Dimuat di Surat Pembaca, Suara Merdeka, Senin/23 Desember 2013
Banyak orang beranggapan kalau aktivitas membaca dan meresensi buku 
sebagai kegiatan yang menjemukan. Awalnya saya juga berpendapat 
demikian, tapi perlahan saya mulai memiliki cara pandang yang berbeda. 
Sejak masih kuliah, saya sudah rutin membaca dan mengirim resensi buku 
ke media massa, karena ternyata bisa dapat pemasukan lumayan dan kiriman
 buku-buku gratis dari penerbit di seluruh Indonesia. Tatkala resensi 
saya dimuat di media cetak, memang ada beberapa penerbit yang memberi 
fee. Jika tembus di koran lokal rata-rata mendapat Rp 100.000, sedangkan
 kalau tayang di koran nasional bisa mendapat Rp 150.000 lebih.
Selain itu, saya selalu mendapat kiriman buku gratis dari penerbit 
untuk diresensi lagi. Dari media cetaknya sendiri saya tentu mendapat 
honorarium juga. Bahkan saat masih kuliah saya selalu memberikan bukti 
cetak (berupa fotokopian) dimuatnya resensi saya di koran kepada pihak 
kampus. Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta relatif mengapresiasi
 mahasiswa yang mau menulis di media massa. 
Jadi setidaknya sudah ada 3 sumber pemasukan hasil meresensi buku. 
Yakni dari penerbit, koran yang bersangkutan, dan perguruan tinggi. Tapi
 sebelum mulai membaca buku, saya harus selektif. Pilih buku terbitan 
baru untuk diresensi di media massa. Misalnya sekarang tahun 2013, maka 
kita harus memilih buku-buku terbitan tahun 2013 juga. Kalau buku 
terbitan lama akan sulit dimuat di koran. Lalu bacalah buku yang telah 
dipilih tersebut sampai selesai. Jika ada poin-poin menarik tulis di 
secarik kertas beserta nomor halamannya. Itu akan menjadi salah satu 
paragraf dalam resensi yang hendak ditulis.
Catat juga kesalahan ketik, kekurangan tanda baca, sistematika yang 
tak runut, dan lainnya. Sebab meresensi bukan sekedar meringkas isi, 
tapi juga memberi rekomendasi pembenahan atas buku yang dibaca. Selesai 
membaca buku, segeralah untuk menulis tinjauannya agar tidak kehilangan 
”emosi” membaca. Menurut Pepih Nugraha, itu ibarat ruh dalam resensi. 
Selain itu, sayang kalau kedahuluan penulis resensi lain. Bisa jadi 
mereka juga menulis resensi buku yang sama. Terakhir tapi penting, edit 
secara cermat resensi tersebut. Lalu, segera kirim resensi tersebut ke 
media cetak via e-mail. Selamat mencoba.
|  | 
| Sumber: http://studentbranding.com/wp-content/uploads/2010/02/books.jpg | 
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar