Mei 22, 2011

Sufi Mehfil Bende Mataram di Keraton Surakarta

Kamis, 5 May 2011 09:00 WIB

Acara ini dihadiri para tamu kehormatan seperti Liny Tjeris dan Maya Safira dari Jakarta. Bahkan putra-putri almarhum Sinuwun Paku Buwono XII pun rawuh. Misalnya Gusti Kanjeng Ratu Galuh Kencana, Gusti Kanjeng Ratu Sekar Kencono, Drs. KG Kusumo Yudho, Gusti Kanjeng Ratu Retno Dumilah SH, Dra Gusti Kanjeng Ratu Wandan Sari (Gusti Mung). Tak ketinggalan para sesepuh Keraton Surakarta, seperti Prabu Winoso, Noto Sewoyo, Edi Wirobumi, Haryo Kusumo, dan Wiyogo Saputro. Lebih dari 300 orang menyaksikan langsung perhelatan akbar ini. Disiarkan langsung oleh RRI Surakarta dan diliput oleh Jogja TV pada 1 Aril 2007.

Paska tarian persembahan Whirling Meditation Dances, acara Role Play dan lagu-lagu riang bernafaskan Bhinneka Tunggal Ika - Tan Hana Dharma Mangra. Acara dilanjutkan dengan penganugerahan penghargaan "Aku Bangga Jadi Orang Indonesia". Disertai dengan sambutan dari Gusti Mung dan wejangan dari Anand Krishna. Maya Safira Muchtar selaku ketua National Integration Movement (NIM) merasa berbangga bisa berada di Surakarta karena Anand Krishna pun lahir di kota ini. Suatu kebanggaan pula bagi Bangsa dan Rakyat Indonesia karena Yayasan Anand Ashram pada Desember 2006 lalu resmi berafiliasi dengan Badan Informasi Publik PBB.

Sebelumnya Menteri Pertahanan RI, Juwono Sudarsono pada 1 September 2005 di Jakarta mencanangkan Hari Bhakti "Bagimu Ibu Pertiwi" pada Simposium NIM I. Acara ini dihadiri sejumlah pejabat dan tokoh dari berbagai kalangan. Sejak saat itu setiap tanggal 1 September kita peringati sebagai Hari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi (Bende Mataram). Kini dalam rangka merayakan hari ulang tahun NIM yang kedua (11 April 2007), NIM menganugerahkan penghargaan "Aku Bangga Jadi Orang Indonesia".

Suatu kebetulan yang indah karena Gusti Kanjeng Ratu Wandan Sari (Gusti Mung) merupakan tokoh pertama yang mendapat anugerah penghargaan ini. Berkat jasa-jasa beliau melestarikan seni budaya di Surakarta ini. Penghargaan tersebut dipersembahkan pula bagi seluruh Masyarakat Solo.

"Semoga keselamatan dilimpahkan bagi kita semua..." begitulah kata (baca: doa) pembuka Gusti Mung dalam sambutannnya. Putri Bungsu Almarhum Sinuwun PB XII ini memiliki visi untuk mewariskan budaya luhur Nusantara pada anak cucu kita. Beliau menyampaikan kata maaf dan penyesalan sedalam-dalamnya karena Sang Kakak yakni Sinuwun PB XIII tidak dapat hadir di Magangan malam ini karena tengah mengadakan pertemuan dengan Dipertuan Agung di Malaysia.

"Keraton Surakarta Hadiningrat ini merupakan kelanjutan Mataram Islam yang didirikan oleh Eyang Sultan Agung." Begitu papar beliau. Pada 17 Februari 1745 terjadi boyongan dari Kartasura ke Solo, setelah 3 hari di Solo, pada 20 Februari 1745 beliau mendeklarasikan Negara Surakarta Hadininrat. Keraton sejatinya ialah simbol spiritual, yakni proses perjalanan spiritual seseorang tuk menemukan jati diri, kesucian dalam diri. Caranya dengan mengendalikan hawa nafsu. Ajaran luhur ini tersimbolisasikan dalam struktur, arsitektur dan tata letak bangunan Karaton.

Misalnya, alun-alun yang berupa padang pasir yang amat luas. Tatkala siang begitu panas sedangkan pada malam hari terasa dingin. Begitulah kehidupan di dunia ini, ada panas ada dingin, ada baik ada buruk, ada gelap ada terang dst. Alun-alun juga merupakan tempat tapa pepe, yakni cara rakyat menyampaikan aspirasi pada Raja berkait kebijakan dan keadilan. Lantas di Bangsal Pangrawit, Raja duduk di moncong meriam. Maknanya setiap ucapan dan tindakah Raja harus terjaga, tidak boleh semena-mena. Jika keliru berarti harus berani bertanggung-jawab dan siap mati duluan.

Magangan (tempat berlangsungnya acara malam tersebut) secara lahiriah berarti tempat untuk magang abdi dalem, sedangkan secara batiniah berarti alam penantian sebelum menuju alam kesempuranaan, alam awang-uwung. Masih banyak uraian lainnya yang begitu menarik dan menyadarkan bahwa begitu kaya dan luhurnya budaya Spiritual Nusantara.

Anand Krishna menutup acara malam tersebut dengan wejangan yang berapi-api. Sebelum memulai semuanya, dengan penuh kerendahan hati ia mohon ijin kepada para Pangeran, Gusti Putri dan Sesepuh Karaton untuk bicara dan urun rembug. Sura dalam bahasa Jawa Kuno berarti Dewa sedangkan Karta berarti kerja. Surakarta berarti berprilaku seperti para Dewa. Sura juga bermakna Irama. Para pelaku teror kurang berirama. (Disambut dengan tepuk tangan oleh para Pangeran, Sesepuh dan hadirin yang hadir).

Sultan Agung amat berjasa pada kita semua. Selain memperkenalkan perhitungan kalender Jawa, beliau juga mempopulerkan istilah Mataram. Raja Sanjaya seribu tahun sebelumnya telah mempopulerkan istilah Mataram yang berarti Ibu Pertiwi. Kita boleh berada di manapun juga di belahan bumi ini tapi kita tidak bisa menghilangkan ke-Indonesiaan kita, kita semua adalah purtra-putri
Ibu Pertiwi.

Kini pasir laut disedot (bukan dikeruk). Tanpa bayaran sepeserpun. Untuk apa? untuk reklamasi dan membangun 20 rumah mewah di Singapura. Ironisnya para pemiliknya adalah orang Indonesia juga. Rotan kita dicuri. Raib secara gaib ibarat dibawa terbang oleh Gatot Kaca sehingga tak ada yang tahu dan bisa menangkap pelakunya. Pengrajin rotan kita kesulitan mendapat bahan baku rotan, order sih tinggi tapi bahan baku langka. Kita juga akan mendatangkan petani dari luar negri untuk mengajarkan cara bercocok tanam di negri agraris ini.

BBC memberitakan bahwa di luar negri produksi pertanian disubsidi Negara. Misal di Amsterdam, 1 sapi perah disubsidi 2,5 dolar USA setiap hari. Di sini buruh-buruh kita tak lebih dari 2,5 dolar USA gaji hariannya. Bahkan untuk melindungi harga susu agar tetap menguntungkan peternak, kelebihan produksi susu dibuang ke laut untuk makanan biota-biota laut. Lha...kita di
sini: toge, kangkung, beras, biskuit semuanya impor dari luar. Bahkan kain sekalipun.

Almarhum Sinuwun Paku Buwono XII pernah berkunjung ke Padepokan kami di One Earth Ciawi Bogor, beliua merasa begitu krasan di tempat itu. Bahkan turut menandatangani Prasasti yang menyatakan tekad anak bangsa untuk kembali kepada nilai-nilai budaya spiritual Nusantara. Sir Thomas Stamford Raffles tahu benar hal ini. Kalau mau menguasi Nusantara harus lewat pendekatan budaya (Cultural Approach). Lantas Karaton dibuat-buat seolah feodal sehingga terpisah dengan rakyat jelata sehingga mudah dikuasai.

Bahkan kini ada pihak-pihak yang melarang orang menari, kita boleh beragama Islam tapi jangan beragama Arab dan mengimpor budaya asing. Saya ada dokumentasi di Perpustakaan Dewantara Tagore di Bogor sana yang memperlihatkan secara jelas cara orang-orang Arab menari. Mereka membawa pedang karena belum beradab. Sehingga bisa saling membunuh satu sama lain. Itulah sebabnya kenapa Kanjeng Nabi melarang tarian. Sekarang konteksnya beda, Dan kita, bangsa Indonesia sudah beradab dan berbudaya sehingga tak perlu ada larangan untuk menari. Ada prediksi yang menyatakan bahwa pada 2020 Indoneisa akan terpecah menjadi 5 negara. Kita semua harus mencegahnya.

Sejak 2000 tahun silam kita sudah punya sistem hukum yang berjalan baik. Di Arab belum ada jaksa, hakim dan penjara sehingga jika ada orang mencuri langsung dipotong tangannya. Ada penelitian yang menyimpulkan bahwa memang pusat Sriwijaya ada di sini. Sebuah Dinasti yang mampu berkuasa selama 400 tahun (800-1200) . Dalam sejarah umat manusia belum ada dinasti lain yang berkuasa selama itu. Lantas Singasari dan Majapahit berjaya selam 400 tahun. Sultan Agung yang memimpin kerajaan Mataram juga meneruskan kejayaaan tersebut. Saat itu budaya yang menyatukan tak ditinggalkan, walau ada agama yang berbeda-beda.

Walau kita sekolah bahasa dengan metode secanggih apapun jua tak akan membuat kita fasih berbahasa Arab. Sayangnya lagi, saat naik haji, para jemaah hanya dibawa ke Saudi Arabia saja yang dikuasai oleh aliran Wahabi. Satu sekte dalam Islam yang begitu keras. Jika Wahhabi dan Taliban berkuasa di Indonesia ini. Mereka hanya akan mampu bertahan selama 2, 5 tahun. Tapi biayanya begitu besar. Kita akan terpecah belah. Papua, Bali, Sulawesi, Jawa, Sumatra akan memisahkan diri. Padahal Jawa sudah tak memiliki Sumber Daya Alam lagi.

Fanatisme agama memang sengaja dimunculkan untuk menyulut pertikaian dan kericuhan. Bayangkan 200 juta orang rakyat Indonesia. Mereka tak butuh beras, mereka menjadi konsumen senjata. Konflik di Poso dan Maluku, kita semua tahu lah siap dalangnya. Kita semua harus bersatu, tak perlu menunggu Pemerintah yang sibuk mengurusi kekuasaan.

Di San Fransisco kini ada regulasi pembatasan penggunaan tas kresek karena itu berdampak pada pemanasan global (Global Warming). Jika suhu air laut naik 1,5 derajat celsius ribuan pulau di Indonesia akan tenggelam. Bahkan lampu-lapu neon di Magangan inipun harus kita impor dari luar. Saat saya ke Shanghai/ Beijing beberapa tahun lalu, tak ada motor rongsokan di sana. Kenapa? Saya diberi tahu oleh warga setempat bahwa motor-motor rongsokan tersebut sudah di ekspor ke Indonesia. Mulai sekarang jangan beli motor itu. Swadesi kata Mahatma Gandhi, cinta pada Negara diwujudka dengan memakai produk dalam negeri.

Kini marak terjadi orang-orang kaya baru ditelepon oleh Bank-bank Internasional. Mereka para OKB tersebut ditawari kartu kredit. Kita diproyeksikan menjadi bangsa dan negara penghutang. Aset negara dijual. Tiap kata yang kita ucapkan lewat telpon/HP dalam seminggu bisa direkam dan didengar oleh orang-orang asing. Perbankan dan sarana telekomunikasi semuanya dikuasai oleh orang luar.

Lantas apakah kita harus berontak? Tidak! Yang dibutuhkan ialah kesadaran.

Masakan air yang berasal dari negeri kita sendiri kok harus bayar ke orang Prancis. Mulai sekarang kalau belanja di Mall cek "made in", buatan mana? beli dan pakai yang buatan dalam negri. Jika ada 200-300 orang yang melakukan hal ini kita bisa bangkit. Kunjungi juga pasar-pasar tradisonal. Dengan cara itu Gandhi bisa mengusir kaum imperialis Inggris dari India.Kini setiap tahun 200 juta dollar USA kita boroskan untuk membeli sayuran, buah-buahan dari Cina, yang keesokan harinya akan menjadi kotoran. Kita semua bertanggung jawab!

Jangan hanya mengadakan Pesta Rakyat di Prambanan dan Borobudur. Keluar juga, adakan Pesta Rakyat di Mall-mall. Cukup memberi tahu pada pihak pengelola Mall dan aparat kemanaan yang bertugas di sana. Kita ngamen tanpa terima uang sepeserpun. Jika ditangkap dan dipenjara maka teruslah bernyanyi di dalam penjara.

Tapi perlu diingat NIM adalah organisasi non partisan. Aturannya jelas dan tegas, setiap pengurus NIM tak boleh menjadi anggota partai tertentu dan terjun ke dalam politik praktis. Mari kita melayani Ibu Pertiwi dan segenap anak bangsa. Perlu ada revitalisasi bangunan Keraton. Baik yang diluar maupun yang di dalam. Keraton sejatinya adalah Mercu Suar, Pembawa Obor!

http://www.rimanews.com/read/20110505/26621/sufi-mehfil-bende-mataram-di-keraton-surakarta

Tidak ada komentar: