Desember 22, 2013

Sawung Jabo dan Sirkus Barock Tampil Impresif di Gedung Societad

Dimuat di Targetabloid.com, Minggu/22 Desember 2013

Senin malam (16/12/2013) sejak pukul 19.30 WIB Gedung Societed, Taman Budaya Yogyakarta (TBY) di Jln. Sriwedani sudah penuh sesak. Penonton yang datang belakangan harus rela duduk lesehan di atas karpet. Acara ini memang gratis dan terbuka untuk khalayak ramai. Total 19 lagu dibawakan oleh Muchamad Johansyah alias Sawung Jabo bersama Sirkus Barock. Mereka sukses memuaskan dahaga ribuan penggemarnya lewat sajian musik bertajuk “Cerita dari Jalanan”.

Bagus Mazasupa membuka konser dengan distorsi suara yang keluar dari keyboardnya. Sekilas terdengar seperti obrolan orang di warung makan, angkot, bus kota, kereta api, atau pangkalan ojek. Lalu, Ucok Hutabarat memainkan biolanya. Tapi tidak digesek melainkan dengan dipetik layaknya memainkan okulele. Suasana kian semarak tatkala Giana Sudaryono, satu-satunya perempuan di atas panggung rancak memainkan tamborine dan perkusi.

Setelah itu, Sawung Jabo http://sawungjabo.wordpress.com/ bersama Sirkus Barock langsung memainkan 6 komposisi lagu. Musik mereka memang khas. Sebab bukan sekadar bertralalili atau berkesenian saja, tapi juga berupaya mengetengahkan hasil perenungan yang mendalam. Berikut ini salah satu petikan lirik lagu “Kalau Batas Tak Lagi Jelas” dari album Anak Angin:

Kalau batas tak lagi jelas
Mata hati harus awas
Kata harus berjiwa
Langkah harus bermakna

Kalau batas tak lagi jelas
Mata hati harus awas
Setia pada jalan hidup
Tanpa mengingkari kenyataan

Mengintai hidup dari balik mega
Merambah hidup dibarengi doa
Menembus kabut-kabut pikiran
Dengan cahaya ketenangan

Kalau batas tak lagi jelas
Mata hati harus awas
Berkaca pada langit
Hening, diam, dan bergerak

Sebelum membawakan lagu ketujuh, Sawung Jabo ramah menyapa penonton, “Piye kabare? Kepanasan yo? Aku tak ngombe sik yo.” (Bagaimana kabarnya? Kepanasan ya? Saya minum dulu ya – terjemahan editor).  Walau sudah relatif berumur, musisi kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 4 Mei 1951 tersebut tetap kritis dan vokal.

Jabo mengkritisi hajatan politik, pemilu 2014 yang akan datang, “Sik dipilih sakjane sopo tho? (Yang dipilih sebenarnya siapa? – terjemahan editor). Rai-rai (foto wajah-wajah – terjemahan editor) mereka dipajang di mana-mana sok bijaksana. Padahal mereka belum pernah terbukti berjasa pada bangsa dan negara ini. Partai pun sulit untuk bisa dipercaya, apalagi yang memakai label agama. Kalau ada anggota partai politik yang menonton di sini, aku suruh bayar.”

Tak lupa ia memperkenalkan para punggawa Sirkus Barock. Antara lain Totok Towel dan Joel Tampeng pada gitar. Endy Barkah menggebuk drum. Sinung Ganung, sang pembetot bas dan Deni Dumbo pemain jimbe, bonang, terompe, serta suling. Sirkus Barock  telah mengeluarkan beberapa album. Antara lain Anak Setan (1975), Fatamorgana (1994), Jula Juli Anak Negeri (2001), Tur ke Sydney & Melbourne (1995 & 1996), dan Musik dari Seberang Laut yang masuk dalam album kompilasi Worldmusic dengan judul World Without Borders (1997).

Saat hendak melantunkan lagu kedelapan, Sawung Jabo mengundang seorang tamu istimewa. Oppie Andaresta naik ke atas panggung dan turut memainkan harmonika dalam tembang “Kesaksian Jalanan”. Berikut ini kutipan liriknya:

Negeri kaya raya
Merana terlunta-lunta
Dikhianati pengaku
Pengurus negeri ini

Pertiwiku terluka
Merana tak berdaya
Anak-anak cucunya
Makin rakus menjarah

Kesaksian jalanan
Kesaksian nurani
Menghantui tidurmu
Menyayat-nyayat sisa-sisa hidupmu

Kesaksian jalanan..
Kesaksian nurani..

Dalam konferensi pers pada Sabtu (14/12/2013) di TBY, Jabo sempat memaparkan alasan pemilihan tema “Cerita dari Jalanan”. Menurutnya ini bisa dianggap sebagai gosip murahan atau malah dinilai sebagai hasil analisa dari balik pagar yang ngawur. “Tetapi semua itu tetaplah merupakan sebuah opini dari kenyataan hidup sehari-hari di negeri ini. Harapannya semoga bisa memberi inspirasi bagi kehidupan bersama,” imbuhnya.
Dalam lagu berjudul “Dunia Binatang”, nyata sekali realitas keseharian tersebut. Terutama ranah politik dan ekonomi. Berikut ini kutipan liriknya:

Ada macan mencakar macan
Ular menggigit ular
Ada gajah membunuh gajah
Kita yang terinjak ya ho ho

Mata liar dimana mana
Mencari mangsa yang lemah
Tangan tangan yang penuh darah
Menindas sambil tertawa
Ada maling teriak maling
Ada musang berbulu domba
Monopoli menjadi jadi

Beberapa penonton mulai tak sabar ingin ikut menari. Pihak panitia memersilakan tapi cukup di pojok kanan panggung. Agar tidak menghalangi pandangan mata penonton yang duduk. Pada lagu ke-13 hingga ke-17, para penonton bernyanyi bersama layaknya sebuah koor. Lirik lagu “Jula-juli Anak Negeri”, “Bongkar”, “Kuda Lumping”, “Hio”, “Kesaksian” sudah mereka hapal di luar kepala.

Mereka
Dihinakan
Tanpa daya
Terbiasa hidup
Sangsi

Orang orang
Harus dibangunkan
Aku bernyanyi
Menjadi saksi

Kenyataan
Harus dikabarkan
Aku bernyanyi
Menjadi saksi

Lagu ini
Jeritan jiwa
Hidup bersama
Harus dijaga

Lagu ini
Harapan sukma
Hidup yang layak

Usai menyanyikan lagu “Kesaksian” tersebut, Sawung Jabo dan Sirkus Barock sudah berpamitan kepada seluruh hadirin. Tapi para penonton meminta agar mereka tetap tampil di atas panggung. Dua lagu para penonton teriakkan minta dinyanyikan, yakni “Badut” dan “Bento”. 

Begitu intro tembang “Bento” keluar dari petikan gitar merah Sawung Jabo, sontak seluruh penonton berdiri, bernyanyi, dan menari bersama. Tepat pukul 22.45 WIB konser berakhir. Para penonton memberikan tepuk tangan meriah untuk penampilan impresif Sawung Jabo dan Sirkus Barock.  (Red)

Editor dan Foto : Nugraha A- Yogyakarta

Tidak ada komentar: