Dimuat di Majalah Suluh FPUB - Forum Persaudaraan Umat Beriman (Edisi Mei - Juni 2007)
Judul Buku : The Gita of Management, Panduan Bagi Eksekutif Muda
Berwawasan Modern
Penulis : Anand Krishna
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbitan : I, April 2007
Tebal : ix + 322 halaman
Harga : Rp 50.000
"Bhagavad Gita adalah kitab suci bagi seluruh umat manusia. Bahkan bukan sekedar kitab, ia adalah sesuatu yang hidup, dengan pesan baru bagi setiap zaman, dan arti baru bagi setiap peradaban," tulis Sri Aurobindo, seorang Filsuf dan juga Rohaniwan berkebangsaan India.
Dalam falsafah Jawa ada paribasan : rame ing gawe, sepi ing pamrih (giat dalam berkarya tanpa pamrih). Spirit lokal (local genius) ini selaras dengan pesan universal yang termaktub dalam The Gita Of Management.
Menurut Anand Krishna, penulis buku ini, keselarasan tersebut bukanlah suatu kebetulan, karena budaya India dan Indonesia terlahir dari satu rahim yang sama, yaitu peradaban di sekitar Ibu (baca : Sungai) Sindhu yang membentang dari Gandahar (kini Pakistan) sampai Astralaya (kini Australia). Keselarasan tersebut telah berlangsung lama, misalnya, sewaktu Perdana Menteri India, Pandit Jawaharlal Nehru tercatat sebagai tamu kenegaraan pertama yang berkunjung ke Indonesia Merdeka 62 tahun silam. Sejarawan Arab menyebut peradaban Shindu dengan istilah Hindu. Orang Barat menamainya Indies, Hindia, Indo. Hindu sejatinya bukan mengacu pada nama agama tertentu melainkan khasanah kearifan lokal Nusantara tercinta. Begitulah paparan pembuka dari penulis buku produktif keturuanan India yang lahir di Surakarta ini.
Buku ini secara struktural terdiri dari tiga bagian. Dua bagian awal mengulas paradigma berfikir yang mepengaruhi tata kehidupan umat manusia dewasa ini. Yakni ajaran Sun Tzu dalam The Art Of War serta petuah Shri Krishna kebada Arjuna dalam Bhagavad Gita.
Filsafat dasar ala Sun Tzu mengedepankan tipu muslihat guna mengalahkan musuh. Sun Tzu lahir di negara bagian Qi di daratan Cina pada tahun 481 masehi. Semasa kecil, ia suka menonton arak-arakan pasukan kerajaan yang dipimpin seorang jenderal berbusana militer
lengkap dan mewah. Sun Wu (nama kecilnya) berkata, "Ah kalau sudah besar nanti aku mau jadi jenderal!". Begitu menginjak usia remaja, obsesi itu kian kuat, hingga terciptalah magnus opus seputar perang : The Art Of War.
Kini Bhagavad Gita mulai menggeser posisi The Art Of War, termasuk dalam ilmu managemen. Misalnya sehubungan dengan insentif finansial, bagi Sun Tzu, rakus itu baik namun menurut Shri Krishna, rakus itu buruk. Hal tersebut diperlihatkan dalam pesan Maha Guru Ksatria Arjuna di padang Kurusetra, "Jangan pernah melakukan sesuatu hanya karena imbalan!"
Ajaran luhur Shri Krishna tersebut terbukti mampu melampaui dualitas baik-buruk. Beliau mengajak manusia mempraksiskan bhakti atau berkarya tanpa pamrih dalam keseharian ziarah hidup. Artinya, berupaya sekuat tenaga sekaligus rileks tanpa terlalu memusingkan hasil akhir. We reap what we sow (kita menuai apa yang kita tanam). Atau dalam fisika modern mekanisme ini disebut dengan hukum aksi-reaksi.
Pada bagian penutup Anand Krishna melukiskan corak karakter seorang pemimpin sejati versi Bhagavad Gita kontemporer. Istilahnya ialah Trisila Kepemimpinan. Sane Leadership (Kepemimpinan yang waras sekaligus kewarasan seorang pemimpin), kepemimpinan yang efektif dan efisien, serta punya semangat persahabatan dengan klien, rekan sejawat, atasan, bawahan, pemerintah, lingkungan dan alam semesta. Bahkan seorang pesaing pun tidak perlu dimusuhi sebab ia bisa menjadi pemicu kreatifitas dan produktifitas.
Nilai-nilai keutamaan dalam The Gita (lagu) of Management tak hanya relevan diterapkan dalam lokus bisnis, melainkan juga dalam hidup sehari-hari. Buku ini ialah panduan untuk meniti ke dalam diri dan menjadi pemimpin sejati. Setidaknya menjadi pemimpin atas diri sendiri. Sehingga eksistensi kita bisa berguna bagi sesama sesuai peran kita di lingkar pengaruh masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh Swami Vivekananda, Pujangga besar India yang banyak mengilhami para founding fathers Republik Indonesia, "Cara untuk menggapai kesempurnaan hidup adalah dengan berkarya tanpa pamrih! " ( hal 156). Nilai itu pulalah yang dijelaskan oleh Shri Krishna.
Judul Buku : The Gita of Management, Panduan Bagi Eksekutif Muda
Berwawasan Modern
Penulis : Anand Krishna
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbitan : I, April 2007
Tebal : ix + 322 halaman
Harga : Rp 50.000
"Bhagavad Gita adalah kitab suci bagi seluruh umat manusia. Bahkan bukan sekedar kitab, ia adalah sesuatu yang hidup, dengan pesan baru bagi setiap zaman, dan arti baru bagi setiap peradaban," tulis Sri Aurobindo, seorang Filsuf dan juga Rohaniwan berkebangsaan India.
Dalam falsafah Jawa ada paribasan : rame ing gawe, sepi ing pamrih (giat dalam berkarya tanpa pamrih). Spirit lokal (local genius) ini selaras dengan pesan universal yang termaktub dalam The Gita Of Management.
Menurut Anand Krishna, penulis buku ini, keselarasan tersebut bukanlah suatu kebetulan, karena budaya India dan Indonesia terlahir dari satu rahim yang sama, yaitu peradaban di sekitar Ibu (baca : Sungai) Sindhu yang membentang dari Gandahar (kini Pakistan) sampai Astralaya (kini Australia). Keselarasan tersebut telah berlangsung lama, misalnya, sewaktu Perdana Menteri India, Pandit Jawaharlal Nehru tercatat sebagai tamu kenegaraan pertama yang berkunjung ke Indonesia Merdeka 62 tahun silam. Sejarawan Arab menyebut peradaban Shindu dengan istilah Hindu. Orang Barat menamainya Indies, Hindia, Indo. Hindu sejatinya bukan mengacu pada nama agama tertentu melainkan khasanah kearifan lokal Nusantara tercinta. Begitulah paparan pembuka dari penulis buku produktif keturuanan India yang lahir di Surakarta ini.
Buku ini secara struktural terdiri dari tiga bagian. Dua bagian awal mengulas paradigma berfikir yang mepengaruhi tata kehidupan umat manusia dewasa ini. Yakni ajaran Sun Tzu dalam The Art Of War serta petuah Shri Krishna kebada Arjuna dalam Bhagavad Gita.
Filsafat dasar ala Sun Tzu mengedepankan tipu muslihat guna mengalahkan musuh. Sun Tzu lahir di negara bagian Qi di daratan Cina pada tahun 481 masehi. Semasa kecil, ia suka menonton arak-arakan pasukan kerajaan yang dipimpin seorang jenderal berbusana militer
lengkap dan mewah. Sun Wu (nama kecilnya) berkata, "Ah kalau sudah besar nanti aku mau jadi jenderal!". Begitu menginjak usia remaja, obsesi itu kian kuat, hingga terciptalah magnus opus seputar perang : The Art Of War.
Kini Bhagavad Gita mulai menggeser posisi The Art Of War, termasuk dalam ilmu managemen. Misalnya sehubungan dengan insentif finansial, bagi Sun Tzu, rakus itu baik namun menurut Shri Krishna, rakus itu buruk. Hal tersebut diperlihatkan dalam pesan Maha Guru Ksatria Arjuna di padang Kurusetra, "Jangan pernah melakukan sesuatu hanya karena imbalan!"
Ajaran luhur Shri Krishna tersebut terbukti mampu melampaui dualitas baik-buruk. Beliau mengajak manusia mempraksiskan bhakti atau berkarya tanpa pamrih dalam keseharian ziarah hidup. Artinya, berupaya sekuat tenaga sekaligus rileks tanpa terlalu memusingkan hasil akhir. We reap what we sow (kita menuai apa yang kita tanam). Atau dalam fisika modern mekanisme ini disebut dengan hukum aksi-reaksi.
Pada bagian penutup Anand Krishna melukiskan corak karakter seorang pemimpin sejati versi Bhagavad Gita kontemporer. Istilahnya ialah Trisila Kepemimpinan. Sane Leadership (Kepemimpinan yang waras sekaligus kewarasan seorang pemimpin), kepemimpinan yang efektif dan efisien, serta punya semangat persahabatan dengan klien, rekan sejawat, atasan, bawahan, pemerintah, lingkungan dan alam semesta. Bahkan seorang pesaing pun tidak perlu dimusuhi sebab ia bisa menjadi pemicu kreatifitas dan produktifitas.
Nilai-nilai keutamaan dalam The Gita (lagu) of Management tak hanya relevan diterapkan dalam lokus bisnis, melainkan juga dalam hidup sehari-hari. Buku ini ialah panduan untuk meniti ke dalam diri dan menjadi pemimpin sejati. Setidaknya menjadi pemimpin atas diri sendiri. Sehingga eksistensi kita bisa berguna bagi sesama sesuai peran kita di lingkar pengaruh masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh Swami Vivekananda, Pujangga besar India yang banyak mengilhami para founding fathers Republik Indonesia, "Cara untuk menggapai kesempurnaan hidup adalah dengan berkarya tanpa pamrih! " ( hal 156). Nilai itu pulalah yang dijelaskan oleh Shri Krishna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar