Kebijakan impor beras jelas-jelas irasional dan tidak populis! Hal ini tepat benar seperti yang digambarkan oleh pujangga besar Nusantara yang pernah menembangkan syair profetis, "Zamanne zaman edan/ nak ora edan ora komanan!"
Bagaimana ndak edan? Tatkala musim panen raya tiba pemerintah justru berencana mengimpor beras dari luar negri melalui perum bulog. Dalih pemerintah memperlakukan policy ini ialah untuk menjaga stabilitas harga. Tapi realitasnya justru berbanding terbalik. Tatkala rencana impor beras baru menjadi wacana saja, para tengkulak telah menekan harga gabah di kalangan petani, kini harga beras berada pada kisaran Rp 3.000 per kg, penurunan harga ini jelas merugikan petani.
Jika dicermati, kebijakan ini merupakan turunan dari sitem ekonomi neoliberal yang mengedepankan nafsu ekonomis kelompok tertentu ketimbang analisis mendalam dan akal sehat dalam rangka mencapai keadilan sosial bagi semua. Ironisnya, pemerintah justru melupakan alasan berdirnya suaru negara seperi yang termaktub dalam mukadimah UUD 1945 dan pasal 33. Ada dua kemungkinan, pertama karena kekurang jelian para pakar ekonomi kita, dan/atau mereka tak tahan akan godaan meraup fulus.
Meski konsekuensinya petani kita yang bekerja keras di bawah terik mentai dari saat menabur benih hingga menggiling gabah, justru kian menderita. Inilah tugas kita untuk membuat mereka ingat pada amanah pemderitaan sesama putra-putri Ibu Pertiwi. Masih terngiang tembang Ki Ronggowarsito,"Nanging luwih becik menungso sing eling lan waspodo!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar