Dimuat di Majalah Pendidikan Online Indonesia, Minggu/4 Agustus 2013
Kegigihan, loyalitas, dan
antusiasme pemain ke-12 di Timnas Garuda patut diacungi jempol.
Tatkala kompetisi liga domestik bergulir – entah itu LPI atau LSI –
kelompok suporter yang bertanding kadang memang saling bersitegang.
Tapi tatkala Tim Nasional – baik U-21, U-23, ataupun Senior –
berlaga, sontak seluruh pendukung bersatu di bawah panji Sang Saka
Merah Putih. Lagu “Indonesia Raya” pun berkumandang menembus
sekat-sekat pemisah.
Kebangkitan sepakbola nasional harus
dimulai dari persatuan segenap elemen suporter. Sebab, pendukung
Timnas Garuda bukan kumpulan para birokrat atau simpatisan partai
politik tertentu yang dengan segala cara memanipulasi demi memuaskan
syahwat korupsi.
Artinya, setiap pecinta Timnas
merupakan bagian tak terpisahkan dari keluarga besar orang Indonesia
dari Sabang sampai Merauke. Tentu keberagaman gaya dan tingkah laku
eksis dan mewarnai proses dinamisasinya. Kendati demikian, semua itu
lumrah dan bahkan dari kemajemukan niscaya tercipta sokongan nan
kokoh.
Pengorbanan
Masih lekat dalam ingatan pembaca ihwal
kisah heroik Reno Suharto Alpino Arena, bukan? Alpin tewas
mengenaskan terinjak-injak suporter lainnya tatkala hendak menonton
laga Semifinal Sea Games XXVI pada 2011 silam. Saat itu, Timnas U-23
Indonesia tengah bertanding kontra Malaysia di Gelora Bung Karno
(GBK), Jakarta. Padahal kali pertama itu saja Alpin menonton sepakbola
secara langsung (live). Tapi siapa sangka justru menjadi malam terakhir bagi additional drummer band DOT tersebut.
Penulis sekadar merefleksikan
perjuangan almarhum Alpin. Karena menyiratkan betapa besar cinta dan
pengorbanan para suporter di Indonesia. Bahkan nyawa pun sampai
melayang demi menyaksikan Timnas berlaga. Semoga ini menyadarkan para
petinggi dan elit politik di PSSI untuk menyudahi conflict of interest.
Kenapa? karena justru menimbulkan kebingungan pecinta sepakbola, sama
sekali tak berguna, dan menyebabkan langkah mundur belaka.
Kembali ke topik awal ihwal
suporter Timnas. Kita ialah kumpulan individu yang berinteraksi secara
intensif dan masif. Semua murni berdasarkan kecintaan pada Merah
Putih, rasa kekeluargaan tanpa pamrih, serta rasa
senasib-sepenanggungan sebagai sesama anak bangsa.
Kendati demikian, pada hemat
penulis kebersamaan ini juga menuntut tanggung jawab. Sehingga perlu
ada pengaturan sedemikian rupa sehingga dapat lebih terukur (measureable)
keberhasilannya. Misal dari segi pendataan anggota, kas keuangan,
rutinitas kegiatan, maupun manajerial organisasi. Di tengah derasnya
arus teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK), kita suporter Timnas
Garuda mesti memiliki website resmi. Sehingga para pendukung
Timnas Merah Putih dapat bertukar informasi terkini, berbagi semangat
perubahan, dan menyampaikan kritik konstruktif terkait kemajuan
bersama.
Akhir kata, selama ini pendukung
Timnas suatu negara memang terlahir secara independen. Yakni sebagai
kumpulan suporter dari tim-tim domestik yang berlaga di kancah
domestik. Sepakbola memang permainan kolektif sekaligus sarana efektif
mengharumkan nama bangsa (nation pride) di kancah Asia Tenggara, Asia, dan bahkan dunia. Bravo Timnas Garuda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar