Dimuat di Jawa Pos, Minggu/31 Maret 2013
Berikut ini versi awal sebelum diedit Yth. Redaktur
Judul: Dua Tangis Sejuta Damprat
Penulis : Aris Darmawan
Kata Pengantar: Dahlan Iskan
Penerbit: Elex Media Komputindo
Cetakan: Ke-3/Februari 2013
Tebal: xxxiv + 178 halaman
ISBN: 978-602-02-0161-0
Harga: Rp 39.800,-
“Jagalah hati dengan puisi, jangan jaga hati dengan posisi.’“- Dahlan Iskan (halaman 8)
Buku ini menyadarkan keampuhan mikro blogging bernama twitter.com. Berkat percakapan kicauan Dahlan Iskan lewat @iskan_dahlan dengan Jevri @in_yourlife pada akhir Mei sampai awal Juni 2012 silam, Dahlan dapat membantu Jevri mengubah hidup.
Kaki kanan Muhamamad Jevri (15 tahun)
berhasil diamputasi pada Selasa (5/6/2012) di RS Bayangkara Bengkulu.
Sebelum pelaksanaan operasi, Menteri BUMN tersebut menelpon Jevri, Dahlan
mengatakan, “Sabar Jevri. Masih ada orang yang tak punya kaki bisa
menjuarai lomba lari. Tetap semangat jalani hidup!”
Sebelumnya pada 21 Oktober 2010, Jevri
mengalami patah tulang kaki kanan saat bermain sepak bola. Lalu,
keluarganya membawa Jevri ke seorang tabib. Ia mendapat pengobatan
alternatif dengan dikompres baluran jahe.
Tapi alih-alih membaik, kaki Jevri
justru kian bengkak dan melepuh. Lama-kemalamaan timbul borok pula di
kaki kanannya itu. Karena kondisi Jevri makin parah, ia diajak ke
dokter. Ibarat mendengar petir di siang bolong, dokter menyarankan
agar kaki tersebut segera diamputasi agar infeksi dan pembusuakan
tidak melebar ke sekujur tubuh.
Tak siap kehilangan satu kakinya, bocah
yang dulu bercita-cita menjadi pemain bola tersebut kembali melakukan
pengobatan alternatif. Selama 1,9 tahun Jevri diterapi secara
nonmedis. Sekilas kondisi kakinya terlihat membaik, tapi daging pada
kaki kanannya yang membusuk pelan-pelan mulai rontok.
Pihak keluarga memutuskan untuk membawanya ke dokter lagi. Tapi kali ini mereka tak punya biaya untuk berobat dan amputasi. Ayah Jevri pedagang sayur di pasar tradisional, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga.
Hebatnya, walau kondisi kritis Jevri tak kehabisan akal, ia bergerilya meminta bantuan lewat akun twitter @in_yourlife. Jevri mengirim tak kurang dari 239 tweet ke para konglomerat dan pejabat di Indonesia.
Pada 1 Juni 2012 kebetulan ia me-mention
@iskan_dahlan. Mantan Dirut PLN itu kemudian merespon dan menanyakan
alamat rumah Jevri. Dahlan lantas menelpon dan memotivasi anak tersebut.
Keesokan harinya, dua karyawan Koran Rakyat Bengkulu melihat langsung kondisi kaki kanan Jevri sebelum dibawa ke Rumah Sakit (RS).
Menurut ibundanya, Sulainah (51 tahun), “Sama sekali kami tidak keluarkan biaya, semuanya ditanggung Pak Dahlan. Nggak
bisa berkata apa-apa, Mas. Saya hanya berdoa semoga Pak Dahlan mendapat
imbalan yang lebih baik atas kebaikannya membantu anak saya,” ucapnya
terbata-bata kepada wartawan IRNEWS.
Lantas bagaimana komentar Jevri? “Saya akan membuat lagu, khusus untuk Pak Dahlan Iskan, sebagai tanda terima kasih saya.” (IndonesiaRaya.com, 10 Juni 2012).
Buku ini relatif laris, terbitan
pertama pada Desember 2012, lantas pada Februari sudah mengalami cetak
ulang ke-3. Penulisnya Aris Darmawan, wartawan Kaltim Post. Selama 15 tahun terjun di dunia jurnalistik ia memakai nama samaran tersebut.
Padahal nama aslinya berbau ningrat lho,
yakni Raden Nugroho Dharis Saputro. Alumnus Ponpes Modern Gontor dan
Airlangga College ini mendapat julukan wartawan “spesialis bencana”. Ia
berturut-turut dikirim meliput musibah nasional seperti gempa dan
tsunami Aceh (2004) lalu 2 tahun berselang berangkat pula ke Jogja dan
Padang.
Pada bagian kata pengantar, Dahlan Iskan mengaku “dipaksa” mengenal Twitter
oleh Najwa Shihab. Presenter bermata indah tersebut mewawancarai
Dahlan untuk waktu yang cukup panjang. Hampir sehari penuh bersamanya
di kantor, di warung soto kaki lima sampai keliling kota segala. Nah
saat itulah Najwa menggoda Dahlan agar punya akun Twitter.
Awalnya Dahlan bersikeras tidak mau
karena tidak melihat manfaatnya dan terlalu sibuk mengurus hal lain.
Tapi kepada Najwa ia hanya beralasan karena tidak bisa bikin akunnya.
Tak diduga sama sekali, secara spontan Najwa meminta handphone Dahlan dan langsung membuatkan akun Twitter.
Jika hari kelahiran Dahlan tak terdeteksi secara pasti, hari kelahiran Twitter
@iskan dahlan tercatat pada 12 April 2012. Semula ia hendak memakai
akun @ dahlan_iskan, tapi sudah ada orang yang mengunakan ID tersebut.
Baru sebulan memiliki twitter, sudah ada 20.000 yang follow.
Angka tersebut naik menjadi 75.000 saat
tepat 3 bulan ia menjadi WNT (Warga Negara Twitter). Lantas pada
Februari 2013, tak kurang dari 279.756 followers di akun
tersebut. Ketika @retnowati bertanya, “Pah Dahlan waktu sekolah naik
onthel atau jalan kaki? Saya naik onthel 5 km lho, Pak.” Begini
jawaban DIS, “Nyeker! 12 km pulang pergi selama 6 tahun. Nasib Ana
lebih baik.” (halaman 151).
Buku ini juga menghadirkan endorsements
dari Budayawan, Goenawan Mohammad (Membangun Harapan Tak Bisa dengan
Diam-Diam), Presiden Jancukers, Sujiwo Tejo (Dua Mutiara dari Buku yang
Urakan), dan Hermawan Kertajaya, orang Indonesia pertama yang
dinobatkan sebagai 50 Gurus Who Have Shaped The Future of Marketing (Tiga Kenangan dengan Pak Dahlan).
Menurut Sujiwo Tejo, Mas Dahlan Iskan
punya sikap unik dalam menghadapi penyakit hepatitis yang
ditanggungnya. Perkara ketuhanan, hubungan sosial, bisnis, dan
lain-lain disikapi seperti ia menyikapi penyakit hatinya yang dramatis
tersebut, yakni fokus dan tidak mengeluh (halaman iv).
Dalam stand-up comedy ada istilah one liner,
jurus ini dipakai pula oleh Dahlan dalam menanggapi para follower-nya.
Dalam sebait kalimat, ia bisa mengundang tawa pembaca. Dunia
pendidikan nasional memiliki banyak penemu sehingga (hampir) setiap
kali ganti Menteri ditemukan juga kurikulum baru, lantas @kangdholi
meminta Dahlan menjadi Menteri Pendidikan saja, berikut ini respon
cerdas ala Dahlan, “Maukah muridnya kencing berlari? (halaman 136).
Tiada gading tak retak begitupula buku ini. Karena berisi kutipan-kutipan dari akun Twitter, banyak kata yang tak sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Misalnya bertebaran kata Nggak, Wow, dan emoticon, jempol (like), dll. Kendati demikian, hal ini menunjukkan betapa gaul dan up to date-nya Dahlan.
Akhir kata, buku ini sejatinya merupakan ajakan untuk mencintai cara pikir, pendapat, dan perilaku positif pendiri Jawa Pos Group tersebut. Itulah alasan kenapa di bagian sampul tertera logo, “I Love DIS Way” bukannya “I Love DIS” saja.
Sebab menyitir pendapat Aris Darmawan - ini bukan kitab pemujaan terhadap sosok Dahlan Iskan, melainkan appeal
bagi setiap anak negeri untuk mencintai kejujuran, kerja keras,
keikhlasan, kerendahan hati, kecerdasan, totalitas, tidak gentar
berbuat yang benar, dan hanya takut kepada Tuhan. Selamat membaca dan
segera klik follow @iskan_dahlan. (T. Nugroho Angkasa
S.Pd, Guru Sekolah Alam PKBM Angon Jogjakarta, Ekskul English Club di
SMP Kanisius Sleman dan TK Mata Air, akun twitter @nugroho_angkasa)
***
NB: Biasanya setelah membeli koran di kios terdekat, saya menunjukkannya ke Bapak dan istri. Kini hanya ke istri karena Bapak telah berpulang ke pangkuan-Nya. Rest in Peace Bapak B. Budiharjo (26 Juni 1951-19 Maret 2013), thank you so much, saya bisa seperti ini karena didikan, teladan, dan kasih sayangmu. Satu pesan terakhir almarhum, "Teori tanpa bukti hasilnya nol lagi," so mari terus berkarya dan mempersembahkan setiap usaha kita demi kemuliaan nama-Nya.
***
NB: Biasanya setelah membeli koran di kios terdekat, saya menunjukkannya ke Bapak dan istri. Kini hanya ke istri karena Bapak telah berpulang ke pangkuan-Nya. Rest in Peace Bapak B. Budiharjo (26 Juni 1951-19 Maret 2013), thank you so much, saya bisa seperti ini karena didikan, teladan, dan kasih sayangmu. Satu pesan terakhir almarhum, "Teori tanpa bukti hasilnya nol lagi," so mari terus berkarya dan mempersembahkan setiap usaha kita demi kemuliaan nama-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar