April 16, 2008

INDONESIAN COOPERATION

Dimuat di Bebas Bicara BERNAS, 7 Mei 2008

Apa kebutuhan mendesak manusia Indonesia sekarang? Secara gamblang ialah terjangkaunya harga 9 kebutuhan pokok (sembako) oleh kocek puluhan juta rumah tangga miskin (RTM) dari Sabang sampai Merauke. Dulu pada 1970-an tatkala Kenduren, 1 butir telur bisa dibagi-bagi untuk 8 orang. Tapi di zaman neoliberal ini banyak bancakan telur yang dibuang-buang karena putra-putri Ibu Pertiwi lebih suka makan junk food. Selain itu disebabkan pula oleh melambungnya harga sumber protein tersebut dari Rp 8.000 menjadi Rp 12.000 per kg.

Saatnya pemerintah mengalihkan perhatian dari isu-isu bernuansa politis dan SARA ke masalah riil yang dihadapi rakyat. Misalnya dengan menggalakkan operasi pasar murah, terutama di pasar-pasar tradisional. Jangan melulu mengelus-elus paha Hiper Mall dan Super Market.

Lebih lanjut, spirit ekonomi nasional juga mesti direvisi agar inflasi tidak menjadi tradisi. Secara visioner para founding fathers kita telah memiliki jawaban atas persoalan perut rakyat dewasa ini. Seperti yang termaktub dalam butir kelima Pancasila: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia!

Ibarat mata rantai, kekuatannya terletak pada mata rantai terlemah, sehingga peningkatan kualitas hidup rakyat miskin di RI ini niscaya menaikkan mutu kehidupan berbangsa dan bernegara secara keseluruhan. Karena itu, pemerintah musti lebih berpihak pada korban dan pro rakyat!

Bung Hatta telah mewariskan konsepsi koperasi pada kita. Sebuah sistem ekonomi yang berwatak sosial berlandaskan semangat kekeluargaan dan gotong-royong. Tinggal bagaimana visi tersebut dibadankan (dipraksiskan) dalam keseharian hidup berbangsa dan bernegara (termasuk berkeluarga).

Contoh konkret seperti yang dilakukan Anand Krishna dkk. Aktivis spiritual ini memprakarsai pendirian Koperasi Global Anand Krishna di Bali (12 Juli 2007), Joglosemar (27 Juli 2007), dan Jakarta (1 September 2007). Koperasi spiritual pertama di Indonesia ini menyediakan aneka barang produksi dalam negeri dari deterjen sampai beras organik bagi seluruh anggota dan masyarakat sekitar. Termasuk menerbitkan buku Voice of Indonesia (2007) dan Think on These Things (2008) dalam rangka meningkatkan kesadaran sipil (Civic Awareness).

Saat ini, tercatat lebih dari 3,8 juta Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tersebar di seantero penjuru Nusantara. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, sinergi (net working) antara pihak swasta, pemerintah, dan koperasi di akar rumput semakin mudah dijalin, dibina dan dikembangkan. Sehingga niscaya ke depan Indonesian Cooperation (Ind Coo) dapatmengimbangi kekuatan TNC/MNC. Amin!

Tidak ada komentar: