Dimuat di Rubrik Peduli Pendidikan, SKH Kedaulatan Rakyat, Rabu/16 Januari 2013
Tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) menyiapkan anggaran sebesar Rp 780 miliar untuk program
beasiswa S-2 dan S-3. Dana tersebut diambil dari Dana Abadi Pendidikan
(DAP) yang kini sudah mencapai Rp 16 triliun. Pada hemat penulis,
alih-alih dipergunakan untuk beasiswa S-2 dan S-3, baik juga DAP
dipakai untuk menyediakan bacaan bermutu bagi anak didik.
Ada kisah nyata dari Diastri Satriantini. Ia pengajar muda dari
kota Pahlawan yang mendampingi Alfonsina Melsasail belajar menulis
cerita anak (cernak). Foni, nama panggilan siswi kelas 5 SD Lumasebu
Maluku Tenggara Barat (MTB) itu. Ia hendak mengikuti Konferensi Anak
Indonesia (2011). Panitia di Jakarta akan memilih 36 anak dari seluruh
kepulauan Nusantara. Seleksinya dilakukan dengan cara mengirim karangan
ihwal kejujuran.
Semula Diastri meminta seluruh murid dari kelas 5 dan 6 SD di Desa
Lumasebu, Kecamatan Kormomolin, MTB menulis cerita pendek. Ia mau
menganalisis sejauh mana kemampuan mengarang mereka. Hasilnya, membuat
geleng-geleng kepala. Banyak yang belum kenal format S-P-O-K, bahkan ada
yang tak bisa berbahasa Indonesia.
Selain itu, karena tidak ada buku cerita dalam bentuk hard file (cetak), alumnus Hubungan Internasional (HI) UNAIR terpaksa mencetak sendiri (print) kumpulan cerita anak dari buku digital e-book. Kemudian, ia membagikan kepada anak didiknya. Agar mereka bisa melihat contoh penulisan cerita yang tepat (Indonesia Mengajar 2, Bentang Pustaka 2012).
Indiana Jones dari Indonesia
Selanjutnya, masih lekat dalam ingatan kita ihwal perjuangan
anak-anak di Banten menyambung nyawa untuk ke sekolah. Generasi penerus
bangsa itu harus meniti jembatan kayu dengan mengandalkan seutas tali
yang masih membentang.
Daily Mail, sebuah kantor media internasional yang berkantor
di Inggris memublikasikannya ke seantero dunia. Mereka menyamakan para
pelajar peniti jembatan maut itu dengan stuntman adegan berbahaya dalam film Indiana Jones.
Akhir kata, DAP ialah hak anak didik. Para guru dan dosen bisa
mencari uang sendiri untuk melanjutkan studi tanpa perlu menengadahkan
tangan minta beasiswa dari pemerintah. Dana Abadi Pendidikan niscaya
lebih bermanfaat untuk menyediakan buku-buku bacaan bermutu, merenovasi
bangunan sekolah, infrastruktur, dan fasilitas pendidikan yang masih
memprihatinkan kondisinya, terutama di daerah pedalaman. Salam
Pendidikan! (T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru bahasa Inggris di PKBM
Angon (Sekolah Alam), Ekskul English Club di SMP Kanisius Sleman, TK
Mata Air, dan TK Pangudi Luhur Yogyakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar