Maret 14, 2008

Sharing Kesan Interview Lomba Menulis Kebangsaan

Dimuat di Website http://www.nationalintegrationmovement.org
Luar Biasa! sungguh mengesankan dan mengharukan acara lomba Menulis tingkat SMA se-Jateng DIY hari ini, Minggu 27-8-2006 jam 8.00-17.00 WIB di University Center UGM Jogja yang diadakan secara gotong-royong oleh Pusat Pemulihan Stress dan Trauma-Keliling (PPSTK), National Integration Movement (NIM), dan Anand Krishna Center (AKC) Joglosemar.

Kita benar-benar telah menorehkan sejarah! sebuah kado kecil bagi Ibu Pertiwi tercinta. Tanpa “intervensi” Keberadaan dan berkah Bapak Anand Krishna niscaya acara ini bisa berjalan dengan lancar, sukses dan BERKOBAR! Ada total 31 peserta, 28 putri dan “hanya” 3 putra, mereka semua tanpa terkecuali amat antusias mengikuti wawancara lisan dan terbuka dengan dewan Juri sejak pukul 8.00-12.00 WIB non stop.

Tentu saja pasca lima peserta peserta diwawancarai ada selingan lagu dari The Torchbearers mempersembahkan tembang-tembang bernuansa kebangsaan dan kebhinekaan. Seperti lagu Caca Marica, Wujudkan Persatuan, Afirmasi, KAU, dll. Juga ada latihan sederhana speedy relaxation yang difasilitatori oleh Dr. Djoko dari Pati guna membuat peserta merasa lebih rileks.

Masing-masing peserta wajib memaparkan secara singkat ide yang telah dituangkan lewat tulisan, yakni salah satu tema berikut :
Sila 1 : Banyak Jalan menuju Tuhan
Sila 2 : Satu Bumi Satu Langit Satu Umat Manusia
Sila 3 : Siapapun Kau Kau Orang Indonesia
Sila 4 : Ramah tamah dan Sopan Santun
Sila 5 : Gotong-royong
masing-masing 2 menit, lantas dewan juri mengajukan pertanyaan guna menguji kefasihan peserta memaparkan ide tersebut secara lisan.

Ada 3 Juri, beliau-beliau adalah sbb:

Pertama, Bapak St. Kartono, Guru Bahasa Indonesia di SMU Kolese De Britto Jogja yang juga seorang jurnalis terkenal, coretannya kerap menghiasi lembaran media cetak baik lokal maupun nasional, seperti KOMPAS, KR, Bernas dlsb. Kedua, Miss Laurentia Sumarni, S.Pd, dosen mata kuliah Writing di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma Jogjakarta, beliau dikenal sebagai dosen yang gaul dan fungky karena sudi nongkrong di koridor kampus guna berdiskusi dan berdialog secara santai dengan mahasiswa-mahasiswinya, dari soal perkuliahan sampai masalah film apa yang paling gress diputar di bioskop. Ketiga, jauh-jauh dari Semarang, yakni Yustinus Erwin Thomas, seorang wiraswasta muda di bidang perbukuan, beliau adalah Direktur “La Vigyan”, yakni semacam company yang bergerak mendistribusikan buku-buku bernuansa kebangsaan, spiritualitas lintas agama dan perkembangan science mutakhir.

“Naik pesawat ketemu Surya Paloh…So What Githu loh..” Begitulah cara Juri untuk mencairkan suasana tegang yang mewarnai wawancara ini karena para peserta di suruh duduk di kursi “panas” untuk diinterogasi tentang ide dan pemikirannya guna mengatasi aneka problematika kebangsaan kita yang sebelumnya telah mereka tuliskan dalam essay setebal 8-12 halaman kuarto.

Ada seorang peserta yang bernama “Mayang”, begitu maju ke depan, Pak St. Kartono segera bertanya dengan serius, ” Gimana kabarnya Mas Bambang Tri Atmojo??? semua sejenak kaget….kok tanya-tanya gitchu sih…oh ternyata ini berkaitan dengan gosip antara salah satu putra Pak Harto dengan selebritis Mayang Sari, “wat-wat gawoh”…ada-ada saja. Namun secara keseluruhan saya merasa salute dan kagum dengan kecemerlangan dan kepiawaian para peserta menjawab pertanyaan para juri dengan logis, mantap dan polos ala “teenager.”

Misalnya, Bintang Cesario dari SMAN 8 Jogja yang kebetulan menjadi juara I, ia memiliki cita-cita sederhana untuk memulihkan keadaan bangsa ini dan membawanya pada kejayaan. Yakni menjadi pengusaha restoran, kinerja perusahaan harus profesional ala fastfood, tapi ia tak akan menjual produk import, yang ia jual adalah masakan-masakan tradisional dari pelbagai daerah di Indonesia, seperti ayam bakar, soto, gado-gado, lotek, dst dan ia juga hendak melebarkan wilayah pemasarannya sampai ke negri manca. Wow…

Ada juga paparan Mutiara Rosiatun dari SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Taman Siswa Jogja, yang menjadi juara II, ia bercita-cita menjadi diplomat dan hendak terbang ke luar negri, guna mengatakan pada orang-orang di sana bahwa Indonesia tidak seperti yang mereka pikirkan, sejatinya kita adalah bangsa besar dan berpotensi untuk maju, jaya dan disegani di kancah percaturan internasional.

Salah satu siswi dari SMA Taruna Nusantara Magelang, Bunga Bangsa namanya, yang menjadi juara III, bercita-cita menjadi ahli pangan, sebelumnya ia bertekad belajar dengan tekun sehingga bisa mendapat beasisiwa ke luar negri. Kemudian ia akan kembali ke Indonesia dan menerapkan ilmunya guna mengatasi masalah kerawanan pangan yang masih menghantui negri ini.

Singkat kata, jika menyaksikan dan merasakan semangat generasi muda kelahiran era 1990-an itu yang kreatif menuangkan ide lewat bahasa tulisan dan berwawasan kebangsaan pula. Sungguh Indonesia Jaya merupakan satu keniscayaan, satu hal yang tidak mungkin tidak tercapai. Indonesia Pasti Jaya!

Tidak ada komentar: