Sabtu, 14 Januari 2006 ialah hari peresmian Griya Indonesia Jaya dan Cak Nur Memorial Hall di Komplek Perkampungan Rakyat Indonesia yang lintas agama, suku, ras, status, ekonomi-sosial, gender, dst: One Earth One Sky One Humandkind Ciawi - Bogor - Jawa Barat.
"Bangunan" dua tingkat tersebut akan digunakan sebagai Kantor Pusat National Integration Movement (NIM), 'tuk terus berkarya menyuarakan semangat persatuan dan nilai inklusifitas sebagaimana dulu pernah digaungkan oleh Almarhum Nurcholis Madjid. Turut hadir dalam peristiwa bersejarah itu, Prof. Dr. Budi Susilo, Dirjen Potensi Pertahanan Departemen Pertahanan RI, beliau mewakili Menteri Pertahanan RI, Juwono Sudarsono. Selain itu rawuh pula Ibu Omi Komaryah (Istri Cak Nur).
Bapak Dhramadi, Deputi IV Kementrian Polkam, Bapak Utomo Dananjaya, serta Duta Besar Pakistan untuk Indonesia tak ketinggalan turut meramaikan acara ini. Dan yang menghebohkan adalah kedatangan Gus Dur, Presiden IV RI. Selaku tuan Rumah ialah ratusan Volunteers National Integration Movement (NIM) dari berbagai daerah, Batam-Kepulauan Riau, Lampung, Bandung, Sumedang, Semarang, Magelang, Pati, Jogja, Surakarta, Bali, Singaraja, dan Lombok. Semua hadir dengan biaya sendiri, tenaga sendiri, dan waktu sendiri.
Kebetulan 14 Januari 2006 bertepatan dengan ulang tahun ke 16 Yayasan Anand Ashram. Paguyuban spiritual yang didirikan oleh Bapak Anand Krishna. Dalam sambutan tokoh humanis lintas agama keturunan India, kelahiran Surakarta ini mengatakan,"Cak Nur adalah sebuah pandangan, falsafah, harapan, jiwa, dan kesadaran. Visinya tak akan pernah mati. Kita dapat berkumpul di tempat ini karena kita memiliki "bond" ikatan yang kuat dengan Ibu Pertiwi. Mari kita senantiasa kukuhkan dan perbaharui komitmen 'tuk berbhakti bagi Ibu Pertiwi, Indonesia Jaya!"
Cak Nur Memorial Hall berhiaskan ornamen dari pelbagai tradisi agama. Ada Kitab Suci Muslim, Khatolik, Hindu, dan Buddha di sana, semua itu merupakan sarana untuk mengingatkan kita kepada-NYA walau jalan yang ditempuh berbeda. Sharing dari Ibu Omi menyentuh, di lingkungan keluarga Cak Nur adalah Ayah yang baik, beliau senantiasa mendidik putra-putrinya agar bersikap inklusif, menghargai perbedaan, beliau menyarankan mereka untuk mengapresiasi semua agama. Sehingga semangat pluralisme sungguh dipraktikkan dalam keseharian, di mulai dari rumah sendiri. Permasalahan kebangsaan kita ibarat lingkaran setan yang sulit untuk dibenahi, sering Ibu Omi mengungkapkan secara jujur rasa pesimis ini pada Sang Suami tercinta, namun Cak Nur selalu mengatakan, justru karena lingkaran setan kita mudah memutusnya, bisa di mulai di mana saja, dari "angle" manapun. Wow...He is really a Great Man!
Ada juga ulasan dari Pak Budi Susilo, utusan Menteri Pertahanan, yakni soal 2 tipe ketahanan Nasional. Pertama, lewat militer, kita tak akan bisa mengamankan seluruh wilayah kepulauan Nusantara yang begitu luas lewat kekuatan militer, cara yang terbaik adalah lewat cara kedua yakni membangkitkan semangat "bela negara" di dada setiap penduduk Indonesia.
Gus Dur juga bicara panjang lebar selama sejam lebih di Aula As-Salam. Yang menarik adalah uraian beliau tentang istilah "Bende Mataram", ternyata idiom ini merupakan sumpah yang dibacakan pada saat pengangkatan seorang Raja. Mulai berlaku sejak dinasti Sanjaya, di Kerajaan Airlangga, Kediri, Singosari, dan terakhir di Mataram Kuno. Maknanya ialah tekad untuk berbhakti bagi "Mataram", Ibu Pertiwi. Untuk konteks saat itu berarti menjamin kesejahteraan lahir-batin rakyat di kerajaan masing-masing.
Gus Dur juga bicara panjang lebar selama sejam lebih di Aula As-Salam. Yang menarik adalah uraian beliau tentang istilah "Bende Mataram", ternyata idiom ini merupakan sumpah yang dibacakan pada saat pengangkatan seorang Raja. Mulai berlaku sejak dinasti Sanjaya, di Kerajaan Airlangga, Kediri, Singosari, dan terakhir di Mataram Kuno. Maknanya ialah tekad untuk berbhakti bagi "Mataram", Ibu Pertiwi. Untuk konteks saat itu berarti menjamin kesejahteraan lahir-batin rakyat di kerajaan masing-masing.
Acara malam itu juga dimeriahkan oleh role play dari kawan-kawan The Torchbearers Jakarta. Berkisahkan tentang konspirasi pembunuhan Dyah Ayu Pitaloka, putri ayu dari Kerajaan Padjajaran. Ada segelintir orang yang tak mau Nusantara bersatu, untuk konteks saat itu adalah persatuan secara politis, ekonomis dan kultural antara 2 kerajaan besar Majapahit dan Padjajaran. Pola semacam inipun ternyata masih terjadi hingga detik ini. Namun yang namanya Kebangkitan Bumi Pertiwi adalah suatu keniscayaan, sesuatu yang tak mungkin tidak terjadi. Oleh sebab itu mari kita memberdaya diri sehingga bisa berkontribusi dalam tugas mulia tersebut. Indonesia Jaya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar