Maret 04, 2011

Menimba Inspirasi Gandhi

Menimba Inspirasi Gandhi

Dimuat di TERKINI NEWS dan RIMA NEWS Kamis/3 Maret 2011

Sumber:

http://terkininews.com/node/9191/Menimba-Inspirasi-Gandhi

http://rimanews.com/read/20110303/18692/menimba-inspirasi-gandhi

Luoise Fenner, staf penulis www.america.gov mengisahkan perjalanan Martin Luther King Jr ke India (1959). Ternyata pejuang kondang kesetaraan hak-hak sipil Amerika Serikat tersebut juga belajar banyak dari Sang Mahatma.

"Sangat menakjubkan berada di tanah Gandhi," tandas Martin Luther King Jr. Beberapa waktu paska kunjungan ke India pada 1959 King Jr semakin mantap dan meyakini bahwa perlawanan tanpa kekerasan sebagai senjata ampuh bagi kaum tertindas dalam perjuangan meraih kebebasan dan keadilan.

Lebih lanjut, King Jr mengakui secara jujur dalam autobiografinya, "Gandhi ialah cahaya penuntun dari metode tanpa kekerasan dalam perubahan sosial di Amerika Serikat." Bahkan pelaksanaan aksi boikot bus di Montgomery di Alabama pada 1956 yang notabene mengakhiri kebijakan pemisahan (segregation) berdasarkan warna kulit di dalam bis kota juga terinspirasi oleh perjuangan Sang Mahatma.

Sejarah mencatat sepanjang tahun itu pula King Jr memimpin pergerakan menuntut kesetaraan hak-hak sipil para kaum kulit hitam. Ia hendak membuktikan keampuhan perjuangan tanpa kekerasan Sang Mahatma. Gandhi berhasil menyudahi penjajahan Inggris dan meningkatkan kesejahteraan kasta Sudra yang tak pernah tersentuh dan diperhatikan sama sekali (untouched) sebelumnya tanpa sebutir pelurupun. Kalau toh ada sebutir peluru, itupun bersarang dalam tubuh Sang Mahatma sendiri.

Ibarat pepatah, “Pucuk dicinta ulam pun tiba.” Kebetulan King Jr diundang oleh Perdana Menteri India saat itu Jawahrlal Nehru untuk datang ke India. Lantas, ia bersama sang istri, Coretta, dan penulis biografi Lawrence Reddick tiba di Bombai (sekarang Mumbai) pada 9 Februari 1959. Mereka berkeliling New Delhi dan beberapa kota lainnya di India selama 4 minggu.

Peringatan

Peringatan 50 tahun perjalanan bersejarah tersebut dirayakan pada Februari 2009 silam dengan kunjungan serupa ke India oleh putra almarhum King Jr: Martin Luther King III. Ia merupakan anggota senat Amerika Serikat kini.

Carson selaku Direktur Morehouse College Martin Luther King Jr Collection di Atlanta dan Martin Luther King Reseach and Education Institute di Stanford University mengatakan bahwa King III merasa dihargai sekali oleh masyarakat India. Ia disambut dengan antusias oleh Nehru dan para pemimpin politik India lainnya.

Padahal di negaranya sendiri ia kurang mendapat akses untuk bisa bertemu dengan para politisi Amerika Serikat. Secara lebih rinci Carson menuliskannya dalam esai bertajuk The Times of India, "King III membandingkan perlindungan konstitusional India bagi kasta Sudra yang tak pernah tersentuh sama sekali dengan diskriminasi ras yang pernah terjadi di Amerika Serikat."

Tatkala para pemimpin India berani mendesakkan kekuatan moral mereka guna menghapuskan diskriminasi kasta. Di Amerika Serikat beberapa pejabat tinggi justru enggan mengangkat isu kesetaraan ras. Bahkan beberapa di antaranya justru mengkampanyekan arogansi mereka dengan melestarikan status quo dan diskriminasi rasial.

Di India King III bertemu dengan Nehru, Presiden Rajendra Prasad dan para pejabat tinggi lainnya. Aktivis pembaharuan sosial Vinoba Bhave, salah satu teman terdekat Gandhi dan penerus pimpinan spiritual India turut hadir pula. King III meletakkan karangan bunga di monumen tempat kremasi Gandhi di Rajghat. Ia bertemu dengan kerabat dan pengikut Sang Mahatma. King III tak enggan berdiskusi seputar penegakan hak-hak asasi di Amerika dan India dalam acara konferensi pers, di Universitas dan pertemuan publik lainnya.

Pada kesempatan tersebut King III mendeklarasikan keyakinannya bahwa filosofi Gandhi alias gerakan tanpa kekerasan – yang lebih dikenal dengan sebutan Satyagraha - ialah satu-satunya pendekatan moral yang logis. Obat mujarab bagi penyakit sosial kemasyarakatan.

Salah satu jurus Gandhi ialah pembangkangan sipil. Para pengikut Sang Mahatma biasa melakukan aksi duduk diam. King Jr juga menggunakannya di Amerika Serikat, kaum kulit hitam dan kulit putih duduk bersama di areal yang hanya diperuntukkan bagi kulit putih. Tepatnya di kantin-kantin makan siang di seluruh negara bagian.

Obama

Barack Obama, Presiden pertama USA keturunan Afrika-Amerika juga mengakui bahwa autobiografi Gandhi bertajuk The Story of My Experiments with Truth dan biografi King Jr karya Taylor Branch sebagai buku yang membantu membentuk karakter dirinya.

Obama mengakui bahawa Gandhi dan King Jr ialah para pahlawan favoritnya. Bersama dengan Presiden Lincoln dan Kennedy. Pahlawan lainnya bagi Obama ialah Lewis. Pejuang hak sipil yang tak kenal rasa takut. Ia terbunuh dalam mobilisasi kulit putih dalam insiden Freedom Rides pada 1961.

Andai King Jr berada di sini hari ini, penulis yakin ia akan mengatakan bahwa terpilihnya Barack Obama bukanlah sebuah akhir. Bahkan Lewis niscaya mengatakan itu bukanlah sebuah awal. Sekedar lanjutan dari perjuangan yang dimulai berabad-abad silam.

Tujuannya ialah membangun persatuan yang lebih sempurna di negeri ini. Dalam konteks persatuan umat manusia yang mengekspresikan sebuah kebenaran universal alam semesta: Kita semua satu umat manusia dan merupakan satu keluarga besar.

Salah seorang staf Radio India menemukan rekaman suara King Jr yang sempat tercecer. Konon dibuat sehari sebelum ia meninggalkan India pada 1959. King Jr mengatakan bahwa Gandhi mempraktekkan dalam keseharian hidupnya beberapa prinsip universal yang selaras dengan struktur moral di alam semesta ini. Prinsip-prinsip tersebut tak bisa dihindarkan, mirip seperti hukum alam dan gravitasi.

Selain itu, dalam autobiografinya King Jr juga menulis, "Saya kembali ke Amerika Serikat dengan tekad semakin bulat untuk meraih kebebasan bagi rakyat tertindas lewat cara-cara tanpa kekerasan. Lawatan saya ke India membuat pemahaman saya atas gerakan ahimsa menjadi lebih utuh dan komitmen saya terhadapnya menjadi lebih mendalam."

Ketika aksi-aksi kekerasan merebak di bumi Nusantara dan krisis politik memanas di Timur Tengah seperti dewasa ini. Saatnya segenap umat manusia menimba inspirasi dari Gandhi. Tegas mengatakan tidak pada budaya kekerasan, walau dengan dalih apapun juga. Sebab menyitir petuah bijak Sang Mahatma, “Bila mata dibalas ganti mata, maka seluruh dunia akan menjadi buta.”

Akhir kata, marilah mengedepankan cara beradab lewat dialog demi kemajuan bangsa. Senada dengan petikan lagu yang acapkali dinyanyikan oleh siswa-siswi SMP Fransiskus Tanjung Karang (Fransita) berikut ini, “…genggam tanganku dengan eratnya / dalam kasih dan persaudaraan / wartakan kasih dan kebaikan Tuhan / gapailah masa depan yang gemilang…”

T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru Bahasa Inggris SMP Fransiskus Bandar Lampung

Tidak ada komentar: