Desember 23, 2007

Teknologi "Rumah Surya"

Dimuat di Rubrik Masalah Kita SKH Kedaulatan Rakyat 18 Februari 2006.

Pada awal 2006 Pemerintah berencana menaikkan Tarif Dasar Listrik menjadi hampir dua kali lipat dari harga semula. Belum reda derita rakyat jelata akibat kenaikan berbagai harga kebutuhan pokok paska pencabutan subsidi BBM Oktober tahun lalu, kini masih akan ditambah sengatan "setrum" tegangan tinggi TDL.

Alhamdulilah, kebijakan tak populis ini ditunda pemberlakukannya karena banyak pihak yang keberatan, namun sampai kapan penundaan ini akan berlangsung?

Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai institusi tunggal yang mengurusi kelistrikan nasional perlu mencari alternatif sumber energi fosil. Data terakhir menyebutkan bahwa 87 persen dari total 24.262 MW energi listrik menggunakan bahan bakar minyak, gas dan batu bara. Sehingga otomatis dengan adanya kenaikan minyak dunia maka biaya produksi listrik akan meningkat. Dan cara termudah unuk menutup biaya pengeluaran ialah dengan menikkan tarif bagi konsumen.

Strategi lain yang kiranya lebih berpihak ialah menggunakan sumber energi non fosil. Misal, tenaga aliran arus air, tekanan uap udara, biogas, angin, ataupun cahaya matahari yang melimpah di daerah tropis semacam Indonesia. Tentu dibutuhkan komitmen Pemerintah dalam pembiayaan, penelitian, serta pembangunan sarana infrastruktur teknologi Pembangkit Listrik alternatif semacam itu. Dan untuk mewujudkannya membutuhkan biaya, waktu dan keterlibatan semua pihak.

Selain itu yang lebih pokok, urgent dan bisa dilakukan oleh kita semua sebagai warga negara ialah secara aktif, kreatif dan inovatif menemukan sumber energi non fosil. Sehingga ketergantungan berlebih pada energi listrik konvensional dan intitusi negara bisa diminimalisir. Misalnya seperti Bapak Minto (53) seorang Guru SD d Dusun Prambon, Madiun, Jawa Timur. Beliau mengembangkan teknologi alternatif "Rumah Surya" di mana hampir semua perkakas rumah tangga dari kompor sampai TV menggunakan energi surya alias cahaya mentari.

Jika ada "Minto-Minto" lain di Bumi Nusantara tercinta ini, serta ditambah dukungan Pemerintah dari level pusat sampai pinggiran, serta bekerjasama dengan pihak swasta yang bersedia menjadi sponsor dana, maka masalah ketergantungan berlebih pada energi listrik bisa diatasi. Dengan kata lain, sengatan listrik tak akan membuat kita tersentak kaget, paling banter cuma membuat kita tergelitik keenakan.

Tidak ada komentar: