Januari 11, 2013

Antologi Dongeng untuk Anak

Dimuat di Majalah Pendidikan Online Indonesia, Jumat/11 Januari 2012
http://mjeducation.co/antologi-dongeng-untuk-anak/
 
13578241061564360207

Judul: Kumpulan Dongeng Motivasi (Stories of Great Virtue)
Penulis: Arleen Amidjaja dkk
Ilustrator: Sherly Gunawan dkk
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Cetakan: 1/Juni 2012
Tebal: iv + 200 halaman
ISBN:  979-974-906

Dewasa ini buku-buku bergenre self help bermunculan ibarat cendawan di musim hujan. Tapi dapat dihitung dengan jari buku yang memuat dongeng motivasi anak. Apalagi yang ditulis dengan dua bahasa (bilingual), yakni Indonesia dan Inggris. Jadi seperti kata pepatah, sekali mendayung dua pulau terlampaui, dengan membaca/dibacakan buku ini, sejak dini buah hati dapat belajar nilai-nilai budi pekerti sekaligus mengasah kemampuan verbal.
Stories of Great Virtue dilengkapi dengan ilustrasi gambar aneka warna pula, sehingga memudahkan pemahaman si kecil menangkap pesan cerita. Terdiri atas 10 dongeng  dari negeri antah-berantah, yang sejatinya cerminan dinamika sehari-hari manusia. Nilai-nilai keutamaan hidup termaktub di dalamnya. Kisah pembuka berjudul “Jujurlah dalam Segala Hal (Be Honest!) (halaman 1)”  dan dipungkasi dengan “Bersyukurlah Senantiasa (Be Grateful!) (halaman 181).”

Dalam bab “Berusahalah dengan Gigih” (Be Persistent!) misalnya, Arleen Amidjaja dan Antonius Agung Pranoto berduet mengisahkan perjuangan peri kecil bernama Fila. Sejak lahir, ia memiliki kelainan bawaan karena sepasang sayapnya terlalu mini, sehingga ia kesulitan untuk bisa terbang tinggi.

Tatkala hendak mendaftar ke sekolah formal, Fila ditolak mentah-mentah. “Maaf kami hanya menerima murid yang memenuhi standar kami,” ujar Bu Guru para bangsa peri (halaman 63). Peri-peri sebaya lainnya menyaksikan penolakan tersebut, mereka pun beramai-ramai mengejek Fila.

Hebatnya Fila, si peri bersayap mungil itu tetap tabah dan berbesar hati. Keesokan hari, ia datang lagi ke sekolah. Kali ini tidak mendaftar menjadi murid, melainkan sebagai petugas kebersihan (cleaning service). Karena tidak ada peraturan yang melarang peri bersayap cacat bekerja di sana, akhirnya ia diterima sebagai tukang sapu.

Proses belajar Fila nan unik pun dimulai. Sembari menyapu dan mengepel lantai koridor sekolah,  ia mengintip dari jendela ihwal teori terbang yang diajarkan para guru di kelas. Kemudian, saat peri-peri lainnya berlatih di lapangan, ia juga mengamati setiap gerakan kepakan sayap mereka secara seksama. Sepulang sekolah, saat sudah mulai sepi, ia belajar seorang diri. Selain itu, Fila juga berangkat lebih pagi, sehingga bisa berlatih sekali lagi tatkala para murid lainnya belum datang ke sekolah.

Ironisnya, ketika peri-peri lain sudah bisa terbang setinggi semak-semak, Fila  belum bisa melayang se-inci pun di atas tanah. Tapi ia terus gigih berlatih siang dan malam. Saat peri-peri lain sudah bisa terbang setinggi pohon, Fila baru bisa melayang setinggi semak-semak. Baginya, yang penting tetap ada kemajuan walau perlahan (alon-alon waton kelakon). Kendati demikian, peri-peri lain tetap memandang rendah Fila. Mereka menganggapnya seperti anak bawang, sehingga tak masuk dalam perhitungan.

Namun tibalah saat paling mendebarkan. Seorang peri muda terperosok ke dalam lubang yang dalam dan sempit. Kucing liar musuh bebuyutan bangsa peri menggali perangkap maut itu. Tak ada peri-peri lain yang bisa masuk ke lubang itu. Kenapa? karena rentangan sayap mereka terlalu besar dan lebar.

Kemudian tanpa diminta, syahdan Fila meloncat masuk tanpa ragu. Hanya dalam hitungan detik, ia berhasil menyelamatkan peri muda itu lolos keluar lubang sebelum si kucing datang menyergap. Ternyata, sayap mungilnya tetap berfungsi dengan baik walau berada di dalam lubang sempit sekalipun. Sejak saat itu, tiada lagi orang yang memandang remeh Fila. Kegigihannya selama ini berbuah manis.
Sederhana

Karena diperuntukkan bagi anak-anak, gaya bahasa dalam buku ini sangat sederhana, sehingga mudah sekali dipahami. Ada juga kisah seorang raksasa baik hati, namanya Gigi. Semula warga desa takut kepadanya. Tapi karena ia suka menolong dan membalas caci-maki dengan kebaikan, akhirnya Gigi diterima sebagai bagian dari keluarga besar mereka (halaman 39).

Sebenarnya dengan kekuatannya Gigi bisa menghancurkan seisi desa. Tapi ia lebih ingin bersahabat dengan bangsa manusia. Gigi sudi menjadi seorang baby sitter (pengasuh bayi), membantu warga menyeberang sungai yang ambrol jembatannya, mengeringkan jemuran pakaian dengan cara meniupnya, dan membuat bendungan penangkal banjir.

Tatkala menceritakan pengalaman tersebut kepada raksasa lain yang tinggal di atas gunung, Gigi ditertawai. “Mengapa kamu berbuat baik pada mereka? Mereka toh pernah berbuat buruk padamu. Jika aku jadi kamu, aku akan menghukum dan meluluhlantakkan seluruh isi desa.” Namun Gigi tak terpengaruh, ia yakin bahwa sekeras apapun hati seseorang bisa diluluhkan dengan tetesan air kebajikan nan tulus.

Pada setiap akhir cerita, penulis selalu menyelipkan wejangan kehidupan, sebagai benang merah dari rangkaian cerita sebelumnya. Misal pada bab “Setialah pada Janji (Be Loyal!) (halaman 60)”. Apakah arti menjadi setia? Menjadi setia artinya memberi dukungan kepada seseorang walaupun sulit. Teguh memegang janji yang telah kita buat, tidak pernah mengecewakan seseorang walau dalam keadaan sulit sekalipun.

Ada juga kisah tentang suksesi kepenyihiran. Fadra seorang penyihir kondang. Ia memiliki 2 orang murid, namanya Idri dan Odra. Karena Sang Guru semakin renta, ia hendak mencari penerus dari kalangan muda. Saat itu jabatan penyihir memang sangat penting. Mereka membantu warga desa memperbaiki atap yang bocor, mencari perabot yang hilang atau terselip dan aneka pekerjaan berguna lainnya, sehingga warga desa sangat menghormati para penyihir.
Romantis

Buku ini juga dibumbui dengan kisah romantis. Adalah seorang putri duyung bernama Sisi dengan Pangeran tampan dari Kerajaan Laut.  Daya tarik Sisi tidak semata secara fisik, tapi lebih pada inner beauty (kecantikan batin).

Sisi menjahit sendiri gaun malam untuk pesta dansa. Sisi memahat sendiri kerajinan ukiran kerang yang hendak dijadikan hadiah untuk Sang Pangeran. Sedangkan, putri-putri duyung lainnya cenderung malas dan mencari jalan pintas. Mereka cukup membelinya di butik dan toko souvenir kerajinan tangan.

Selain itu, tatkala putri-putri duyung lainnya beramai-ramai mengecat kuku-kuku mereka, Sisi justru asyik duduk diam membaca sendirian. Ia mencari buku-buku di perpustakaan, terutama yang terkait dengan sejarah kerajaan mereka, sehingga ketika berjumpa dengan Sang Pangeran, ia relatif memiliki cukup banyak materi pembicaraan. Alhasil, Sang Pangeran jatuh hati dan melamarnya menjadi permaisuri.

Tiada mawar tanpa duri, begitu pula buku ini. Alangkah lebih baik jika penulis juga menggali khasanah kearifan lokal. Cerita rakyat dari kepulauan Nusantara dapat dijadikan sumber referensi berharga karena memuat nilai-nilai keutamaan yang universal pula, misalnya kisah Malin Kundang, Dayang Sumbi, Timun Mas, dll.

Tokoh penyihir, raksasa, peri, putri duyung, dll terasa asing di telinga kita. Dalam konteks ini, perlu ada akulturasi dengan konteks Indonesia, semisal dalam bentuk wayang. Sukses (Alm) R.A Kosasih mengadaptasi kisah Ramayana dan Mahabarata dari India secara njawani dapat menjadi contoh nyata.

Terlepas dari kelemahan tersebut, buku setebal 200 halaman ini dapat menjadi pegangan bagi orang tua, pendidik, dan siapa saja yang peduli pada perkembangan generasi penerus bangsa. Tak hanya berkembang secara fisik tapi juga matang aspek mental, sosial dan emosionalnya.

Aktivitas mendongeng di kelas, di bawah pohon, di pos ronda, ataupun di rumah sendiri menjelang tidur dapat kembali digencarkan. Nilai-nilai budi pekerti memang sangat efektif disampaikan lewat media cerita. Selain menarik, juga jauh dari kesan menggurui. Sehingga dapat lebih mudah dicerna anak didik dan buah hati tercinta. Selamat membaca dan mendongeng!

Tidak ada komentar: