April 16, 2008

TANTANGAN ZAMAN BAGI KAUM MUDA


Secara puitis Bung Hatta senantiasa menyebut kaum muda Indonesia sebagai: Pahlawan Dalam Hatiku. Ironisnya kini jiwa ksatria anak-anak muda kita untuk berjuang demi Kebenaran, berkarya demi Kebajikan dan berjibaku demi Keadilan justru kian mengkeret.

Padahal sejarah nasional memverifikasi bahwa pemuda-pemudilah yang acapkali mencetuskan ide-ide segar. Gagasan otentik yang migunani bagi bangsanya acapkali terlontar dalam diskusi-diskusi di kampus ataupun di bawah temaram angkringan (warung tradisional di Jogja yang buka sejak maghrib - subuh). Last but not least, kaum mudalah pulalah yang sering tampil di podium, secara berapi-api membela rakyat musuh tanpa menghiraukan bahaya yang mengancam.

Mereka proaktif mengambil inisiatif dengan menjadi aktivis yang lincah dan militan di akar rumput. Tapi kini sudah menjadi rahasia umum bahwasanya proposal kegiatan di pelbagai kampus - khususnya pada sub-bab Anggaran Dana - dimark up habis-habisan. Ironis!

Pertanyaan kritisnya ialah berapa banyak Uang Kuliah Dasar (UKD) yang raib ditilep secara berjamaah untuk membiayai program hura-hura yang diberi label "Pembubaran Panitia"?. Bukankah seyogyanya dana tersebut dimanfaatkan untuk menggelar acara bernuansa kebangsaan yang lebih bermutu dan mencerahkan?

Mari kita bercermin dari generasi muda angkatan "08, '28, dan '45. Sebut saja Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Ki Hadjar Dewantara, Natsir, Syahrir, Sukarni, Chaerul Saleh, Adam Malik, dst. Sejak usia yang terbilang belia para pendahulu kita tersebut telah berjuang mengobarkan api nasionalisme (baca: Cinta Ibu Pertiwi) di Bumi Nusantara bahkan sampai ke Negeri Manca. Soekarno sudah membacakan pledoi bertajuk "Indonesia Menggugat" di Batavia saat baru berusia 26 tahun. Pada usia yang sama Bung Hatta telah menyampaikan pembelaan berjudul "Indonesia Merdeka" di Belanda.

Secara spesial jelang 21 April 2008 mari menrevitalisasi spirit R.A Kartini. Pemikiran-pemikiran lintas jaman yang termaktub dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang". Intinya beliau menuntut perubahan paradigma masyarakat yang bias gender menuju ke kesetaraan yang manusiawi.

Menggelitik di benak penulis sebuah pertanyaan, apa akar penyebab terciptanya jurang yang begitu lebar antara kobaran semangat, kadar pemikiran dan militansi perjuangan generasi zaman itu dan kini?

Menurut hemat penulis, kunci jawabnya ialah disiplin diri (self discipline). Yakni sebuah upaya sungguh untuk menata diri secara teratur dan kontinyu dalam hal waktu, pikiran, panca indra, benda, finansial bahkan sampai urusan sepele seperti kebersihan badan.

Nah setelah relatif piawai memimpin diri sendiri barulah beliau-beliau itu terjun ke masyarakat memimpin perjuangan untuk membuat penjajah kocar-kacir di meja perundingan maupun di medan gerilya.

Bandingkan dengan pola prilaku generasi MTV yang begitu "santai". Misalnya, soal kebiasaan bangun tidur. Banyak kaum muda yang mengaku aktivis pergerakan tapi tergolong "Bangsawan" alias bangsa tangi awan (bangun kesiangan). Lha bagaimana bisa mengorganisir gerakan rakyat secara elegan kalau masih kalah rajin dengan ayam jantan?

Mari mengintip buku DIMATA (Pribadi Manusia Hatta) yang terdiri atas 12 jilid dan diterbitkan oleh Sinar Harapan bekerjasama dengan PT. Garuda Indonesia pada Juli 2001. Karya monumental ini disunting secara khusus oleh Meutia Hatta Swasono. Di sana dikisahkan betapa disiplinnya Sang Putra Andalas.

Misal sharing dari Cak Roeslan Abdulgani berjudul "Sidang Kabinet di Yogya" (Jilid ke-8, hlm 72-74), "Biasanya kurang lebih tiga menit sebelum pukul 20.00, kita mendengar deru mobil Bung Hatta dengan motor pengawal masuk ke halaman Gedung Negara. Terompet penjaga kehormatan berbunyi dua menit sebelum pukul 20.00. Dan persis satu menit kemudian Bung Hatta memasuki ruang sidang. Secara berkelakar, sambil berbisik-bisik, beberapa menteri mencocokkan arloji tangannya pada saat Bung Hatta mengetok meja, dengan palu pimpinan, sebagai tanda sidang Kabinet dibuka. Dan saat itu adalah persis pukul 20.00"

Luar biasa! Prinsipnya sederhana, bila beliau bisa, kita pun niscaya mampu! Inilah tantangan zaman bagi kaum muda!

Tidak ada komentar: