November 14, 2012

Menerabas Ambang Batas


Dimuat di Okezone.com, Senin/12 November 2012
http://suar.okezone.com/read/2012/11/12/285/717122/menerabas-ambang-batas

13527034171135388285

Judul: Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Penyusun: Tjahja Gunawan Diredja
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Cetakan: 1/2012
Tebal: xv + 384 halaman
ISBN: 978-979-709-650-2
Harga: Rp58.000

Chairul Tanjung (selanjutnya disingkat CT) tak suka beretorika. Sekarang memang banyak buku kiat sukses beredar luas di pasaran. Menurutnya, pengalaman terjun di lapangan tak bisa dibeli dan musti dihadapi sendiri. Alumnus Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia (UI) tersebut telah menggeluti dunia bisnis selama 30 tahun lebih.

Biografi ini merupakan tertimoni orang terkaya no. 18 di Indonesia versi Majalah Forbes. Total kekayaan pribadi ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) tersebut Rp2,8 triliun. Kemudian di bulan Maret 2012, majalah yang sama melansir daftar 1.226 orang terkaya sedunia. Ke-17 di antaranya orang Indonesia. CT pun berada di peringkat ke-634 dunia. Nominal hartanya mencapai 2 miliar dolar AS.

Sejak kecil jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) CT sudah menonjol. Kebetulan gurunya di SD Vanlith Jakarta memperkenalkan ilmu bisnis sejak dini. Alih-alih bermain, saat istirahat CT kecil justru berjualan es mambo, kacang, dan kue-kue kering. Dari praktik itu, ia belajar berhitung dan mempertanggungjawabkan hasil penjualan secara jujur dan transparan.

Tatkala memasuki dunia kampus, ia pun membiayai sendiri keperluan hidup dan biaya kuliahnya. Mulai dari usaha fotokopi di bawah tangga hingga menjual peralatan praktikum kedokteran gigi. Lewat buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong ini, ia menepis anggapan sebagian kalangan bahwa CT tengah membangun konglomerasi.

Putra Sunda blasteran Batak ini memang memiliki beragam bisnis. CT Corp bergerak di bidang perbankan (Bank Mega), pertelevisian (Trans TV dan Trans7), dan perusahaan ritel Carrefour. Toh semua usahanya itu fokus pada wilayah pelayanan konsumen (consumer business).

Dalam konteks ini, sinergi menjadi penting. Menurut mantan Ketua PBSI tersebut, salah satu tolok ukur CEO andal ialah kontribusi. Yakni, berupa sinergi dengan perusahaaan-perusahaan lain. Pada 16 April 2010, CT Corp membeli 40% saham Carrefour. Kini - raksasa retail asal Prancis yang sudah beroperasi sejak 1998 itu - diberi nama Carrefour Indonesia dan menjadi milik orang Indonesia sendiri (halaman 316).

Lantas, CT menggelar kegiatan Bazar Rakyat secara berkala di halaman parkir Carrefour. Sedangkan, Pojok Rakyat dibuka pula dalam gerai di seluruh Indonesia. Ia melihat bisnis ritel sebagai simpul penting dalam jaringan distribusi yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Ironisnya, kini harga pangan di Indonesia bagian Timur masih timpang dibanding di Jawa. Untuk mensejahterakan rakyat, pertama dan utama jaringan tersebut tak boleh dikuasai asing. Oleh sebab itu, CT kini menjadikan Carrefour sebagai alat untuk mensejahterakan petani, peternak, pedagang, dan konsumen yang notabene sebagian besar orang Indonesia.

Kenapa Alumnus SMAN 1 Boedi Oetomo itu begitu peduli pada wong cilik? Apakah ada vested interest (kepentingan tertentu) atau hidden agenda (agenda terselubung)? Ternyata tidak. Sejak awal, ia tak mau berkecimpung di dunia politik. Pengalamannya semasa menjadi aktivis mahasiswa UI menyiratkan betapa kotor intrik dan konflik kepentingan demi seonggok kursi kekuasaan.

Ayah 2 anak ini lebih memilih menjadi pengusaha. Sehingga bisa menciptakan lapangan kerja untuk banyak orang. Saat ini, sudah ada 75.000 lebih karyawan di CT Corp. Lima tahun ke depan, ia menargetkan menjadi 150.000 karyawan. Ia memprediksi bahwa peran negara akan semakin kecil. “Sekarang saatnya mengatur diri sendiri dan tidak bergantung pada pemerintah,” tandasnya.

Buku ini terdiri atas 40 subbab. Dari “Kain Halus Ibu sebagai Biaya Kuliah” sampai “Epilog, Saya Sekarang adalah Akumulasi Masa Lalu.” Chairul Tanjung Si Anak Singkong dilengkapi pula dengan foto aneka warna yang mengabadikan prestasinya di lokus bisnis. Salah satunya, tatkala CT dinobatkan sebagai penerima penghargaan entrepreneuship Asia Pasifik tahun 2009 (halaman 362).

Hebatnya, CT tak seperti kata pepatah, “Kacang lupa kulitnya.” Ia mengundang semua guru SMA-nya ke Menara Bank Mega Jakarta. Bu Lubis yang kini bermukim di Sumatera Utara diperlakukan secara khusus. Beliau diantar hingga pintu pesawat di bandara Polonia Medan - tiket dan akomodasi ditanggung CT Corp - di Jakarta pun Ibu Guru dijemput dari tangga pesawat saat mendarat di bandara Soekarno Hatta.

Buku setebal 384 halaman ini mengajak pembaca untuk bekerja keras dengan metode yang terstruktur. Sehingga dapat menerabas ambang batas (push the limit). Rumusan ilmiah untuk mencapai Indonesia yang lebih baik ala CT sederhana tapi masuk akal, “Jika kita ingin menghasilkan sesuatu yang luar biasa, maka kita harus bekerja secara luar biasa pula.” Selamat membaca!

Tidak ada komentar: