11 October 2011
HMINEWS – Setiap tanggal 5 Desember PBB memperingati International Volunteer Day, oleh sebab itu One Earth College of Higher Learning, Anand Krishna Centre Joglosemar, dan Forum Pengajar, Dokter, Psikolog Bagi Ibu Pertiwi menggelar acara Talk Show “Etos Kerja Transpersona Zaman Baru” dan Launching buku terbaru Anand Krishna berjudul “Karma Yoga Bagi Orang Modern” di Gedung UC 2 Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta pada Sabtu (8/10) .
Rangkaian acara diawali dengan launching buku “Karma Yoga” yang fenomenal. Kenapa? karena buku ini telah terjual 1300 kopi sebelum masuk ke toko buku. Secara simbolik, area Manager DIY-Jateng Group of Books Publishing Kompas Gramedia, F.X Sumaryoto menyerahkan buku tersebut kepada Anand Krishna. Para peserta yang membeli buku “Karma Yoga” pada hari itu sangat beruntung. Sebab selain mendapat harga khusus, di dalamnya juga ada voucher potongan 30% mengikuti Program E-Learning One Earth College. Buku ini akan masuk dan beredar di Toko Buku pada tanggal 11 Oktober 2011.
Selama kurang lebih dua jam, para peserta yang hadir mulai dari mahasiswa, akademisi, profesional muda sampai ibu rumah tangga mengikuti jalannya Talk Show inspiratif ini tanpa rasa jenuh. Talk Show memberi insight baru dan menghadirkan Dosen dan Praktisi Transpersonal Psikologi UGM Kwartarini Wahyu Yuniarti, M. Med.Sc., Ph.D, Guru Besar Fakultas Teknik UGM Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D serta dipandu oleh Ronny Sugiantoro, S.Pd., S.E., M.M. Wakil Pemimpin Redaksi Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan Rakyat, bertindak sebagai Moderator.
Obrolan santai sesekali dibumbui dengan humor, baik dari Moderator maupun dari Ibu Bo (panggilan akrab Ibu Kwartarini). Sehingga membuat suasana menjadi lebih semarak. Selain itu, pesan yang ingin disampaikan – memasyarakatkan volunteerism atau kesukarelaan sebagai semangat dibalik setiap pekerjaan dan dalam menjalani profesi kita sehari-hari – mengena pada para peserta yang hadir.
Sebagai pembicara pertama, Kwartarini menjelaskan bahwa dalam bekerja, ada tiga motif yang melandasi. Yaitu bekerja sebagai job, career, dan calling. Jika kita bekerja sebatas job, maka motif memperoleh imbalan menjadi pemicu utama kita. Naik sedikit ke motif carrier dimana yang menjadi fokus perolehan bukan melulu gaji, tapi lebih kepada jenjang jabatan.
Kecenderungannya adalah jika seseorang sudah mencapai jenjang jabatan yang tertinggi di tempatnya bekerja alias karirnya sudah mentok, maka ia akan mencari kepuasan lain. Misalnya pindah tempat kerja dsb. Yang terakhir adalah calling, motif kita untuk bekerja adalah kepuasan diri. Bekerja tidak lagi karena terpicu ingin mendapat gaji atau karir lagi, namun semata-mata karena ia menyukai apa yang ia lakukan.
Prof. Nizam mengambil benang merah dari apa yang sudah disampaikan oleh Ibu Bo. Ia memutarkan film singkat “The Power of Ten” dan cuplikan gambar mengenai kesulitan hidup yang dialami saudara kita di Sudan dan sekitarnya. Gambar dan film tersebut mengingatkan kita bahwa kita tidak hidup sendiri di dunia ini, sebab ada interdependensi satu sama lain.
Jika hidup kita di sini tidak kekurangan suatu apa, tidak berarti sebagai manusia kita bisa acuh tak acuh terhadap keadaan “minus” yang melanda di belahan dunia lain. Kita diingatkan bahwa di semesta raya yang besar ini, manusia hanya setitik kecil partikel debu, dan jika kulit dan tulang yang menyusun tubuh kita ini diperbesar, maka kita semua adalah gelombang yang bergetar. Pada akhirnya kita diajak untuk mensyukuri apa yang telah kita miliki.
Setelah paparan dari kedua pembicara sebelumnya, Anand Krishna melihat bahwa apa yang telah disampaikan oleh kedua pembicara di awal memang kenyataan yang ada. Kondisi tersebut membuktikan bahwa selama ini kita memang tidak punya Sense of Urgency. Urgensi yang cukup kuat untuk membuat kita mau bertindak. Action memperbaiki diri dan lingkungan kita. Bukan untuk mencari pamrih, apa pun itu, namun melakukan apa yang bisa dilakukan tanpa motif. “Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe,” itulah filosofi yang paling tepat untuk menggambarkan semangat di balik setiap pekerjaan yang kita lakukan.
Buku “Karma Yoga” mengulas dengan detail bagaimana kita bisa mengupayakan bekerja sebagai sebuah persembahan. Artinya, mempertahankan semangat melayani sesama sebagai bagian dari etos kerja kita. Mengutip beberapa ayat dari Bhagavad Gita (baca juga “Bhagavad Gita bagi Orang Modern” dan “The Gita of Management” oleh penulis yang sama), dalam membudayakan etos kerja transpersonal, “Sepi Ing Gawe Rame Ing Pamrih” pun terkandung penerapan Careful Management dan Compassionate Management.
Kita harus mengendalikan dan mengawasi setiap usaha kita. Apakah ada pihak atau lingkungan yang dikorbankan atau dirugikan atau tidak? Tidak bisa kita memproduksi barang yang merugikan kesehatan orang, lalu kemudian dari laba yang kita peroleh kita membangun Rumah Sakit.
Anand Krishna juga mengatakan bahwa menjadi insan tanpa pamrih merupakan agenda baru dalam penciptaan manusia. Oleh karena itu, menjadi baik sungguh butuh usaha dan kerja keras. Sehingga dengan upaya untuk menjadi tanpa pamrih ini, tidak akan ada lagi slogan SMS (Susah Melihat orang lain Senang dan Senang Melihat orang lain Susah). (Reporter: Amira Fawzia, Editor: T. Nugroho, Fotografer: Ardi Pras)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar