Maret 30, 2013

Mengajak Berpikir Sehat dalam 140 Karakter

Dimuat di Jawa Pos, Minggu/31 Maret 2013

13647957412065890988
Berikut ini versi awal sebelum diedit Yth. Redaktur

Judul: Dua Tangis Sejuta Damprat
Penulis : Aris Darmawan
Kata Pengantar: Dahlan Iskan
Penerbit: Elex Media Komputindo
Cetakan: Ke-3/Februari 2013
Tebal: xxxiv + 178 halaman
ISBN: 978-602-02-0161-0
Harga: Rp 39.800,-

“Jagalah hati dengan puisi, jangan jaga hati dengan posisi.’“- Dahlan Iskan (halaman 8)

Buku ini menyadarkan keampuhan mikro blogging bernama twitter.com. Berkat percakapan kicauan Dahlan Iskan lewat @iskan_dahlan dengan Jevri @in_yourlife pada akhir Mei sampai awal Juni 2012 silam, Dahlan dapat membantu Jevri mengubah hidup.

Kaki kanan Muhamamad Jevri (15 tahun) berhasil diamputasi pada Selasa (5/6/2012) di RS Bayangkara Bengkulu. Sebelum pelaksanaan operasi, Menteri BUMN tersebut menelpon Jevri, Dahlan mengatakan, “Sabar Jevri. Masih ada orang yang tak punya kaki bisa menjuarai lomba lari. Tetap semangat jalani hidup!”

Sebelumnya pada 21 Oktober 2010, Jevri mengalami patah tulang kaki kanan saat bermain sepak bola. Lalu, keluarganya membawa Jevri ke seorang tabib. Ia mendapat pengobatan alternatif dengan dikompres baluran jahe.

Tapi alih-alih membaik, kaki Jevri justru kian bengkak dan melepuh. Lama-kemalamaan timbul borok pula di kaki kanannya itu. Karena kondisi Jevri makin parah, ia diajak ke dokter. Ibarat mendengar petir di siang bolong, dokter menyarankan agar kaki tersebut segera diamputasi agar infeksi dan pembusuakan tidak melebar ke sekujur tubuh.

Tak siap kehilangan satu kakinya, bocah yang dulu bercita-cita menjadi pemain bola tersebut kembali melakukan pengobatan alternatif. Selama 1,9 tahun Jevri diterapi secara nonmedis. Sekilas kondisi kakinya terlihat membaik, tapi daging pada kaki kanannya yang membusuk pelan-pelan mulai rontok.

Pihak keluarga memutuskan untuk membawanya ke dokter lagi. Tapi kali ini mereka tak punya biaya untuk berobat dan amputasi. Ayah Jevri pedagang sayur di pasar tradisional, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga.

Hebatnya, walau kondisi kritis Jevri tak kehabisan akal, ia bergerilya meminta bantuan lewat akun twitter @in_yourlife. Jevri mengirim tak kurang dari 239 tweet ke para konglomerat dan pejabat di Indonesia.

Pada 1 Juni 2012 kebetulan ia me-mention @iskan_dahlan. Mantan Dirut PLN itu kemudian merespon dan menanyakan alamat rumah Jevri. Dahlan lantas menelpon dan memotivasi anak tersebut. Keesokan harinya, dua karyawan Koran Rakyat Bengkulu melihat langsung kondisi kaki kanan Jevri sebelum dibawa ke Rumah Sakit (RS).

Menurut ibundanya, Sulainah (51 tahun), “Sama sekali kami tidak keluarkan biaya, semuanya ditanggung Pak Dahlan. Nggak bisa berkata apa-apa, Mas. Saya hanya berdoa semoga Pak Dahlan mendapat imbalan yang lebih baik atas kebaikannya membantu anak saya,” ucapnya terbata-bata kepada wartawan IRNEWS.

Lantas bagaimana komentar Jevri? “Saya akan membuat lagu, khusus untuk Pak Dahlan Iskan, sebagai tanda terima kasih saya.” (IndonesiaRaya.com, 10 Juni 2012).

Buku ini relatif laris, terbitan pertama pada Desember 2012, lantas pada Februari sudah mengalami cetak ulang ke-3. Penulisnya Aris Darmawan, wartawan Kaltim Post. Selama 15 tahun terjun di dunia jurnalistik ia memakai nama samaran tersebut.

Padahal nama aslinya berbau ningrat lho, yakni Raden Nugroho Dharis Saputro. Alumnus Ponpes Modern Gontor dan Airlangga College ini mendapat julukan wartawan “spesialis bencana”. Ia berturut-turut dikirim meliput musibah nasional seperti gempa dan tsunami Aceh (2004) lalu 2 tahun berselang berangkat pula ke Jogja dan Padang.

Pada bagian kata pengantar, Dahlan Iskan mengaku “dipaksa” mengenal Twitter oleh Najwa Shihab. Presenter bermata indah tersebut mewawancarai Dahlan untuk waktu yang cukup panjang. Hampir sehari penuh bersamanya di kantor, di warung soto kaki lima sampai keliling kota segala. Nah saat itulah Najwa menggoda Dahlan agar punya akun Twitter.

Awalnya Dahlan bersikeras tidak mau karena tidak melihat manfaatnya dan terlalu sibuk mengurus hal lain. Tapi kepada Najwa ia hanya beralasan karena tidak bisa bikin akunnya. Tak diduga sama sekali, secara spontan Najwa meminta handphone Dahlan dan langsung membuatkan akun Twitter.

Jika hari kelahiran Dahlan tak terdeteksi secara pasti, hari kelahiran Twitter @iskan dahlan tercatat pada 12 April 2012. Semula ia hendak memakai akun @ dahlan_iskan, tapi sudah ada orang yang mengunakan ID tersebut. Baru sebulan memiliki twitter, sudah ada 20.000 yang follow.

Angka tersebut naik menjadi 75.000 saat tepat 3 bulan ia menjadi WNT (Warga Negara Twitter). Lantas pada Februari 2013, tak kurang dari 279.756 followers di akun tersebut.  Ketika @retnowati bertanya, “Pah Dahlan waktu sekolah naik onthel atau jalan kaki? Saya naik onthel 5 km lho, Pak.” Begini jawaban DIS, “Nyeker! 12 km pulang pergi selama 6 tahun. Nasib Ana lebih baik.” (halaman 151).

Buku ini juga menghadirkan endorsements dari Budayawan, Goenawan Mohammad (Membangun Harapan Tak Bisa dengan Diam-Diam), Presiden Jancukers, Sujiwo Tejo (Dua Mutiara dari Buku yang Urakan), dan Hermawan Kertajaya, orang Indonesia pertama yang dinobatkan sebagai 50 Gurus Who Have Shaped The Future of Marketing (Tiga Kenangan dengan Pak Dahlan).

Menurut Sujiwo Tejo, Mas Dahlan Iskan punya sikap unik dalam menghadapi penyakit hepatitis yang ditanggungnya. Perkara ketuhanan, hubungan sosial, bisnis, dan lain-lain disikapi seperti ia menyikapi penyakit hatinya yang dramatis tersebut, yakni fokus dan tidak mengeluh (halaman iv).

Dalam stand-up comedy ada istilah one liner, jurus ini dipakai pula oleh Dahlan dalam menanggapi para follower-nya. Dalam sebait kalimat, ia bisa mengundang tawa pembaca. Dunia pendidikan nasional memiliki banyak penemu sehingga (hampir) setiap kali ganti Menteri ditemukan juga kurikulum baru, lantas @kangdholi meminta Dahlan menjadi Menteri Pendidikan saja, berikut ini respon cerdas ala Dahlan, “Maukah muridnya kencing berlari? (halaman 136).

Tiada gading tak retak begitupula buku ini. Karena berisi kutipan-kutipan dari akun Twitter, banyak kata yang tak sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).  Misalnya bertebaran kata Nggak, Wow, dan emoticon, jempol (like), dll. Kendati demikian, hal ini menunjukkan betapa gaul dan up to date-nya Dahlan.

Akhir kata, buku ini sejatinya merupakan ajakan untuk mencintai cara pikir, pendapat, dan perilaku positif pendiri Jawa Pos Group tersebut. Itulah alasan kenapa di bagian sampul tertera logo, “I Love DIS Way” bukannya “I Love DIS” saja.

Sebab menyitir pendapat Aris Darmawan - ini bukan kitab pemujaan terhadap sosok Dahlan Iskan, melainkan appeal bagi setiap anak negeri untuk mencintai kejujuran, kerja keras, keikhlasan, kerendahan hati, kecerdasan, totalitas, tidak gentar berbuat yang benar, dan hanya takut kepada Tuhan. Selamat membaca dan segera klik follow @iskan_dahlan. (T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Sekolah Alam PKBM Angon Jogjakarta, Ekskul English Club di SMP Kanisius Sleman dan TK Mata Air, akun twitter @nugroho_angkasa)

***
NB: Biasanya setelah membeli koran di kios terdekat, saya menunjukkannya ke Bapak dan istri. Kini hanya ke istri karena Bapak telah berpulang ke pangkuan-Nya. Rest in Peace Bapak B. Budiharjo (26 Juni 1951-19 Maret 2013), thank you so much, saya bisa seperti ini karena didikan, teladan, dan kasih sayangmu. Satu pesan terakhir almarhum, "Teori tanpa bukti hasilnya nol lagi," so mari terus berkarya dan mempersembahkan setiap usaha kita demi kemuliaan nama-Nya.

1364691366219006437

Tidak ada komentar: