Dimuat di Seputar Indonesia, Minggu/20 Januari 2013
http://www.seputar-indonesia.com/news/menjadi-pemimpin-andal
Judul: Leadership in Action
Penulis: Nick McCormick
Alih Bahasa: Sheilla Mahersta
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Cetakan: 1/2012
Tebal: x + 101 halaman
ISBN: 979-074-991-0
“Jika seseorang menertawakan apa
yang sedang Anda lakukan, kemungkinan besar Anda sudah melakukan hal
yang benar.” (Halaman 37)
Begitulah pengamatan jeli Nick McCormick dalam Leadership in Actions.
Menurut Sarjana Keuangan lulusan Georgetown University ini, seorang
pemimpin tak perlu (terlalu) memedulikan apa yang dipikirkan dan
dikatakan orang lain. Lakukan apa yang sudah jadi tanggungjawab. Toh
semua yang dipelajari akan sia-sia jika tidak dipraktikkan.
Misalnya tatkala membaca buku berisi
sejumlah saran bermanfaat, terapkan segera petuah bijak tersebut
dalam memimpin kerja tim dan kehidupan sehari-hari. Sebab semakin
banyak keahlian (skill) yang dimiliki seorang pemimpin, niscaya semakin tenang perasaannya. Alhasil, keputusan yang diambil pun lebih tepat sasaran.
Ayah 3 putra yang bermukim di
Philadelphia ini juga mendeteksi kecenderungan dasar manusia modern.
Orang enggan mengerjakan apa yang tidak ia sukai. Bahkan, para pegawai
acapkali mengarang sederet alasan agar terhindar dari tugas yang
membuatnya merasa tak nyaman. Tapi berdasarkan pengalamannya selama
puluhan tahun menjabat sebagai manager perusahaan jasa teknologi
informasi komunikasi (TIK), orang yang tidak melakukan pekerjaan di
luar zona nyaman (comfort zone) tidak akan pernah berkembang secara optimal (halaman 48).
Lalu, pakar bisnis dan kepemimpinan
ini menandaskan bahwa tidak ada jalan pintas keluar dari zona aman.
Sehingga, seorang pemimpin yang baik senantiasa mengapresiasi setiap
tetes keringat pegawainya yang berhasil merampungkan tugas. Uniknya,
seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jam terbang, ternyata kerja
keras menuju keberhasilan terasa kian mudah. Oleh sebab itu,
“Selesaikan tugas yang selalu dihindari selama ini. Jika sudah,
rayakan dengan makan siang yang lezat. Dan, ulangi lagi!” (Halaman
50).
Sistematika buku ini terdiri atas
15 bab. Isinya memuat strategi taktis (stratak) menjadi pemimpin
andal. Antara lain dengan “Tetapkan Tujuan, Rencana, dan Laksanakan,”
“Berbagi Informasi,” “Lakukan Hal yang Benar,” dan “Berikan Umpan
Balik yang Jujur dan Tepat pada Waktunya.” Pada setiap bab ada 4 pokok
bahasan, yakni “Uraian,” “Apa yang Harus Dilakukan,” “Apa yang Jangan
Dilakukan,” dan “Tindakan Konkrit.” Referensinya beraneka ragam,
menyiratkan kalau penulis hobi membaca. Antara lain One Minute Manager karya Kenneth Blancjard, Ph.D, The 7 Habbits of Highly Effective People karya mendiang Stephen R. Covey, dll.
Buku ini juga memberi tips untuk
atasi penolakan. Alih-alih memboroskan energi dengan menyalahkan pihak
lain, lebih baik terus giat bekerja dan perbaiki cara presentasi.
Jika satu ide ditolak, jangan pernah menyerah! Temukan cara lain agar
gagasan tersebut gol. Sikap positif (positive attitude) dan kreatifitas menjadi rekan terbaik menuju sukses.
Selain itu, menurut penulis
perencanaan ialah separuh jalan (menuju) keberhasilan. Ironisnya,
banyak orang berdalih tidak punya waktu untuk melakukan persiapan.
Pada bab 7, Nick McCormick membuka kartu rahasianya, “Saya pun tak
suka merencanakan dan mengikuti proses tersebut, tapi akhirnya saya
memahami kebutuhan untuk melakukannya. Inilah jalan untuk meningkatkan
efektifitas. Saya juga menyadari bahwa jika saya mengharapkan tim
untuk melakukan tersebut, saya musti melakukan hal serupa terlebih
dahulu.” (halaman 34).
Contoh konkretnya, ia pernah
menghadiri 6 sampai delapan rapat dalam sehari. Jadwalnya pun
berurutan, sehingga kalau ada 1 rapat yang molor otomatis rapat
selanjutnya pun tertunda. Menurut analisis Nick, salah satu alasan
rapat tidak produktif karena peserta yang datang tak memersiapkan
diri. Alhasil, mereka sekadar menyampaikan hal-hal klise di permukaan.
Pun, tidak menindaklanjuti hasil keputusan rapat lewat aksi.
Alasannya klasik, tidak ada waktu.
Pada titik ekstrim lain, ada orang
yang ingin jadi pahlawan kesiangan. Ia memamerkan berapa banyak
pekerjaan yang dihadapi, betapa seringnya dinas keluar kota, begitu
banyak rapat yang harus dihadiri, dst. Prilaku “heroisme” tersebut
justru kontraproduktif. Barangkali niat membantunya baik, tapi fakta
membuktikan hasil pekerjaan ganda mayoritas buruk. Muaranya tentu tim,
organisasi, perusahaan, dan diri sendiri yang menjadi korban.
Buku setebal 101 halaman ini
mengingatkan pada dongeng Angsa Emas karya Aesop. Tatkala kemampuan
produksi dan target perusahaan tidak berimbang niscaya hasilnya nihil.
Peran pemimpin/manager ialah mengatur kinerja para pegawai dan
memberi teladan nyata. Selamat membaca! (T. Nugroho Angkasa S.Pd,
Guru bahasa Inggris PKBM Angon (Sekolah Alam) http://www.angon.org/ ,
Ekskul Bahasa Inggris di SMP Kanisius Sleman, TK Mata Air, dan TK
Pangudi Luhur, Yogyakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar