarik, juga jauh dari kesan menggurui. Sehingga dapat lebih
mudah dicerna anak didik dan buah hati tercinta. Selamat membaca dan
mendongeng!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar